"O begitu tah. Thanks Tamara atas infonya." Itulah secuil percakapan dengan Tamara versi Dinoyo dan bukan versi Blezinsky lo.
Bagaimanapun keberadaannya kini, Kampung Wisata Keramik Dinoyo di kota Malang adalah sebuah oase budaya yang menyimpan jejak sejarah panjang dan tradisi seni keramik yang memukau.Â
Jauh sebelum hiruk pikuk era modern, kawasan ini telah menjadi saksi bisu keahlian para leluhur warga setempat dalam mengolah tanah liat menjadi karya seni yang fungsional dan indah.
Sejak abad ke-7 Masehi, Dinoyo telah menjadi pusat kerajinan gerabah, menghasilkan peralatan masak dan dapur yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kala itu. Tradisi ini diwariskan secara turun temurun, menjadi fondasi bagi perkembangan seni keramik di Dinoyo.
Pada tahun 1930-an, Dinoyo kembali bangkit sebagai sentra industri gerabah dan keramik. Kehadiran para petani tebu yang dipekerjakan Belanda membawa angin segar, memperkaya tradisi dengan teknik dan keahlian baru.
Tahun 1955 menjadi titik balik penting dengan berdirinya pabrik percontohan pembuatan keramik. Penemuan tanah liat putih berkualitas tinggi di Jawa Timur membuka peluang baru untuk menghasilkan keramik porselen yang kokoh dan tahan lama.Â
Sejak saat itu, Dinoyo tidak hanya memasok kebutuhan lokal, tetapi juga merambah pasar internasional, mengantarkan keindahan keramiknya ke berbagai penjuru dunia.
Keunikan Keramik Dinoyo
Jawa Timur diberkahi dengan tanah liat putih yang kaya akan mineral, menghasilkan keramik porselen yang kokoh, tahan lama, dan memiliki tingkat kilau yang tinggi.