Bagi figur senior seperti Megawati, memperjuangkan kepentingan rakyat dan menjaga keseimbangan kekuasaan. Itulah yang terpenting. Dalam beberapa bulan ke depan, akan ada langkah-langkah strategis PDI-P yang lebih spesifik, termasuk bagaimana mereka mengkritik kebijakan pemerintah dan apa agenda utama mereka sebagai oposisi.
Sikap PDIP ini juga akan diuji oleh respons dari pemerintahan baru yad dan dinamika politik yang berkembang setelah pelantikan Presiden terpilih.
Harus diakui Oposisi yang konstruktif dan berprinsip bisa menjadi elemen penting dalam menjaga demokrasi dan memastikan pemerintahan berjalan dengan transparan dan akuntabel.
Pemilu terburuk versi PDI-P
Rakernas Ke-5 PDI-P juga memutuskan 17 sikap politik yang diserahkan kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Dalam Rakernas tsb dikatakan Pemilu 2024 menjadi kontestasi politik terburuk sepanjang sejarah demokrasi Indonesia.
PDI-P memutuskan hanya menjalin kerjasama politik dengan pihak yang mau meningkatkan kualitas demokrasi. Situasi ini terjadi karena penyalahgunaan kekuasaan, sumberdaya negara, intervensi aparat penegak hukum, dan politik uang yang begitu massif.
PDIP menyoroti penyalahgunaan kekuasaan, penggunaan sumberdaya negara secara tidak sah, intervensi aparat penegak hukum, dan politik uang sebagai masalah utama dalam Pemilu 2024. Kalaulah tuduhan ini benar, maka situasi ini mencerminkan masalah serius dalam integritas proses pemilu yang bisa merusak kepercayaan publik terhadap demokrasi.
Dengan menyatakan hanya akan bekerjasama dengan pihak yang berkomitmen meningkatkan kualitas demokrasi, PDIP menegaskan posisi mereka sebagai penjaga prinsip-prinsip demokrasi. Ini juga bisa dilihat sebagai upaya untuk menjaga integritas dan prinsip partai di mata para pendukung dan masyarakat luas.
Kecewa sebagai The Looser
Adanya pandangan yang menyebutkan kritik keras PDI-P banyak dipengaruhi oleh kekecewaannya sebagai "The Looser" dalam Pilpres 2024. Karenanya elemen kekecewaan berupa masalah-masalah yang diangkat PDI-P perlu dievaluasi secara objektif.
Asallah tidak "moleng-moleng" menjadi oposisi justeru bisa memberikan PDI-P kesempatan untuk melakukan evaluasi internal dan mengkonsolidasikan dukungan. Dengan mengambil posisi kritis, PDI-P bisa menarik simpati dari pemilih yang juga tidak puas dengan proses dan hasil pemilu, serta memperkuat posisi mereka untuk pemilu mendatang.