Anomali dan Ratapan Tak Bisa Lagi Mengorbit Tanpa Jokowi
Noise kalangan elit, akademisi dan para aktivis di penghujung kekuasaan Presiden Jokowi seakan meresahkan. Apa memang ini buntut dari exercise of power di negeri ini.
Ya sudahlah. Sudah terlalu lama bangsa ini menderita. Bayangkan sejak kemerdekaan 1945 bangsa ini sudah melalui lika-liku perjalanan sulit. Itu semua ibarat Sungai yang mengalir berlika-liku dari hulu ke hilir, dimana ia membentuk semua tepian yang dilaluinya, ada yang terjal, ada yang tinggal diciduk airnya, ada yang cocok untuk mandi dan berenang dsb.
Berefleksi dari umpasa itu, kita pun tersedak sedih karena di tengah kebebasan demokrasi yang luarbiasa sekarang, kita justeru jadi Anomali. Gagal berefleksi tentang siapakah daku now, katakanlah begitu.
Coba, Jokowi sekarang jadi bulan-bulanan tarik-menarik antar berbagai kubu. Jokowi menghilang dari PDIP. Muncul kata "pengkhianat"; seakan rapat dengan Prabowo, dan memang harus rapat karena Prabowo adalah pembantunya dalam pemerintahan, dikatakan meng-endorse; sehabis sidang MK mengenai batas usia-capres muncul kata "politik dinasti"; saat Gibran sang anak dicawapreskan jadi pasangan Prabowo, muncul hujatan ah itu maunya Ibu Iriana; begitu 02 menang telak dalam quick count, sedangkan No 01 dan 03 keok besar, muncul terkaman kecurangan terstruktur dan massif dengan tudingan efek Bansoslah, penyalahgunaan instrumen pemilulah dst.
Begitu Hak Angket mulai melaju di DPR, muncul tarikan lain bahwa Jokowi akan menduduki kursi besar Golkar dalam rangka membangun barisan nasional, bahkan lucunya ada yang mengatakan PDIP pun menyediakan kursi besar semacam itu.
Itu semua berangkat dari apa yang dinamakan "Jokowi Effect". Makhluk seperti apa itu. Jokowi Effect mengacu pada dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakan atau tindakan Presiden Jokowi. Istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada fenomena di mana keputusan atau langkah-langkah yang diambil oleh Presiden Jokowi memiliki efek signifikan atau mempengaruhi berbagai aspek kehidupan politik, ekonomi, dan sosial di Indonesia.
Dalam konteks ekonomi, Jokowi Effect dapat merujuk pada kebijakan-kebijakan ekonomi yang diperkenalkan oleh pemerintah Jokowi yang mempengaruhi pasar, pertumbuhan ekonomi, investasi, dan sektor-sektor lainnya. Sementara dalam konteks politik, Jokowi Effect bisa mengacu pada pengaruhnya terhadap dinamika politik dalam negeri, termasuk dukungan publik, popularitas, dan hasil pemilihan umum.
Dalam soal cawe-cawe politik misalnya terbukti pengaruhnya memang kuat. Jokowi dikenal karena karismanya dan kemampuannya untuk berinteraksi dengan masyarakat secara langsung. Gaya kepemimpinannya yang dekat dengan rakyat dapat mempengaruhi persepsi dan opini publik terhadap berbagai isu politik.