Kelangkaan Satwa Liar dan Over Populasi Gajah Afrika di Botswana
Teringat satwa liar, benar bahwa Komodo, Harimau Sumatera, Orangutan Tapanuli atau Pongotapanuliensis dll perlu dilestarikan demi dan untuk kelestarian alam Indonesia. Tapi ketika bentrok dengan kepentingan manusia, kita pun bingung. Mengapa? Konservasi alam adalah sesuatu yang mudah diucapkan tapi tak mudah dilaksanakan.
Begitulah dengan Botswana, sebuah negara kecil di Afrika Selatan yang berpopulasi 2,42 juta jiwa yang terkurung daratan. Sekitar 60% penduduk Botswana tinggal di daerah perkotaan, dengan Gaborone, ibukota, menjadi kota terbesar dengan populasi lebih dari 500.000 jiwa.
Meski berpopulasi terbatas, wilayah Botswana cukup luas yi 581.730 kilometer persegi, yang menempatkan Botswana sebagai negara terbesar ke-45 di dunia, dan sedikit lebih kecil dari negara bagian California AS.
Botswana terkenal dengan keanekaragaman hayatinya yang kaya, dan merupakan rumah bagi banyak satwa liar yang ikonik, seperti Gajah Afrika. Botswana memiliki populasi gajah terbesar di Afrika, dengan perkiraan lebih dari 130.000 ekor; Singa. Botswana adalah salah satu tempat terbaik di Afrika untuk melihat singa di alam liar. Hewan-hewan ini dapat ditemukan di Taman Nasional Chobe, Savuti, dan Delta Okavango; Badak Putih. Botswana adalah rumah bagi salah satu populasi badak putih terbesar di dunia, dengan sekitar 400 ekor. Hewan-hewan ini dilindungi di Cagar Alam Khama Rhino; Jerapah. Jerapah adalah pemandangan umum di Botswana, dan dapat ditemukan di banyak taman nasional dan suaka margasatwa; Zebra. Zebra adalah hewan sosial yang hidup dalam kawanan besar. Mereka dapat ditemukan di seluruh Botswana, termasuk Delta Okavango dan Savuti; Anjing Liar Afrika. Satwa liar satu ini adalah predator puncak yang memainkan peran penting dalam ekosistem Botswana. Hewan-hewan ini dapat ditemukan di Taman Nasional Chobe dan Savuti.
Tak heran Botswana adalah tujuan wisata populer bagi para pecinta alam dan satwa liar, dan Botswana sudah cukup lama menghidupkan perburuan satwa liar bertrofi. Kebanyakan yang berburu di Botswana adalah para pemburu berkantong tebal dari Uni Eropa, khususnya Jerman.
Botswana belum lama ini mengancam akan mengirim 20.000 ekor Gajah ke Jerman. Apa pasal. Pada awal 2024, Kementerian Lingkungan Hidup Jerman mengusulkan pembatasan yang lebih ketat terhadap perburuan satwa liar bertrofi, termasuk Gajah. Hal ini memicu reaksi keras dari pemerintah Botswana, yang memiliki populasi Gajah terbesar di Afrika (sekitar 130.000 ekor).
Presiden Botswana, Mokgweetsi Masisi, mengancam akan mengirim 20.000 Gajah ke Jerman jika negara tsb tidak mencabut usulan pembatasan impor. Ancaman ini disampaikan sebagai bentuk protes terhadap apa yang dianggap Botswana sebagai campur tangan asing dalam urusan pengelolaan satwa liarnya.
Botswana berpendapat mereka memiliki keahlian dan infrastruktur yang memadai untuk mengelola populasi Gajahnya secara berkelanjutan. Negara ini juga berargumen perburuan Gajah di Botswana dikelola dengan baik dan tidak membahayakan kelangsungan hidup populasi Gajah.
Pengiriman 20.000 ekor Gajah ke Jerman dilihat sebagai cara untuk menekan Jerman agar mencabut usulan pembatasan impor, dan juga untuk menyoroti apa yang dianggap Botswana sebagai tanggungjawab negara-negara kaya dalam membantu konservasi satwa liar di Afrika.
Secara logistik, pengiriman 20.000 Gajah ke Jerman akan menjadi operasi yang sangat kompleks dan mahal. Memindahkan Gajah dalam jumlah besar membutuhkan perencanaan yang matang, infrastruktur yang memadai, dan sumberdaya keuangan yang signifikan. Selain itu, juga ada masalah kesejahteraan hewan yang perlu dipertimbangkan, karena memindahkan Gajah dalam jarak jauh dapat menyebabkan stres dan masalah kesehatan.
Kemungkinan besar Jerman akan menolak proposal tsb karena alasan logistik, biaya, dan kesejahteraan hewan.
Presiden Botswana, Mokgweetsi Masisi, bersikeras dia tidak bercanda tentang hal itu. Tapi apakah terbuka kemungkinan puluhan ribu Gajah suatu hari nanti bisa berlari melintasi hutan-hutan Jerman atau tempat minum bir di Munich.
Botswana selama ini berupaya melindungi satwa liar dengan perburuan satwa liar bertrofi dan dan melindungi komunitasnya yang terkena dampak kelebihan populasi Gajah.
Dengan adanya larangan perburuan satwa liar bertrofi di alam liar, Botswana tidak akan memberikan kontribusi apa pun terhadap perlindungan spesies, tetapi hanya menciptakan kesejahteraan moral bagi seseorang. Perburuan satwa liar bertrofi telah menjadi alat yang sangat efisien untuk konservasi spesies internasional dan khususnya di Afrika bagian selatan. Praktik ini juga didukung oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.
Diperkirakan ada 130.000 Gajah yang hidup di Botswana, tetapi daya dukung ekologi negara ini diperkirakan max 60.000 hewan.
Apakah Jerman dapat mengadopsi Gajah Botswana tsb dan di mana raksasa-raksasa Afrika itu dapat tinggal. Kemungkinannya pastilah kecil. Mengangkut puluhan ribu hewan raksasa ke belahan dunia lain akan menjadi tugas yang sulit bahkan bagi seorang Nuh sekalipun. Juga, mahal untuk semua yang terlibat.
Bayangkan, persyaratan minimum untuk memelihara seekor gajah jantan saja, misalnya, harus ada lahan seluas 150 meter persegi.
Kebun binatang dan taman margasatwa bisa saja menjadi pilihan -- hanya saja tidak untuk 20.000 hewan raksasa seperti Gajah Botswana.
Meskipun beberapa bagian Jerman memiliki iklim yang lebih sejuk, wilayah ini mungkin bukan surga bagi Gajah, yang biasanya berkeliaran bebas di hutan tropis atau sabana berumput. Gajah Afrika membutuhkan akomodasi musim dingin dengan suhu minimal 15 derajat.
Jerman harus menyediakan seluruh lanskap yang berbukit seperti di Lower Saxony, Jerman utara, sebuah kawasan hutan dengan banyak sungai.
Tetapi di mana pun Gajah itu ditempatkan di Jerman, mereka akan melahap apa pun yang terlihat dan kemudian semuanya akan berantakan, Itulah alasan presiden Botswana mengedepankan fakta bahwa hewan-hewan tsb harus berkeliaran dengan bebas, dan dijaga keseimbangannya dengan perburuan satwa liar bertrofi.
Jika perburuan satwa liar bertrofi berjalan dengan baik -- tanpa korupsi -- hal ini dapat memberikan kontribusi besar bagi konservasi spesies serta sumber pendapatan yang besar bagi konservasi alam.
Botswana, Namibia, dan Afrika Selatan merupakan contoh yang baik mengenai bagaimana hal ini dapat dilakukan.
Dunia harus tahu populasi Botswana hidup dengan begitu banyak Gajah. Di Jerman, orang bisa saja terkencing-kencing karena ada tiga serigala yang secara tidak sengaja terlihat di sebuah kota.
Bagaimana kalau over populasi Gajah di Botswana dapat dialihkan ke beberapa negara, tidak hanya Jerman saja. Misalnya ke Indonesia, ke Malaysia, ke Filipina, ke Amerika, ke Inggeris dst. Sejauh tentu ongkos ditanggung oleh  negara-negara penerima.
Katakanlah raksasa-raksasa Afrika itu bisa mengisi hutan-hutan Indonesia. Semua tahu Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) masuk dalam Daftar Merah IUCN sebagai "Sangat Terancam Punah". Populasinya diperkirakan hanya sekitar 179-335 ekor di alam liar.
Sayangnya, ini pun sulit, karena Gajah Sumatera dan Gajah Afrika adalah dua spesies yang berbeda dengan kebutuhan dan perilaku yang berbeda pula.
Gajah Sumatera beradaptasi dengan hutan hujan tropis Asia, sedangkan Gajah Afrika hidup di sabana dan hutan Afrika.
Memasukkan Gajah Afrika ke habitat Gajah Sumatera dapat mengganggu keseimbangan ekologis dan berpotensi membahayakan populasi Gajah Sumatera yang tersisa.
Gajah Afrika juga berkemungkinan membawa penyakit yang tidak ada di Asia, yang dapat menular ke Gajah Sumatera dan hewan liar lainnya. Hal ini dapat berakibat fatal bagi spesies yang terancam punah seperti Gajah Sumatera.
Gajah Afrika memiliki peran ekologis yang berbeda dengan Gajah Sumatera. Memasukkan mereka ke hutan Indonesia dapat mengganggu rantai makanan dan merusak ekosistem yang ada.
Alih-alih memindahkan Gajah Afrika, fokus utama tetaplah pada upaya konservasi Gajah Sumatera di habitat aslinya. Hal ini dapat dilakukan dengan melindungi habitat mereka dari deforestasi dan perburuan liar; meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi Gajah; mendukung penelitian dan program pemuliaan untuk meningkatkan populasi Gajah Sumatera.
Tidak semua negara memiliki habitat yang cocok untuk Gajah Afrika. Mereka membutuhkan ruang yang luas dengan vegetasi yang sesuai untuk makan. Mengintroduksi populasi besar Gajah ke ekosistem baru yang tidak siap bisa merusak keseimbangan lingkungan.
Bagaimanapun pemerintah Jerman harus mencabut larangan perburuan satwa liar bertrofi di Afrika, kemudian fokus untuk meneliti dan menerapkan metode kontrol kelahiran Gajah yang aman dan hewani untuk mengendalikan populasi secara alami; menciptakan habitat baru atau koridor yang menghubungkan wilayah Gajah untuk mengurangi konflik dengan manusia dan membantu pergerakan alami mereka; mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang fokus pada pengamatan Gajah dan memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal, sehingga mendorong pelestarian Gajah.
Mendiversifikasi negara penerima Gajah mungkin bisa meringankan beban Botswana, namun  tantangan logistik, kesejahteraan hewan, dan kesesuaian habitat tetap menjadi masalah utama. Fokus pada konservasi di tempat dan kerjasama internasional adalah solusi yang lebih realistis dan berkelanjutan.
Akhirnya kita memang harus mendukung Botswana yang kini tengah kelimpungan lantaran aturan baru larangan perburuan Gajah bertrofi di Afrika. Larangan dari pemerintah Jerman itu jelas bertentangan dengan kebijakan Botswana yang justeru menjadikan perburuan Gajah bertrofi sebagai salah satu cara dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Lihat :
https://indianexpress.com/article/explained/botswana-elephant-population-germany-9255371/
https://www.politico.eu/article/botswana-elephant-germany-migration-plan/
Joyogrand, Malang, Tue', Apr' 09, 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H