Daniel Dennett, seorang filsuf terkenal, menekankan pentingnya bersikap dermawan dalam melontarkan kritik.
Ada empat langkah untuk membangun kritik yang konstruktif :1) Memahami dengan jelas. Utarakan kembali posisi lawan dengan jelas, akurat, dan adil; pastikan mereka setuju dengan pemahaman Anda, 2) Temukan Kesepakatan. Identifikasi dan tekankan poin-poin kesepakatan, terutama yang tidak umum diketahui, 3) Belajar dari Lawan. Akui bahwa Anda telah belajar sesuatu dari argumen lawan, 4) Kritik dengan hati-hati. Baru setelah tiga langkah di atas, sampaikan kritik dan sanggahan Anda dengan sopan dan terukur.
Dennett percaya pendekatan ini dapat mengubah lawan menjadi audiens yang lebih reseptif terhadap kritik Anda, sehingga diskusi menjadi lebih produktif.
Lain halnya dengan Susan Sontag, seorang penulis dan kritikus ternama, yang menawarkan tiga langkah untuk menyangkal argumen apa pun : 1) Pahami premis. Identifikasi dan pahami premis utama argumen lawan, 2) Temukan kelemahan. Temukan kelemahan dan ketidakkonsistenan dalam argumen tsb, 3) Tunjukkan kesalahan.Tunjukkan bahwa premis atau kesimpulan argumen salah.
Sontag fokus pada membongkar kelemahan argumen lawan, sedangkan Dennett menekankan membangun landasan bersama sebelum melontarkan kritik.
Membangun Talkshow Kritis
Penerapan pandangan Dennett dalam talkshow kritis di Indonesia dapat membantu membangun diskusi yang lebih sehat dan konstruktif.
Moderator : bertindak sebagai fasilitator yang adil dan objektif, memastikan semua pihak didengar dan dipahami.
Narasumber : menerapkan empat langkah Dennett saat melontarkan kritik, fokus pada membangun pemahaman dan mencari solusi bersama.
Penonton : menyadari pentingnya berpikir kritis dan menghargai perbedaan pendapat.
Pandangan Dennett tentang kritik yang murah hati menawarkan pendekatan yang lebih konstruktif dan produktif dibandingkan dengan Sontag yang fokus pada penyangkalan.