Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Thanks Imel and Welcome to The Jungle

9 Juli 2024   17:58 Diperbarui: 9 Juli 2024   18:13 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Imel dan Warkop Cap Doa Ibu, perempatan Kelud, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Perempuan itupun bergegas meracik pesananku. Aku melihat ke jalanan di perempatan Kelud tsb, ada agen Bus Lorena, dan tak jauh dari situ ada GKI Bromo dan MOG atau Mal Olympic Garden persis di belakang Stadion Gajayana. Kafe ini  meski sederhana, tapi lokasinya strategis. Baru sebentar duduk bersantai sudah ada beberapa anak pesan jajanan sesuai menu yang ada, belum lagi yang pesan kopi dll.

Tak lama kemudian Kopi pun siap di meja sederhana di depan kafe mini itu. Aku menatapnya dan membuka sedikit obrolan. Ternyata benar, Imel nama anak itu adalah Mahasiswa Fakultas Olahraga semester VI di UM atau Universitas Malang (d/h IKIP negeri Malang). Ia ternyata menggunakan waktu liburannya dengan mengisi kafe itu, dimana ia joint dengan 3 temannya, yang satu seorang perempuan adik kelasnya di UM. Ia kata Imel baru semester III di Fakultas Sastera, lalu dua  lainnya adalah Cowok dan keduanya pernah kerja di kafe.

"Thanks Imel. Kopinya lumayan. Sayang nggak ada Arabika ya. Tapi nggak masalah. Robusta pun jadi. Btw, saya lihat di samping namanya yang unik Cap Doa Ibu yang disebut-sebut sebagai Warkop sejak 1971, apa Imel yang merias kafe ini. Koq ada gambar Widji Thukul, Munir, bahkan pahlawan buruh Marsinah. Juga saya lihat perlengkapannya sudah nggak keq Warkop 1970-an, tapi ada gilingan kopi portable segala, bahkan ada Coffee Maker yang modern. Kalau tau saya pesan Espresso aja tadi. Tapi nggak masalah, kopi tubruknya Ok juga koq buat saya."

"Bukan Imel yang merias kafe ini Om, tapi 2 teman cowok lainnya. Mereka yang tau Thukul, Munir dll. Mereka juga yang menyiapkan peralatan itu, tapi coffee makernya sementara ini belum bisa dipakai Om. Sepertinya perlu di service dulu," sahut Imel.

Sambil menunggu Lumpia Pisang Karamelnya yang enak itu, lagi-lagi ada anak-anak yang meminta dibuatkan jajanan lain. Ya, sepertinya usaha mikro seperti ini memang asyik bagi anak-anak mahasiswa seperti Imel yang dapat meluangkan waktunya di kala liburan. Itulah kesempatan bagi mereka untuk belajar usaha. Saya sudah cukup banyak melihat dan merasakan usaha serupa dalam format yang lebih besar, bahkan yang menengah ke atas. Tapi prinsipnya sama bahwa usaha tersebut tak lepas dari tantangan.

Usaha mikro bukan hanya tentang mencari keuntungan memang. Bagi sebagian pelakunya, ini adalah wujud mimpi, passion, dan dedikasi. Bagaimanapun, mereka adalah penggerak ekonomi lokal, pembuka lapangan kerja, dan penyimpan kekayaan budaya bangsa seperti pengrajin yang disinggung di muka.

Perannya krusial, tapi UMKM tak luput dari rintangan. Keterbatasan modal, lokasi strategis untuk tempat usaha, dan persaingan ketat menjadi batu sandungan yang perlu dihadapi. Dengan semangat muda seperti Imel dkk, bisa saja sih UMKM melangkah maju dan mencapai potensinya.

Karenanya pemerintah haruslah terus berupaya memberikan dukungan dan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM. Berbagai program dan kebijakan sudah diluncurkan, seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan bunga rendah dan persyaratan mudah; BLT UMKM (Bantuan Langsung Tunai untuk membantu pelaku UMKM) yang terdampak pandemi; pelatihan dan pendampingan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan keahlian pelaku UMKM; pemasaran online dengan membantu UMKM memasarkan produk melalui platform e-commerce; penyederhanaan regulasi dalam rangka mempermudah proses perizinan usaha.

Masa depan UMKM di negeri ini bisa saja cerah, sejauh ada kerjasama dan komitmen dari semua pihak, UMKM dapat terus berkembang, menciptakan lapangan kerja yang lebih luas, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mengantarkan bangsa menuju  taraf hidup yang lebih baik dengan ekonomi yang berkelanjutan.

Contoh inisiatif pendukung UMKM seperti platform crowdfunding, dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berinvestasi di UMKM; inkubator bisnis, dengan memberikan pendampingan dan mentoring bagi UMKM yang baru memulai usaha; komunitas UMKM, yang dalam hal ini menjadi wadah bagi para pelaku UMKM untuk saling berbagi pengalaman dan informasi.

Tapi semuanya itu tanpa pendataan yang selektif, dipastikan takkan berhasil. Seperti pengalaman membangun masyarakat di Timtim di masa integrasi. Setelah difasilitasi pun atau katakanlah diberi kursi yang ada sandarannya, mereka akan tetap terjatuh sejauh kebugarannya tak terjaga. Bagaimana pula kalau nggak ada sandarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun