Harga Kopi Arabika mentahan dari petani di Parsoburan, Toba misalnya, yang masih berupa gabah (istilah setempat yang menunjukkan kopi itu belum dikupas samasekali) Rp 43.000 per kg, lalu  di pengepul yang telah mengubahnya menjadi "green bean" Rp 120.000 per kg. Sedangkan Kopi Robusta yang sudah menjadi green bean dari petani harga per kg Rp 45.000.
Kalau dibandingkan dengan dunia perkopian 10-15 tahun lalu sebelum BODT mengembangkan Danau Toba seperti sekarang. Itu sudah kemajuan besar. Yang penting pemerintah tetap harus mewaspadai para kapitalis tak berhati yang bisa saja setiap saat mempermainkan harga, karena bagaimanapun di lingkar Toba ini banyak semacam kordinator lapangan yang mengepul bahan baku kopi dari para petani. Mayoritas di antaranya jelas mewakili kepentingan kaum kapitalis dimaksud.
Sinergi
Yang diperlukan now adalah bagaimana menciptakan sinergi yang dapat menguntungkan UMKM dan juga bagaimana agar pemain-pemain besar seperti Otten Coffee, Starbucks, Excelso, Kapal Api dst dapat mengikuti aturan yang telah ditetapkan pemerintah, sehingga pasar tetap terbuka buat UMKM perkopian di Lingkar Toba.
Hal lain yang dikeluhkan Rozes Pardosi dkk adalah soal permodalan dan inovasi produk. Hal ini sebetulnya biasa saja di pulau Jawa, tapi tak biasa bagi pelaku UMKM di Lingkar Toba. Dari percakapan telpon dengan Rozes katakanlah BI ok membantu terselenggaranya ini itu hingga pendidikan calon Barista untuk Lingkar Toba, bahkan Rumata Coffee yang mewakili Kabupaten Toba pernah juara pertama dalam Green Bean Competition (kontes biji kopi) yang diselenggarakan Juni tahun lalu di Balige, dimana sponsornya adalah BI Sibolga.Â
Tapi tentu pelaku UMKM ini juga harus difasilitasi sebaik-baiknya bagaimana agar dapat membuat sebuah proposal proyek pengembangan usahanya. Dari percakapan dan melalui fakta-fakta visual yang bisa dilihat di tempat usaha, pada umumnya Rozes dkk kekurangan alat-alat produksi yang lebih baik atau berkelas, mulai dari alat untuk meroasting coffee bean, alat penggilingan kopi modern, termasuk luasan lahan untuk workshopnya, dan luasan serta tampilan kafenya agar selaras dengan kebijakan pemerintah dalam pengembangan UMKM yang unggul yang mendukung pengembangan kepariwisataan Toba.Â
Apabila BI dapat memfasilitasi ini, tentu akan mudah mensinergikannya dengan departemen terkait seperti Deperindag untuk perdagangan, Depkop untuk memfasiltasi hal teknis terkait masalah organisasi dan manajemen UMKM, Departemen Pertanian, untuk memfasilitasi masalah teknis perkebunan kopi yang berkelanjutan dst. Intinya UMKM dapat dijembatani untuk memperoleh kredit yang pantas dari perbankan nasional, dengan lembaga penjamin dari pemerintah sendiri.
Kiat
Berikut beberapa kiat yang diperlukan untuk mensinergikan kepariwisataan Danau Toba dengan pengembangan UMKM setempat sehubungan dengan penyelenggaraan F1H2O.
Kiat untuk UMKM