Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Saatnya Kopi Arabika Batak Kembali ke Nama Semula, Kopi Sigararutang

27 Februari 2024   16:33 Diperbarui: 1 Maret 2024   15:58 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi biji kopi | Sumber: Pixabay/Myriams-Fotos

Kopi Arabika Batak Saatnya Kembali ke Nama Semula Kopi Sigararutang

Ketika jenis Kopi Arabika pertama kali diperkenalkan pada awal 1980-an, petani di Tapanuli Utara, Sumut, menanamnya dengan ragu-ragu.

Tapi dalam perjalanan waktu karena setiap panen tak pernah tak laku terjual kepada para tengkulak, maka tanaman ini menyebar dengan cepat ke seluruh Tano Batak. Kopi jenis Robusta pun mulai tersingkir.

Hal ini membuktikan Kopi Arabika Batak laris-manis di pasar dunia.

Petani "senen-kemis" di wilayah ini pun gembira, meski tak pernah tahu bahwa kopi mereka sudah mendunia seperti itu.

Mereka sungguh tertolong, karena Kopi Sigararutang tak pernah rewel. Tano Batak ternyata habitat yang cocok untuknya. Tiap bulan terus-menerus sepanjang tahun para petani dengan santai tinggal memetik buahnya saja dari tanaman istimewa yang sangat produktif ini.

Begitu hasil panen terjual, maka utang mereka kiri-kanan pun terbayar. Itulah asal-muasal penamaan Kopi Sigararutang.

Karena Kopi Sigararutang berpostur pendek, khas Kopi Arabika Tano Batak, dengan tinggi max 2 m dan jari-jari percabangan 1,5 m, maka nama pelawak Ateng yang berpostur pendek dan jenaka itu pun dioper menjadi nama bekennya kedua yang juga sangat memasyarakat yi Kopi Ateng.

Kopi Arabika Batak yang sudah banyak dipelintir dengan macam-macam nama tak jelas seperti Kopi Lintong, Kopi Toba, Kopi Sidikalang dll, sudah saatnya kembali ke nama semula, yaitu Kopi Sigararutang. Itu adalah langkah terpenting now untuk membedakannya dengan kopi Arabika dari daerah lainnya.

Nama Sigararutang mencerminkan sejarah dan keunikan kopi ini, yang mampu membantu para petani "senen-kemis" di Tano Batak melunasi utang mereka.

Nama ini juga membedakannya dengan kopi Arabika dari daerah lain, memberikannya identitas dan ciri khas yang kuat.

Nama Sigararutang lebih mudah diingat dan diucapkan, dibandingkan dengan nama lainnya entah itu Kopi Lintong, Kopi Toba, Kopi Pangaribuan, Kopi Sipahutar dst.

Nama Sigararutang lebih menarik dan unik, sehingga dapat meningkatkan daya tarik dan popularitas kopi Arabika Batak itu di pasar domestik dan internasional.

Memberikan nama Sigararutang merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan kepada para petani di Tano Batak yang telah berjasa dalam mengembangkan kopi ini. Nama ini juga menjadi pengingat akan sejarah Kopi Sigararutang itu sendiri, dan budaya masyarakat Batak yang kaya.

Penggunaan nama Sigararutang dapat membuka peluang ekonomi baru bagi para petani dan pengusaha kopi di Tano Batak. Hal ini dapat meningkatkan nilai jual kopi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Penggantian nama Kopi Arabika Batak menjadi Kopi Sigararutang adalah langkah yang tepat dan strategis.

Hal ini akan meningkatkan daya saing kopi di pasar global, memberikan penghargaan kepada para petani, dan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat Tano Batak.

Ibu penjual dan pengepul Kopi Sigararutang di Onan Pangaribuan, Tapanuli utara, Sumut. Foto: Parlin Pakpahan.
Ibu penjual dan pengepul Kopi Sigararutang di Onan Pangaribuan, Tapanuli utara, Sumut. Foto: Parlin Pakpahan.
Potensi dan masalah

Kurang lebih 65% dari total produksi kopi Tano Batak berasal dari Taput. Dan kurang lebih 70% total produksi kopi Sumatera Utara berasal dari Tano Batak. Itulah potensi utama tano Batak.

Namun sejauh ini pemerintah belum juga berhasil mengatasi para kordinator lapangan yang mengepul kopi rakyat dari daerah-daerah produksi di seluruh pelosok tanah Batak.

Persisnya mereka itu adalah tengkulak-tengkulak besar yang sebagian besar di antaranya mewakili kepentingan kaum kapitalis besar seperti Otten Coffee, Starbucks, Exelso, Kapal Api dan sebangsanya.

Sewaktu-waktu mereka bisa saja mempermainkan harga kopi untuk para petani. Sementara UMKM setempat, mereka pada umumnya masih lemah dalam permodalan baik alat-alat produksi maupun asset tak bergerak seperti workshop kopi dan kafe-kafe modern untuk melayani komunitas kopi pada umumnya.

Tengkulak besar sebagai perantara antara petani dan pembeli sering kali memanipulasi harga kopi, sehingga petani tidak mendapatkan keuntungan yang sepadan. Hal ini menyebabkan petani kopi Tano Batak terjebak dalam kemiskinan dan tidak dapat meningkatkan taraf hidup mereka.

UMKM kopi di Tano Batak masih kekurangan modal dan infrastruktur untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi mereka. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan bersaing dengan perusahaan kopi besar di pasar domestik dan internasional.

Pemerintah belum memberikan perhatian yang cukup kepada pengembangan kopi Tano Batak. Hal ini terlihat dari minimnya infrastruktur, pelatihan, dan pendanaan yang diberikan kepada para petani dan UMKM kopi di Tano Batak.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak.

Pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada pengembangan kopi Tano Batak, seperti membangun infrastruktur jalan dan jembatan untuk memudahkan akses ke daerah produksi kopi; memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para petani untuk meningkatkan kualitas kopi mereka; memberikan bantuan modal dan akses pasar kepada UMKM kopi lokal.

Petani kopi perlu bersatu dan membentuk koperasi untuk memperkuat posisi mereka dalam negosiasi harga dengan tengkulak; meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam budidaya kopi yang baik dan benar.

UMKM kopi lokal perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, seperti Pemerintah untuk mendapatkan bantuan modal dan pelatihan; Perguruan Tinggi untuk melakukan penelitian dan pengembangan kopi; Perusahaan Kopi Besar untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas.

Masyarakat perlu mendukung produk kopi lokal dengan membeli dan mempromosikan kopi Sigararutang selaku kopi unggulan dari Tano Batak.

Dengan kerjasama dan upaya bersama dari berbagai pihak, potensi kopi Sigararutang dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani dan masyarakat di Tano Batak. Kopi Sigararutang memiliki potensi untuk menjadi salah satu kopi terbaik di dunia dan membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Kemasan dan Logo

Kemasan dan logo Kopi Sigararutang harus mencerminkan identitasnya sebagai kopi khas Batak yang berasal dari Tano Batak.

Beberapa ide untuk desain kemasan dan logo

Kemasan: gunakan warna-warna yang identik dengan budaya Batak, seperti merah, hitam, dan putih; gunakan gambar yang mewakili budaya Batak, seperti rumah adat Batak, tenun ulos, atau alat musik tradisional Batak; gunakan font yang terinspirasi dari aksara Batak; gunakan bahan yang ramah lingkungan dan mencerminkan keunikan kopi Sigararutang, seperti kemasan yang dilapisi kain daur ulang dengan motif ulos Batak atau dilapisi bambu dengan motif gorga sebagaimana terlihat dalam rumah-rumah adat Batak.

Logo: gunakan simbol yang mewakili sejarah dan keunikan Kopi Sigararutang, seperti Pohon Kopi dengan buah yang melambangkan kesuburan dan produktivitas kopi Sigararutang; Gadis Batak yang melambangkan budaya dan tradisi masyarakat Batak; buat tulisan "Sigararutang" dengan aksara Batak; gunakan warna yang sama dengan kemasan, seperti merah, hitam, dan putih; gunakan font yang sama dengan kemasan, terinspirasi dari aksara Batak.

Pastikan desain kemasan dan logo Kopi Sigararutang mudah diingat, menarik, dan mencerminkan identitasnya sebagai kopi khas Batak.

Gunakan tagline yang menarik dan mudah diingat, seperti "Kopi Sigararutang: Cita rasa Batak yang mendunia", atau "Kopi Sigararutang: Secangkir kebahagiaan dari Tano Batak".

Ceritakan kisah menarik tentang sejarah dan keunikan Kopi Sigararutang di kemasan atau website; berikan informasi yang jelas tentang asal kopi, varietas, dan proses pengolahannya di kemasan; gunakan QR code pada kemasan untuk mengarahkan konsumen ke website atau media sosial Kopi Sigararutang.

Kita harus pastikan semua nama atau merk tak jelas selama ini harus dihentikan. Sudah saatnya kita kembali ke nama asal kopi unggulan kita, yaitu Kopi Sigararutang.

Belajarlah kreatif sebagaimana ekonomi kreatif kita sekarang. Itu semua akan menjadikan UMKM Lingkar Toba akan lebih besar lagi ke depan ini. 

Danau Toba sebagai DPSP atau Daerah Pariwisata Super Prioritas adalah landasan utama bagi UMKM setempat untuk meraih mimpi anak bangsa di bonapasogit, yaitu terbebas dari belenggu kemiskinan.

Mari sukseskan Grandprix Powerboat Katamaran F1H2O di Danau Toba pada tanggal 1-3 Maret 2024, dimana para UMKM di Lingkar Toba sudah harus siap sepenuhnya berpartisipasi aktif di dalamnya.

Dan kepada kalangan kapitalis besar yang numpang semakin ngetop dalam ajang ini karena mampu membayar milyaran rupiah untuk menayangkan nama mereka dalam tayangan langsung TV F1H2O dalam kejuaraan dunia powerboat kali ini, maka alangkah eloknya kalau mereka dalam kesempatan emas ini mencantolkan nama-nama UMKM setempat yang terseleksi ketat dan sangat layak masuk dalam tayangan promosi DPSP Danau Toba.

Joyogrand, Malang, Tue', Febr' 27, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun