4. Relevansi dengan keadaan kekarang dan pelajaran berharga
Meskipun berasal dari masa lampau, CRBB masih memiliki relevansi dengan keadaan sekarang. Cerita ini mengingatkan kita tentang pentingnya kesetaraan gender dan pencegahan kekerasan dalam rumahtangga.
Isu-isu seperti ketidakadilan gender dan kekerasan dalam rumahtangga masih menjadi masalah yang dihadapi oleh banyak masyarakat di berbagai belahan dunia.
Kalaulah diinventarisasi secara cermat, Folklore di Sumatera Utara sesungguhnya adalah assets kepariwisataan yang takkan ada habisnya. CRBB hanyalah salah satu contoh yang bisa dikembangkan dalam teater rakyat dalam kepariwisataan di Lingkar Toba misalnya.
Siapa bilang orang Sumatera Utara belum pernah berjuang untuk kesetaraan gender. Siapa bilang orang Sumatera Utara belum mengenal sastera bermutu di masa lalu. Pastinya Sudah! Tapi semuanya itu disampaikan melalui budaya verbal. Sudah saatnya di era wisata sekarang, masyarakat Sumatera Utara, khususnya Lingkar Toba, mencoba membangun teater rakyat untuk menyajikan suguhan teater rakyat yang dikemas ala Broadway agar turis-turis mancanegara semakin banyak berdatangan ke Sumatera Utara dan Lingkar Toba.
At the end, dalam pembangunan now, CRBB adalah salah contoh folklore Sumatera Utara yang dapat menjadi media edukasi dan refleksi untuk mendorong perubahan sosial di negeri ini ke arah yang lebih baik.
Lihat :
James Danandjaja. 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: Grafiti Pers.
James Danandjaja, James. 2003. Folklor Amerika: Cermin Multikultural yang Manunggal. Jakarta: Grafiti Pers.
Edi S. Ekadjati, 1983. "Tokoh dan Historiografi Tradisional" dalam Analisis Kebudayaan Tahun IV No. 1. Jakarta: Balai Pustaka.
Liaw Yock Fang, 1991. Sejarah Kesusasteraan Melayu Klasik. Jakarta: Erlangga