Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sepenggal Kisah Kantong Tempo Doeloe di Tengah Kota

8 Juli 2024   18:54 Diperbarui: 10 Juli 2024   01:05 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Menparekraf Sandiaga Uno di Kampung Kajoetangan Heritages, Malang.Foto: Parlin Pakpahan.

Jalan-jalan ke Kampung Kajoetangan di downtown Malang kalau hanya dengan kata-kata memang takkan mengubah apapun. Kawasan ini adalah kawasan tua tak ubahnya Kota Tua Batavia persis di mulut Stasiun Kota Jakarta. Yang berbeda hanya latarnya saja. 

Kalau kota tua Batavia adalah kota tempat para petinggi Hindia Belanda bercokol. Sedangkan Kampung Kajoetangan adalah perkampungan "the ordinary people" yang khusus didirikan Belanda untuk melayani kebutuhan warga perkotaan, mulai dari warga yang mahir dalam pertukangan kayu hingga mahir berniaga kebutuhan pokok sehari-hari.

Punoekawan Cafe di kantong wisata Kajoetangan Heritages, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Punoekawan Cafe di kantong wisata Kajoetangan Heritages, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Pada masa yang sama Belanda membangun kawasan elite Ijen, yang melebar hingga sampai Stadion Gajayana sekarang, Jalan Bromo, Arjuno dll. Langkah antisipatif ini benar adanya, karena kota Malang terus berkembang dari waktu ke waktu. Begitu pula halnya dengan warga perkampungan Kajoetangan yang berfungsi melayani warga kota.

Kampung Kajoetangan Heritages terletak persis di balik Jalan Basuki Rahmat, yaitu deretan pertokoan yg dibangun Belanda setelah perkampungan Kajoetangan yang mendahuluinya.

Perjalanan waktu akhirnya mengubah segalanya. Yang tak pernah berubah adalah Kajoetangan itu sendiri. Itu adalah sebuah nama yang mengingatkan kita akan Malang Tempo Doeloe dengan segala romantika di dalamnya.

Prasasti Menparekraf Sandiaga Uno di Kampung Kajoetangan Heritages, Malang.Foto: Parlin Pakpahan.
Prasasti Menparekraf Sandiaga Uno di Kampung Kajoetangan Heritages, Malang.Foto: Parlin Pakpahan.

Populasi Kampung Kajoetangan Heritage di zaman merdeka kini diperkirakan antara 500 hingga 800 jiwa. Estimasi ini bersumber dari berbagai penelitian dan pemberitaan. Angka ini tidak perlu mengherankan, karena perkembangan populasi tentu takkan tertampung di kantong tersebut. Dipastikan keturunan warga Kajoetangan ini cukup banyak yang merantau ke kawasan lain di kota Malang, atau bermigrasi ke luar kota.

Dibandingkan dengan total populasi Kota Malang pada tahun 2020 yang mencapai 847.192 jiwa (BPS, 2023), persentase penduduk Kampung Kajoetangan Heritage berkisar antara 0,06% hingga 0,09%.

Seorang pengunjung di pintu masuk Kampung Kajoetangan Heritages, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Seorang pengunjung di pintu masuk Kampung Kajoetangan Heritages, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Sementara luas Kampung Kajoetangan Heritage berkisar antara 4 hingga 6 hektar. Kota Malang memiliki luas wilayah administratif 254,76 kilometer persegi (BPS, 2021). So, proporsi luas Kampung Kajoetangan Heritage dibandingkan Kota Malang dapat dilakukan dengan menggunakan nilai-nilai perkiraan luas tersebut. Perhitungan menunjukkan proporsi luas Kampung Kajoetangan Heritage berkisar antara 0,015% hingga 0,023% dibandingkan dengan luas Kota Malang.

Meskipun areanya tergolong kecil dibandingkan dengan luas Kota Malang secara keseluruhan, Kampung Kajoetangan Heritages memiliki nilai sejarah dan budaya yang signifikan. Pelestarian dan pengembangan kawasan ini perlu dilakukan dengan mempertimbangkan konteks tata ruang dan kelestarian budayanya.

Gereja Katolik Bunda Hati Kudus tampak sebagai latar poros utama Kajoetangan, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Gereja Katolik Bunda Hati Kudus tampak sebagai latar poros utama Kajoetangan, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Ini pulalah masalahnya. Sebagaimana diketahui Kampung Kajoetangan diresmikan sebagai kampung heritage oleh Pemkot Malang pada 19 April 2018. Peresmian ini dilakukan bertepatan dengan HUT Kota Malang ke-1001.

Pengembangan Kampung Kajoetangan Heritages sebagai destinasi wisata kota telah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Berbagai upaya dilakukan oleh masyarakat dan komunitas setempat untuk melestarikan nilai sejarah dan budaya kawasan tersebut.

Peresmian di tahun 2018 menjadi momen penting yang menandai pengakuan resmi Kampung Kajoetangan sebagai aset budaya dan daya tarik wisata Kota Malang. Sejak saat itu, berbagai kegiatan dan program pengembangan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik kawasan ini bagi wisatawan.

Suasana vintage di sebuah rumah warga di Kampung Kajoetangan Heritages, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Suasana vintage di sebuah rumah warga di Kampung Kajoetangan Heritages, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Kita lihat poros utama sebagai deretan pertokoan telah diubah total. Trotoar di kedua sisi Jalan Basuki Rahmat telah diperlebar. Sepanjang trotoar dihias dengan lampu kota era 1900-an khas Belanda, juga telah dilengkapi dengan bangku duduk untuk wisatawan. Arus lalu lintas pun telah diubah menjadi satu arah saja di mulai dari Alun-Alun Merdeka hingga ke ujung Jalan Basuki, lalu berbelok ke arah Semeru.

Dari arah Jakgung Soeprapto tak boleh lagi lanjut ke Jalan Basuki, melainkan harus berbelok ke kiri atau ke kanan di perempatan Lafayette. Cafe-cafe telah dihidupkan kembali, demikian pula toko-toko dihidupkan dengan mengharuskan ada caf di dalamnya. Itu semua untuk dan atas nama kepentingan turisme kota.

Revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Basuki Rahmat, termasuk di bilangan Kajoetangan, dilakukan oleh Pemkot Malang pada 2019. Menyusul lalulintas sistem satu arah di Jalan Basuki Rahmat, mulai diterapkan oleh Pemkot Malang pada 2020.

Suasana vintage di sebuah rumah warga di Kajoetangan Heritages, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Suasana vintage di sebuah rumah warga di Kajoetangan Heritages, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Boleh dikata sesudah berjalan empat tahun sebagai destinasi wisata, perkembangan Jalan Basuki Rahmat tak mengubah apapun kecuali kesemrawutan pengunjung dan pedagang kaki lima yang meluber ke mana-mana.

Ini jelas tak sesuai ekspektasi semula bahwa semua arus turisme kota yang mengarah ke Kajoetangan Heritages harus tertib, sehingga mereka dapat dapat cangkruk di bangku-bangku wisata yang tersedia di sepanjang Jalan Basuki Rahmat dan selebihnya akan dapat memasuki Kampung Kajoetangan Heritages dari 2 gang utama yang bertuliskan Kampung Kajoetangan Heritages.

Sabtu 7 Juli yang lalu aku dolan-dolan ke Kampung Kajoetangan Heritages. Ketemu seorang Nando di Poenokawan Cafe. Sepertinya daerah kantong itu lumayan ramai pada malming tersebut, tapi tidak seperti seharusnya, karena coba lihat di Jalan Basuki, tumpukan orang justru ada disitu, sedangkan bagian dalam yaitu Kampung Kajoetangan Heritages malah ramai ala kadarnya. Artinya orang hanya sekadar datang dan foto selfie, karena obyek heritages memang banyak disitu.

Apalagi di belakang cafe Poenokawan ada kali kecil yang diterangi lampu di sepanjang koridornya yang berdua sisi. Pokoknya ada kesan "Belanda Mini di Tengah kota". Disitu pula dipajang sebuah prasasti yang ditandatangani Menparekraf Sandiaga Uno pada April 2023. Dalam prasasti itu dinyatakan Kampung Kajoetangan Heritages adalah salah satu desa wisata terbaik dari 75 Desa Wisata terbaik di negeri ini.

Para pengunjung di poros utama Kajoetangan di Jln Basuki Rahmat, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Para pengunjung di poros utama Kajoetangan di Jln Basuki Rahmat, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Menurut Nando kreativitas warga di kantong wisata ini perlu ditingkatkan agar pengunjung datang lagi. Perlu ada perubahan yang difasilitasi pemerintah tentunya. Kalau hanya ini-ini saja yang dilihat ya orang tentu akan jenuh dan takkan datang lagi. Turis kelihatan datang hanya untuk berfoto selfie.

Utamanya para gadis-gadis remaja ya seperti itu. Setelahnya palingan mereka hanya minum es dan minuman segar lainnya. Sementara kopi dan lainnya tak disentuh mereka, kecuali Rumahmakan Mbah Ndut di gang utama jalan masuk kesini, ada memang turis yang frequently makan disitu.

Saya kira warga Kajoetangan sekarang ini terlihat apatis karena terkondisi aksesibilitas yang tak merata, yi pengaturan di poros utama Jln Basuki, kata Nando.

Sebagai salah satu pelaku usaha Nando benar, demikian juga kesanku. Pemkot Malang perlu menyentuh warga dengan memfasilitasi hal-hal yang baru, termasuk bagaimana pengaturan terbaik untuk poros utama Jalan Basuki Rahmat. Karena jelas prasasti yang ditandatangani Menparekraf Sandiaga Uno pada April 2023 lalu sepertinya tak ada gunanya, meski disebut disitu Kampung Kajoetangan Heritages adalah salah satu Desa Wisata Terbaik di Indonesia.

Lalu lalang pengunjung di poros utama Kajoetangan di Jln Basuki Rahmat, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Lalu lalang pengunjung di poros utama Kajoetangan di Jln Basuki Rahmat, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Menurut Nando ada baiknya remaja yang suka berfoto selfie dan datang berkunjung kesini justeru harus diajak rembugan agar kita tahu apa saja yang perlu diperbaharui.

Memang ada sejumlah katakanlah inflluencer yang mengekspose kawasan ini, tapi publik luas belum juga terpanggil, karena sepertinya masih ada yang terasa kurang di sini. Jangan sampai daerah wisata ini perlahan-lahan ditinggalkan turis sebagaimana halnya Kampung Warna-Warni di Jodipan yang semakin memudar.

Ada semacam stimulans dari pusat seperti bantuan cat untuk warga berkreasi lebih lanjut. Tapi bantuan itu sampai sekarang belum juga turun. Ada kemandegan. Tak heran, kampung yang seharusnya kreatif menjadi apatis dan tidak kreatif.

Lihat saja lampu di sepanjang kali di belakang cafe Poenokawan ini, kadang mati kadang hidup. Jadi tidak otomatis nyala terus begitu malam tiba dan malam berakhir. Bagaimana turis akan senang dengan kondisi byar-pet semacam ini. Padahal kebanyakan turis pengen berfoto selfie di kawasan "Belanda Mini" tersebut.

Pastinya yang kita lihat sekarang yaitu poros utama di jalan utama Basuki Rahmat terdampak positif dengan pengembangan sejak 2019, sedangkan kita-kita yang di dalam sini tak terdampak padahal sudah lebih dulu dikembangkan. Masalahnya ada kejomplangan dalam pengaturannya, kata Nando.

Suasana vintage di rumah salah satu warga di Kampung Kajoetangan Heritages, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.
Suasana vintage di rumah salah satu warga di Kampung Kajoetangan Heritages, Malang. Foto: Parlin Pakpahan.

Obrolan malam itu berlanjut dengan Farhan asal Jakarta dan Wiji seorang mahasiswi UM asal Kalimantan. "Yang penting bukan vintage-nya, tapi bagaimana agar warga di sini dapat menguak sendiri ada cerita apa di balik vintage itu", kata Farhan.

Farhan benar, misalnya makam Mbah Honggo di pertengahan gang masuk dari jalan utama Basuki Rahmat. Dia adalah orang kepercayaan Bupati Malang pertama tempo doeloe. Warga tak banyak yang menguak ada cerita apa di balik makam itu. Kalaupun ada keterangan di makam, tapi para turis akan lebih suka kalau warga Kajoetangan sendiri yang dapat bercerita tentang itu.

Lain halnya dengan Wiji yang mengatakan di daerahnya di Balikpapan Kaltim sana tak ada vintage perkotaan seperti disini. Kami hanya mempunyai alam yang terbentang luas dan perlu sentuhan.

Malam pun semakin larut aku pun pamitan sama Nando dan berjalan keluar menyusul Farhan dan Wiji yang duluan. Aku lihat daerah kantong ini semakin sepi dan sepi seiring berjalannya waktu, tapi di poros utama Basuki, hayyoo yang ndangdutan masih ada, pedagang kakilima masih ada dan yang cangkruk di perkafean masih ada.

Ya ampun yang pasti Nando dkk di dalam di sebelahnya pastilah gusar atas semua ketidakberesan pengaturan destinasi wisata Kajoetangan semacam ini.

Joyogrand, Malang, Mon', July 08, 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun