Menggunakan Falsifikasi Popper dalam Sistem Demokrasi Kita
Teori falsifikasi Karl Popper adalah konsep dalam filsafat sains yang menekankan suatu teori ilmiah haruslah bersifat falsifikasi, yakni harus dapat diuji secara empiris dan bisa dibuktikan salah. Popper menyatakan tidak mungkin membuktikan sepenuhnya kebenaran suatu teori, tetapi kita dapat mencoba untuk membuktikan teori tsb salah dengan melakukan pengujian yang sesuai.
Pada dasarnya, falsifikasi adalah upaya menemukan bukti-bukti yang bertentangan dengan suatu teori atau hipotesis. Jika sebuah teori dapat bertahan terhadap serangkaian pengujian dan tidak dibuktikan salah, maka teori tsb memiliki kekuatan untuk dijadikan dasar penjelasan.
Buku utama yang membahas teori falsifikasi Popper adalah "The Logic of Scientific Discovery" (Logik der Forschung), diterbitkan pada tahun 1934. Buku ini lebih dikenal dengan judul "The Logic of Scientific Inquiry" dalam terjemahan bahasa Inggeris. Di dalamnya, Popper mengembangkan gagasannya tentang metode ilmiah dan pentingnya falsifikasi dalam pengembangan teori ilmiah.
Langkah-langkah untuk menerapkan teori falsifikasi Popper :
1. Rumuskan hipotesis yang jelas dan dapat diuji. Hipotesis haruslah mengandung prediksi yang konkret dan dapat diverifikasi dengan eksperimen atau observasi.
2. Hipotesis harus menyatakan prediksi yang spesifik tentang hasil dari eksperimen atau observasi yang akan dilakukan. Prediksi ini haruslah dapat dibuktikan salah jika hipotesis tsb tidak benar.
3. Rencanakan eksperimen atau observasi yang sesuai untuk menguji prediksi tsb. Pastikan eksperimen atau observasi dirancang dengan baik dan dapat memberikan data yang relevan.
4. Lakukan eksperimen atau observasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Kumpulkan data dengan teliti dan pastikan untuk mencatat semua hasil yang diperoleh.
5. Analisislah data tsb untuk melihat apakah hasil eksperimen atau observasi mendukung atau menentang prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis. Perhatikan juga adanya hasil yang tidak sesuai atau anomali yang mungkin memerlukan penjelasan tambahan.
6. Evaluasilah apakah prediksi hipotesis telah terbukti salah atau belum. Jika prediksi terbukti salah, maka hipotesis tsb dapat ditolak. Namun, jika prediksi terbukti benar, langkah selanjutnya adalah menguji ulang hipotesis tsb dengan pengujian lebih lanjut atau mempertimbangkan alternatif lain.
7. Lakukan iterasi dengan merumuskan hipotesis baru berdasarkan hasil pengujian sebelumnya atau pertimbangan tambahan. Teruslah memperbaiki dan mengembangkan teori berdasarkan bukti empiris yang ada.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kita dapat menerapkan konsep falsifikasi Popper untuk mengembangkan teori ilmiah yang lebih kuat dan akurat.
Kita ambil contoh keputusan hukum, misalnya keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang sudah final dan mengikat tentang Pilpres 2024 yang baru saja berlalu.
Mari kita lihat bagaimana falsifikasi Popper diterapkan dalam konteks ini :
1. Merumuskan Hipotesis Hukum. Hipotesis dalam konteks ini dapat berupa interpretasi hukum tertentu yang dihasilkan oleh MK terkait dengan proses Pilpres 2024. Hipotesis ini bisa berupa pernyataan hukum yang dianggap benar berdasarkan interpretasi konstitusi atau undang-undang yang relevan.
2. Mengidentifikasi prediksi yang dapat diuji. Dari hipotesis tsb, identifikasi prediksi konkret yang dapat diuji. Misalnya, prediksi bahwa tindakan tertentu yang diambil oleh lembaga pemerintah atau individu harus sesuai dengan interpretasi hukum yang diberikan oleh MK.
3. Mengumpulkan bukti empiris. Lakukan pengumpulan bukti empiris atau fakta-fakta yang terjadi setelah keputusan MK diumumkan. Hal ini bisa berupa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses Pilpres 2024 dan apakah tindakan tsb sesuai dengan interpretasi hukum yang telah diberikan oleh MK.
5. Menganalisis kesesuaian. Analisis apakah tindakan-tindakan yang diambil sesuai dengan interpretasi hukum yang telah ditetapkan oleh MK. Jika terdapat tindakan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan interpretasi tsb, maka ini bisa menjadi bukti yang mendukung untuk menolak hipotesis atau interpretasi hukum tsb.
6. Evaluasi dan kesimpulan. Berdasarkan analisis, evaluasilah apakah prediksi yang diuji telah terbukti salah atau tidak. Jika terdapat bukti yang mendukung prediksi tsb salah, maka dapatlah dipertimbangkan untuk menolak hipotesis atau interpretasi hukum yang ada. Namun, jika prediksi tsb terbukti benar, hal ini dapat menguatkan validitas dari interpretasi hukum tsb.
Dengan menerapkan pendekatan falsifikasi Popper dalam konteks keputusan hukum, kita dapat melakukan evaluasi terhadap interpretasi hukum yang telah diberikan oleh MK dan menguji kesesuaiannya dengan fakta-fakta empiris yang ada. Hal ini dapat membantu memastikan kepatuhan terhadap hukum dan keadilan dalam sistem hukum.
Dalam konteks pertikaian politik antara Jokowi dan Megawati yang diam-diam terjadi setelah Jokowi tidak lagi berkiprah di PDIP, penggunaan falsifikasi Popper juga dapat membantu untuk mencari tahu kebenaran di balik pertikaian tsb. Meskipun tidak mungkin secara langsung menguji kebenaran dari perasaan atau motivasi individu, falsifikasi Popper dapat membantu untuk memeriksa asumsi dan dugaan yang mungkin ada di balik konflik tsb.
Berikut adalah cara kita dalam menggunakan pendekatan falsifikasi Popper dalam konteks Jokowi-Mega :
1. Merumuskan Hipotesis. Mulailah dengan merumuskan hipotesis yang mungkin menjadi akar dari pertikaian antara Jokowi dan Megawati. Hipotesis ini bisa berupa dugaan tentang alasan di balik diamnya keduanya atau mungkin perasaan atau kepentingan yang tidak terungkap secara publik.
2. Identifikasi prediksi yang dapat diuji. Dari hipotesis tsb, identifikasi prediksi yang dapat diuji dengan data atau fakta-fakta yang dapat diperoleh. Misalnya, prediksi diamnya Jokowi dan Megawati adalah karena adanya perbedaan pandangan politik atau strategi politik yang berbeda antara keduanya.
3. Mengumpulkan bukti empiris. Lakukan pengumpulan data atau fakta-fakta yang relevan yang dapat digunakan untuk menguji prediksi yang telah diidentifikasi. Hal ini dapat meliputi pernyataan publik, tindakan politik yang diam-diam diambil oleh keduanya, atau informasi dari sumber-sumber terpercaya yang terkait dengan hubungan politik mereka.
4. Analisis kesesuaian. Analisis apakah bukti empiris yang dikumpulkan mendukung atau menentang prediksi yang telah diidentifikasi. Jika terdapat bukti yang mendukung prediksi tab, hal ini dapat menguatkan hipotesis yang telah dirumuskan. Namun, jika bukti yang ditemukan tidak sesuai dengan prediksi, hal ini dapat menjadi pertanda bahwa hipotesis tsb perlu dipertanyakan atau ditolak.
5. Evaluasi dan kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, evaluasilah apakah prediksi yang diuji telah terbukti salah atau tidak. Jika terdapat bukti yang kuat mendukung prediksi, maka hipotesis tsb mungkin memiliki validitas yang lebih tinggi. Namun, jika terdapat bukti yang menentang prediksi, hal ini dapat mengarah pada penolakan atau modifikasi hipotesis.
Dengan menggunakan pendekatan falsifikasi Popper dalam konteks pertikaian politik antara Jokowi dan Megawati, kita dapat memahami lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan politik mereka dan mencari tahu kebenaran di balik diamnya keduanya.
Dalam perdebatan publik di ruang publik seperti melalui media TV, kita juga dapat mengoreksi apakah dibenarkan orang berpikir sebelum data ada. Misalnya berasumsi dari gestur bahwa presiden Jokowi telah memainkan politik dinasti di akhir masa jabatannya. Atas dasar itu ybs kemudian menyatakan Keputusan MK belum lama ini tidak sah karena telah mengiyakan politik dinasti.
Dalam situasi semacam itu, membuat asumsi atau hipotesis sebelum data ada bukanlah praktik yang diinginkan, terutama jika asumsi tsb digunakan sebagai dasar untuk menyatakan suatu keputusan atau pernyataan yang signifikan. Hal ini karena asumsi tanpa dukungan data atau bukti empiris yang kuat dapat menyebabkan penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan.
Dalam kasus tsb, orang yang berpikir Presiden Jokowi telah memainkan politik dinasti dan kemudian menyimpulkan keputusan MK tidak sah karena terkait dengan politik dinasti.
Seharusnya ybs melakukan langkah-langkah sbb :
1. Verifikasi asumsi. Sebelum membuat kesimpulan atau menyuarakan pendapat, orang tsb seharusnya melakukan verifikasi terhadap asumsi atau hipotesisnya. Ini dapat dilakukan dengan mencari data, informasi, atau bukti yang mendukung atau menentang asumsi tsb.
2. Evaluasi bukti empiris. Setelah melakukan evaluasi objektif terhadap bukti empiris tersebut. Perlu diperhatikan apakah bukti tsb secara langsung mendukung asumsi atau hipotesis yang dibuat, ataukah bukti tsb dapat diinterpretasikan dengan cara lain.
3. Berhati-hati dalam berpendapat. Setelah mempertimbangkan bukti-bukti yang ada, orang tsb seharusnya berhati-hati dalam menyuarakan pendapat atau membuat kesimpulan. Penting untuk menghindari menyatakan kesimpulan yang tidak didukung oleh bukti yang kuat atau merumuskan asumsi yang tidak didukung oleh data yang relevan.
Dalam konteks perdebatan publik, penting untuk mengedepankan berpikir kritis dan rasional serta mendorong penggunaan bukti dan data yang kuat dalam menyusun argumen dan membuat keputusan. Dengan demikian, orang dapat membuat kesimpulan yang lebih akurat dan mendukung, serta mencegah penyebaran informasi yang tidak akurat atau menyesatkan.
Ketika seseorang memiliki pendapat yang telah menjadi opini publik dan dianggap sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat ditawar lagi, namun ingin menguji pendapat tsb dengan pendekatan falsifikasi, ada beberapa sikap yang dapat diambil.
Pertama-tama, penting untuk membuka pikiran dan bersedia untuk mempertanyakan dan menguji keyakinan yang telah ada. Ini memerlukan sikap terbuka terhadap kemungkinan kebenaran yang telah diyakini mungkin tidak sepenuhnya benar atau mungkin ada informasi tambahan yang perlu dipertimbangkan.
Lakukan analisis yang kritis terhadap pendapat yang telah diterima sebagai kebenaran mutlak. Tinjau argumen dan bukti yang mendukung pendapat tsb secara objektif, dan pertimbangkan apakah ada kelemahan dalam argumen tsb atau apakah bukti yang digunakan masih relevan.
Selidiki bukti-bukti alternatif atau sudut pandang lain yang tidak sejalan dengan pendapat yang telah diterima. Ini dapat melibatkan penelitian tambahan atau pengumpulan informasi baru yang dapat membantu untuk melengkapi gambaran yang lebih lengkap tentang suatu masalah.
Berpartisipasi dalam diskusi terbuka dan berdialog dengan orang lain yang memiliki pandangan yang berbeda. Dalam diskusi ini, berbagi informasi, argumen, dan bukti yang relevan, dan bersedia untuk mendengarkan sudut pandang orang lain dengan terbuka.
Jadilah fleksibel dalam pemikiran dan bersedia untuk mengubah pendapat jika ada bukti yang kuat atau argumen yang meyakinkan yang mendukung sudut pandang yang berbeda. Ini memerlukan kemampuan untuk mengakui ketidakpastian dan keterbatasan pengetahuan kita sendiri.
Dengan mengambil sikap seperti ini, seseorang dapat menggunakan pendekatan falsifikasi untuk menguji pendapat yang telah menjadi opini publik dan dianggap sebagai kebenaran mutlak. Ini memungkinkan untuk membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu masalah dan dapat membantu untuk mencapai kesepakatan yang lebih baik dan pendapat yang lebih akurat secara kolektif.
Joyogrand, Malang, Sat', May 04, 2024.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI