Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Review Folklore Batu Belah di Sumatera Utara

30 Mei 2024   16:17 Diperbarui: 30 Mei 2024   16:25 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Folklore Batu Belah di Sumatera Utara. Foto : katadata.co.id

4. Relevansi dengan keadaan kekarang dan pelajaran berharga

Meskipun berasal dari masa lampau, CRBB masih memiliki relevansi dengan keadaan sekarang. Cerita ini mengingatkan kita tentang pentingnya kesetaraan gender dan pencegahan kekerasan dalam rumahtangga.

Isu-isu seperti ketidakadilan gender dan kekerasan dalam rumahtangga masih menjadi masalah yang dihadapi oleh banyak masyarakat di berbagai belahan dunia.

Kalaulah diinventarisasi secara cermat, Folklore di Sumatera Utara sesungguhnya adalah assets kepariwisataan yang takkan ada habisnya. CRBB hanyalah salah satu contoh yang bisa dikembangkan dalam teater rakyat dalam kepariwisataan di Lingkar Toba misalnya.

Siapa bilang orang Sumatera Utara belum pernah berjuang untuk kesetaraan gender. Siapa bilang orang Sumatera Utara belum mengenal sastera bermutu di masa lalu. Pastinya Sudah! Tapi semuanya itu disampaikan melalui budaya verbal. Sudah saatnya di era wisata sekarang, masyarakat Sumatera Utara, khususnya Lingkar Toba, mencoba membangun teater rakyat untuk menyajikan suguhan teater rakyat yang dikemas ala Broadway agar turis-turis mancanegara semakin banyak berdatangan ke Sumatera Utara dan Lingkar Toba.

At the end, dalam pembangunan now, CRBB adalah salah contoh folklore Sumatera Utara yang dapat menjadi media edukasi dan refleksi untuk mendorong perubahan sosial di negeri ini ke arah yang lebih baik.

Lihat :

James Danandjaja. 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: Grafiti Pers.

James Danandjaja, James. 2003. Folklor Amerika: Cermin Multikultural yang Manunggal. Jakarta: Grafiti Pers.

Edi S. Ekadjati, 1983. "Tokoh dan Historiografi Tradisional" dalam Analisis Kebudayaan Tahun IV No. 1. Jakarta: Balai Pustaka.

Liaw Yock Fang, 1991. Sejarah Kesusasteraan Melayu Klasik. Jakarta: Erlangga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun