Saya berkeyakinan kuat bukan itu variabel penting yang terkuat pengaruhnya. Bukankah kafe-kafe di seantero Jawa hingga Bali-Lombok dan Lingkar Toba mempunyai postur yang kuat untuk semakin membumikan musik jazz dan blues di negeri ini.
Para pemilik kafe bisa mengundang para musisi, khususnya musisi jazz, bermain disitu. Yang perlu dipikirkan adalah kenyataan bahwa kafe-kafe yang berpostur seperti ini lebih mengutamakan perputaran duit atau cash flow yang kencang, sedangkan kafe-kafe yang kecil tak mungkin mengundang para musisi jazz atau blues bermain musik disitu, karena disamping kecil tempatnya tentu harus membayar cukup mahal kepada para pemusik yang bermain disitu. Ini dilematis sekali.
Kafe-kafe umumnya lebih fokus pada profitabilitas dan cenderung memilih genre musik yang lebih populer dan mendatangkan lebih banyak pengunjung. Hal ini membuat mereka enggan mengundang musisi jazz dan blues yang honornya relatif lebih tinggi dan belum tentu menarik banyak pengunjung.
Sementara itu, kafe-kafe kecil memiliki keterbatasan ruang dan akustik yang mungkin tidak ideal untuk pertunjukan musik jazz dan blues. Hal ini dapat membuat pengunjung tidak nyaman dan mengurangi minat mereka untuk datang ke kafe.
Biaya untuk mengundang musisi jazz dan blues profesional terbilang cukup mahal bagi kafe-kafe kecil. Hal ini dapat membuat kafe-kafe kecil sulit untuk mengadakan pertunjukan jazz dan blues secara rutin.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut : kafe-kafe dapat berkolaborasi dengan komunitas jazz dan blues untuk mengadakan pertunjukan bersama. Hal ini dapat membantu kafe untuk mendapatkan musisi berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau; kafe-kafe dapat memberikan kesempatan kepada musisi jazz dan blues lokal untuk tampil di kafe mereka.Â
Hal ini dapat membantu para musisi lokal untuk mendapatkan exposure dan meningkatkan popularitas mereka; kafe-kafe dapat menyelenggarakan pertunjukan jazz dan blues pada waktu yang tepat, seperti hari-hari tertentu dalam seminggu atau pada waktu-waktu tertentu dalam sehari.Â
Hal ini dapat membantu kafe untuk menarik pengunjung yang specifically ingin menikmati musik jazz dan blues; kafe-kafe dapat menawarkan paket khusus untuk pengunjung yang ingin menikmati musik jazz dan blues, seperti paket makan malam dengan pertunjukan musik. Hal ini dapat menarik pengunjung yang ingin menikmati pengalaman yang lebih Istimewa; kafe-kafe dapat mengadakan pertunjukan jazz dan blues secara virtual melalui platform media sosial. Hal ini dapat membantu kafe untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan mengatasi keterbatasan ruang dan akustik.
Dengan solusi-solusi tersebut, diharapkan kafe-kafe dapat memainkan peran yang lebih besar dalam membumikan musik jazz dan blues di Indonesia. Kafe dapat menjadi wadah bagi para musisi jazz dan blues untuk berkarya dan menjangkau audiens yang lebih luas, dan ultimately membantu meningkatkan popularitas musik jazz dan blues di Indonesia.
Asal tahu, musik Jazz sesungguhnya bukanlah musik rumit. Bergantung kepada para musisi untuk mengaransir sebuah komposisi. Contoh Nancy Wilson di AS. Kebanyakan lagu yang dibawakan Nancy adalah lagu-lagu pop. Tapi lagu-lagu itu berubah jadi romantik dan melankolis dengan nuansa jazz yang kental dari seorang Nancy Wilson.
Jazz memiliki banyak sub-genre dan gaya, mulai dari yang riang dan ceria hingga yang bernuansa eksperimental. Bahkan, banyak lagu pop yang diaransemen ulang dengan gaya jazz dan menjadi populer di kalangan penikmat jazz.