Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Ngelongok Jazz di Negeri ini

26 Maret 2024   14:48 Diperbarui: 26 Maret 2024   14:56 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ngelongok Jazz di Negeri Ini

Musik Jazz adalah genre musik yang lahir dari komunitas Afro-Amerika di New Orleans, Louisiana, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Jazz dipengaruhi oleh Blues dan Ragtime, dan terus berkembang pesat sejak era "Jazz Age" di tahun 1920-an.

Beberapa ciri khas Jazz antara lain Musisi Jazz kerap membuat melodi dan harmoni spontan saat pertunjukan, sehingga terkesan "berdialog" dengan instrumen lain; adanya ritme yang "berayun" (swing). Ini membuat pendengarnya ingin bergerak mengikuti irama; adanya penggunaan "nada biru" (blue notes) atau nada-nada yang sedikit "didesah" dari tangga nada standar, sehingga menghasilkan kesan melankolis atau emosi yang mendalam; Jazz bisa dimainkan berdasarkan komposisi yang sudah ada, namun juga bisa dikembangkan secara bebas oleh para musisinya.

Jazz terus berkembang dengan berbagai sub-genre, dari yang riang dan ceria sampai yang bernuansa eksperimental. Para musisi legendaris seperti Louis Armstrong, Duke Ellington, Charlie Parker, dan Miles Davis adalah beberapa tokoh penting yang membentuk sejarah Jazz.

Harus diakui Jazz berkembang pesat di blantika musik dunia. Hanya saja di negeri ini musik jazz relatif sulit berkembang.

Banyak orang Indonesia yang belum familiar dengan musik jazz.  Genre ini sering dianggap rumit dan sulit dimengerti, sehingga kurang menarik bagi khalayak umum.  Pendidikan musik di sekolah juga jarang fokus pada jazz.

Tempat pertunjukan musik jazz masih terbilang terbatas, terutama di luar kota besar.  Hal ini membuat musisi jazz sulit untuk mendapatkan panggung dan menjangkau publik. Media massa pun kurang memberi perhatian pada musik jazz.

Jazz sering diidentikkan dengan gaya hidup elit dan eksklusif.  Stigma ini membuat orang beranggapan bahwa jazz bukan untuk mereka.

Di Indonesia, genre musik pop, dangdut, dan rock jauh lebih populer dan mendominasi industri musik. Hal ini membuat musik jazz sulit bersaing dan mendapatkan perhatian publik.

Banyak musisi jazz senior yang sudah tidak aktif, dan belum banyak talenta muda yang muncul untuk meneruskan tradisi jazz.

Indra Lesmana adalah salah satu musisi jazz yang kesohor di negeri ini. Ia pernah di Jakarta dan terpaksa pindah ke Bali untuk membangun semacam sanggar untuk bermusik dan memperkenalkan musik jazz disana. Kita pun bertanya mengapa ia tidak mengembangkan musik jazz di Jakarta. Bukankah audiens musik jauh lebih banyak di Jakarta ketimbang berkiprah di daerah, meskipun itu bernama Bali.

Merujuk pada perjalanan Indra sendiri, sepertinya ada beberapa alasan mengapa Ia memilih pindah ke Bali dan membangun sanggar musik di sana.

Indra Lesmana sudah lama berkecimpung di dunia musik jazz di Jakarta dan merasa perlu mencari suasana baru untuk mengembangkan kreativitasnya. Bali menawarkan atmosfer yang berbeda, dengan budaya dan alam yang inspiratif.

Indra Lesmana ingin membantu mengembangkan komunitas jazz di Bali yang masih terbilang kecil. Sanggar musiknya diharapkan dapat menjadi wadah bagi para musisi jazz lokal untuk belajar, berlatih, dan tampil bersama.

Indra Lesmana ingin mencari keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadinya. Bali menawarkan gaya hidup yang lebih tenang dan santai, yang dirasa cocok untuknya setelah bertahun-tahun berkecimpung di dunia musik yang penuh kesibukan.

Meskipun audiens jazz di Jakarta jauh lebih banyak, Indra Lesmana ingin menjangkau audiens baru di Bali. Ia percaya Bali, dengan statusnya sebagai destinasi wisata internasional, dapat menjadi pintu gerbang untuk memperkenalkan musik jazz kepada khalayak yang lebih luas.

Indra Lesmana ingin membuat karya musik yang lebih otentik dan terinspirasi oleh budaya lokal. Bali, dengan kekayaan budayanya, dapat menjadi sumber inspirasi yang tak ternilai baginya.

Bagaimanapun, tetap saja persoalannya bahwa resonansi dari kiprah Indra disana untuk perkembangan musik Jazz di Indonesia masih belum terasa hingga sejauh ini.

Sebagaimana diketahui, Indra Lesmana telah membangun sanggar musik yang menjadi wadah bagi para musisi jazz lokal untuk belajar, berlatih, dan tampil bersama. Ia secara rutin mengadakan pertunjukan jazz di Bali, yang meningkatkan akses publik terhadap genre ini. Indra terbilang aktif dalam mempromosikan musik jazz di Bali, termasuk melalui media sosial dan kolaborasi dengan musisi lokal.

Indra Lesmana masih aktif frequently di komunitas jazz Jakarta dan mengadakan pertunjukan di ibukota. Ia masih memiliki banyak penggemar di seluruh Indonesia dan karyanya terus didengarkan dan dinikmati oleh banyak orang.

Indra Lesmana pun masih diundang sebagai juri dan mentor dalam berbagai ajang pencarian bakat musik, yang memberikan pengaruh positif bagi perkembangan musik jazz di Indonesia.

Saya berkeyakinan kuat bukan itu variabel penting yang terkuat pengaruhnya. Bukankah kafe-kafe di seantero Jawa hingga Bali-Lombok dan Lingkar Toba mempunyai postur yang kuat untuk semakin membumikan musik jazz dan blues di negeri ini.

Para pemilik kafe bisa mengundang para musisi, khususnya musisi jazz, bermain disitu. Yang perlu dipikirkan adalah kenyataan bahwa kafe-kafe yang berpostur seperti ini lebih mengutamakan perputaran duit atau cash flow yang kencang, sedangkan kafe-kafe yang kecil tak mungkin mengundang para musisi jazz atau blues bermain musik disitu, karena disamping kecil tempatnya tentu harus membayar cukup mahal kepada para pemusik yang bermain disitu. Ini dilematis sekali.

Kafe-kafe umumnya lebih fokus pada profitabilitas dan cenderung memilih genre musik yang lebih populer dan mendatangkan lebih banyak pengunjung. Hal ini membuat mereka enggan mengundang musisi jazz dan blues yang honornya relatif lebih tinggi dan belum tentu menarik banyak pengunjung.

Sementara itu, kafe-kafe kecil memiliki keterbatasan ruang dan akustik yang mungkin tidak ideal untuk pertunjukan musik jazz dan blues. Hal ini dapat membuat pengunjung tidak nyaman dan mengurangi minat mereka untuk datang ke kafe.

Biaya untuk mengundang musisi jazz dan blues profesional terbilang cukup mahal bagi kafe-kafe kecil. Hal ini dapat membuat kafe-kafe kecil sulit untuk mengadakan pertunjukan jazz dan blues secara rutin.

Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut : kafe-kafe dapat berkolaborasi dengan komunitas jazz dan blues untuk mengadakan pertunjukan bersama. Hal ini dapat membantu kafe untuk mendapatkan musisi berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau; kafe-kafe dapat memberikan kesempatan kepada musisi jazz dan blues lokal untuk tampil di kafe mereka. 

Hal ini dapat membantu para musisi lokal untuk mendapatkan exposure dan meningkatkan popularitas mereka; kafe-kafe dapat menyelenggarakan pertunjukan jazz dan blues pada waktu yang tepat, seperti hari-hari tertentu dalam seminggu atau pada waktu-waktu tertentu dalam sehari. 

Hal ini dapat membantu kafe untuk menarik pengunjung yang specifically ingin menikmati musik jazz dan blues; kafe-kafe dapat menawarkan paket khusus untuk pengunjung yang ingin menikmati musik jazz dan blues, seperti paket makan malam dengan pertunjukan musik. Hal ini dapat menarik pengunjung yang ingin menikmati pengalaman yang lebih Istimewa; kafe-kafe dapat mengadakan pertunjukan jazz dan blues secara virtual melalui platform media sosial. Hal ini dapat membantu kafe untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan mengatasi keterbatasan ruang dan akustik.

Dengan solusi-solusi tersebut, diharapkan kafe-kafe dapat memainkan peran yang lebih besar dalam membumikan musik jazz dan blues di Indonesia. Kafe dapat menjadi wadah bagi para musisi jazz dan blues untuk berkarya dan menjangkau audiens yang lebih luas, dan ultimately membantu meningkatkan popularitas musik jazz dan blues di Indonesia.

Asal tahu, musik Jazz sesungguhnya bukanlah musik rumit. Bergantung kepada para musisi untuk mengaransir sebuah komposisi. Contoh Nancy Wilson di AS. Kebanyakan lagu yang dibawakan Nancy adalah lagu-lagu pop. Tapi lagu-lagu itu berubah jadi romantik dan melankolis dengan nuansa jazz yang kental dari seorang Nancy Wilson.

Jazz memiliki banyak sub-genre dan gaya, mulai dari yang riang dan ceria hingga yang bernuansa eksperimental. Bahkan, banyak lagu pop yang diaransemen ulang dengan gaya jazz dan menjadi populer di kalangan penikmat jazz.

Nancy Wilson adalah contoh yang tepat dalam meluruskan persoalan ini. Penyanyi jazz legendaris ini terkenal dengan kemampuannya membawakan lagu-lagu pop dengan nuansa jazz yang kental. Suaranya yang merdu dan interpretasinya yang penuh dengan emosi menjadikan lagu-lagunya begitu romantis dan melankolis.

Kemampuan para musisi jazz dalam mengaransir dan membawakan lagu menjadi salah satu daya tarik utama genre ini. Improvisasi dan spontanitas yang menjadi ciri khas jazz memberikan ruang bagi para musisi untuk mengekspresikan diri dan menciptakan sesuatu yang baru.

Beberapa contoh musisi jazz lain yang terkenal dengan kemampuannya membawakan lagu-lagu pop dengan gaya jazz : Ella Fitzgerald; Billie Holiday; Dinah Washington; Frank Sinatra; Nat King Cole; Miles Davis.

Dengan semakin banyaknya musisi jazz yang membawakan lagu-lagu populer dengan gaya jazz, diharapkan genre ini dapat semakin diterima dan dinikmati oleh khalayak yang lebih luas.

Jazz bukan hanya tentang musik yang rumit dan eksperimental, tetapi juga tentang keindahan, emosi, dan ekspresi diri.

Untuk mengembangkan musik jazz di Indonesia, Indra Lesmana dan kita semua pecinta musik Jazz di tanah air harus dapat meningkatkan edukasi dan pemahaman tentang musik jazz kepada masyarakat, terutama generasi muda; memperkenalkan musik jazz sejak dini melalui pendidikan formal dan informal; mengadakan workshop, seminar, dan kelas musik jazz bagi para peminat dan musisi muda.

Pemerintah via Kementerian Parekraf seyogyanya berada di lini depan dalam memperbanyak tempat pertunjukan jazz di berbagai daerah, terutama di luar kota besar; mendukung penyelenggaraan festival dan pertunjukan jazz; memanfaatkan media sosial dan teknologi untuk mempromosikan musik jazz dan menjangkau khalayak yang lebih luas.

Berilah kesempatan kepada musisi jazz muda untuk tampil dan berkarya; doronglah kolaborasi antar musisi jazz dari berbagai generasi; selenggarakanlah program pembinaan dan pengembangan bakat bagi musisi jazz muda.

Juga perlu dibangun kerjasama antara musisi jazz, komunitas jazz, pemerintah, dan pihak swasta; pemerintah seyogyanya mendukung program-program pengembangan musik jazz dari berbagai pihak; menciptakan ekosistem musik jazz yang kondusif bagi perkembangan dan kemajuan genre ini.

Indra Lesmana sudah merintis penggabungan musik jazz dengan elemen budaya lokal untuk menciptakan musik jazz yang unik dan khas Indonesia; termasuk memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan karya musik jazz yang inovatif, dan menyelenggarakan pertunjukan jazz dengan format yang kreatif dan menarik.

Kembali kepada pemerintah sebagai penggerak utama yang harus punya kiat khusus untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap musik jazz; termasuk memberikan penghargaan kepada para musisi jazz yang berprestasi, dan menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghargai musik jazz.

Dengan kiat-kiat tersebut, diharapkan musik jazz dapat berkembang dengan baik di Indonesia dan dinikmati oleh lebih banyak orang. Jazz bukan hanya tentang musik yang rumit dan eksperimental, tetapi juga tentang keindahan, emosi, dan ekspresi diri.

Joyogrand, Malang, Tue', March 26, 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun