Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Rafah War: Hancurkah Hamas

10 Mei 2024   14:47 Diperbarui: 10 Mei 2024   14:47 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asap membubung  setelah serangan Israel di Rafah, Gaza selatan, minggu ini.. Foto : Hatem Khaled, Reuter via jpost.com

Jubir IDF, Laksamana Daniel Hagari, mengatakan militer Israel dapat melaksanakan operasi yang direncanakan tanpa dukungan AS. Tentara mempunyai persenjataan untuk misi yang direncanakannya, dan juga untuk misi di Rafah. Kami memiliki apa yang kami butuhkan.

Terkait serangan ke Rafah AS berpandangan segala jenis operasi darat besar-besaran di Rafah akan benar-benar memperkuat Hamas, bukan memperkuat Israel. Lebih banyak kematian warga sipil di Rafah akan memberikan lebih banyak amunisi terhadap Hamas dalam bernarasi untuk memutarbalikkan fakta tentang Israel.

Para pejabat AS mengatakan perebutan perlintasan Rafah adalah operasi taktis dengan jumlah korban yang sedikit. Namun PBB yang Majelis Umumnya didominasi negara-negara miskin dan menengah bawah yang pro Hamas tanpa reserved mengatakan peningkatan serangan IDF di wilayah Rafah telah memicu eksodus lebih dari 100.000 orang -- perpindahan penduduk terbesar di Gaza selama berbulan-bulan.

Sementara Biden menyatakan ancamannya terhadap penghentian bantuan senjata untuk Israel dan banyak pejabat AS yang mengritik tajam atas serangan Israel ke Rafah, John Francis Kirby Sekretaris Pers Pentagon mengatakan pasukan Israel masih mendapatkan persenjataan, sebagian besar dari semua yang mereka butuhkan untuk mempertahankan diri.

Dalam serangan ke Rafah sekarang Israel menargetkan para pemimpin Hamas, khususnya Yahya Sinwar dan Mohammed Deif, dalang serangan 7 Oktober tahun lalu yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel.

Banyak pejabat Israel yang marah terhadap sikap Biden. Naftali Bennet mantan PM Israel misalnya menyebut ancaman Biden untuk menghentikan pengiriman senjata ke Israel "sangat salah arah". Tentu saja, Presiden Biden selalu menjadi teman baik Israel, tapi keputusannya kali ini sangat salah arah, demikian Bennett kepada CNN belum lama ini.

Asal tahu, demikian Bennet, Israel menghadapi organisasi teror jihadis radikal di perbatasan Israel, Dimana kaum teror itu akan terus berusaha membunuh orang Yahudi sebanyak mungkin. Yang jelas Israel harus melenyapkan ancaman tsb. Kami tidak punya pilihan lain, tandas Bennet.

Hamas bersembunyi di belakang warga sipil, dan ancaman Biden untuk berhenti mengirimkan senjata ke Israel akan menjadi "kesalahan besar," karena Israel "benar-benar tidak punya pilihan", kecuali harus "melakukan apa yang harus dilakukan."

Itulah komentar Bennet menyusul pernyataan Biden yang mengatakan AS akan berhenti memasok senjata ofensif seperti bom atau peluru artileri kepada Israel jika pasukan Israel melancarkan invasi ke kota Rafah di Gaza selatan, tempat ratusan ribu warga sipil mengungsi.

Gedung Putih mendesak Israel membuat rencana untuk mengevakuasi para pengungsi sebelum memasuki kota tsb, namun Bibi bersikeras mengenai rencananya untuk menghancurkan Hamas, yang menurutnya bersembunyi di Rafah.

Bennett mengatakan Israel sama sekali tidak menggunakan senjata untuk menargetkan warga sipil di Gaza, dan mengatakan "semua perang" mempunyai "kerusakan tambahan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun