Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Wisata Imbo di Lingkar Toba

24 Februari 2024   14:31 Diperbarui: 24 Februari 2024   14:42 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Imbo (Owa Siamang) bergelantungan di habitatnya di Batangtoru forest. Foto : Facebook/Marno Siagian

Kalau kita jalan-jalan di Lingkar Toba, jangan lupa untuk menyempatkan diri untuk berkunjung ke cagar alam di seputarnya, misalnya Batang Toru, Batang Gadis, Aek Nauli Simalungun, dan cagar alam di tanah Karo.

Selesai berselancar dan bermain-main air jernih di Danau Toba dan wisata tuak ke desa-desa seputar Samosir dan Balige, genapkan length of stay kita menjadi 7 hari, dan bila masih cukup hepeng atau doku atau duit tambah lagi length of stay genap menjadi 14 hari, sudah terhitung 3 hari berwisata air dan budaya di Danau Toba.

Danau Toba hanyalah DPSP atau Daerah Pariwisata Super Prioritas, tapi sesungguhnya alam bukit barisan di sekitarnya menyediakan obyek wisata lebih dari itu, misalnya ada Orangutan Tapanuli atau Pongotapanuliensis dan Imbo atau Owa Siamang atau Sympahalangus syndactilus di Batang Toru forest, dan masih banyak lainnya, belum floranya seperti Hutan Pinus, tanaman endemik Andaliman, Harumonting dll.

Salah satu yang menarik kalau kita menjelajah alam disana adalah keberadaan Imbo atau Owa Siamang atau s]Symphalangus syndactylus.

Satwa antik dan bersuara antik ini berbulu berwarna hitam dengan wajah dan telapak tangan yang tidak berbulu dan berwarna merah muda. Tinggi badan sekitar 80-90 cm, dan berat badan 10-15 kg. Lengannya panjang dan kuat, memungkinkan Imbo dengan mudah bergelayutan di antara pepohonan. Uniknya ia tidak berekor, tapi memiliki kantong suara di bawah tenggorokan yang memungkinkannya untuk menghasilkan suara keras dan indah alami.

Imbo atau Owa Siamang hidup berkelompok yang terdiri dari 2-5 individu. Mereka aktif di siang hari dan menghabiskan sebagian besar waktunya di atas pohon.

Makanan utama Imbo adalah buah-buahan, tetapi mereka juga memakan daun, bunga, dan serangga.

Imbo dikenal dengan suara kerasnya yang digunakan untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok lain dan untuk menandai wilayah mereka.

Imbo atau Owa Siamang adalah primata sosial yang cerdas. Mereka memainkan peran penting dalam ekosistem hutan hujan dengan membantu menyebarkan biji dan mengendalikan populasi serangga.

Ancaman terhadap Imbo

Dalam perjalanan waktu, Imbo kini termasuk salah satu spesies yang terancam punah dan perlu dilindungi. Deforestasi dan perburuan adalah ancaman utama bagi populasi satwa antik ini.

Hutan di lingkar Toba mengalami deforestasi yang tinggi akibat pembukaan lahan untuk perkebunan, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur. Deforestasi menyebabkan hilangnya habitat Imbo dan fragmentasi populasi, yang membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit dan predator.

Sejauh ini Imbo tak luput dari perburuan liar untuk diambil dagingnya, bulunya, dan untuk dijadikan hewan peliharaan. Perburuan ilegal masih menjadi masalah besar di wilayah ini.

Hutan di lingkar Toba banyak dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit dan karet. Konversi hutan ini menyebabkan hilangnya habitat Imbo dan fragmentasi populasi,

Pertambangan emas dan batubara di Batangtoru juga turut mengancam habitat Imbo. Pertambangan ini menyebabkan pencemaran air dan tanah, yang dapat membahayakan kesehatan Imbo.

Pembangunan jalan dan bendungan di lingkar Toba pun mengancam habitat Imbo. Pembangunan ini menyebabkan fragmentasi hutan dan hilangnya habitat Siamang.

Ancaman-ancaman tsb menyebabkan penurunan populasi Imbo di lingkar Toba. Upaya pelestarian yang dilakukan untuk melindungi habitat Imbo di lingkar Toba antara lain penetapan kawasan hutan lindung, pembentukan taman nasional, patroli anti-perburuan, program edukasi bagi masyarakat, rehabilitasi hutan.

Imbo memainkan peran penting dalam ekosistem hutan hujan dengan membantu menyebarkan biji dan mengendalikan populasi serangga. Melestarikan habitat Imbo berarti menjaga keseimbangan alam dan melindungi spesies yang terancam punah.

Imbo (Owa Siamang) bergelantungan di habitatnya di Batangtoru forest. Foto : Facebook/Marno Siagian
Imbo (Owa Siamang) bergelantungan di habitatnya di Batangtoru forest. Foto : Facebook/Marno Siagian

Populasi Imbo (Owa Siamang) di Lingkar Toba

Diperkirakan terdapat sekitar 8.000-10.000 Imbo di Lingkar Toba. Populasi ini terfragmentasi dan terbagi menjadi beberapa kelompok kecil. Populasi Imbo di Batangtoru diperkirakan sekitar 800 individu.

Jumlah ideal populasi Imbo di Lingkar Toba sulit ditentukan karena tergantung pada beberapa faktor, seperti luas habitat yang tersedia, kualitas habitat, ketersediaan sumber makanan

Diperkirakan habitat di Lingkar Toba dapat mendukung populasi Imbo hingga 20.000 individu.

Imbo sebagai Objek Wisata di Lingkar Toba

Imbo adalah primata yang cerdas dan menarik dengan ciri khas yang unik, seperti kantong suara dan suara kerasnya. Karenanya Imbo dapat menjadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Ekowisata Imbo dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal di sekitar Lingkar Toba.

Persiapan yang perlu dilakukan untuk itu adalah Penelitian dan Kajian seperti penelitian tentang ekologi dan perilaku Imbo; menentukan lokasi yang tepat untuk wisata Imbo; memastikan bahwa wisata Imbo tidak mengganggu habitat dan populasi Imbo.

Juga perlu dilakukan pengembangan Infrastruktur seperti membangun jalur wisata yang aman dan ramah lingkungan, membangun tempat pengamatan Imbo, menyediakan informasi dan edukasi tentang Imbo bagi wisatawan.

Tak kalah penting adalah pemberdayaan masyarakat dengan melatih masyarakat lokal sebagai pemandu wisata Imbo, memberikan pelatihan tentang pentingnya pelestarian Imbo, memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat lokal melalui ekowisata Imbo.

Terakhir adalah membuat Peraturan dan Kebijakan terkait usaha untuk melindungi Imbo dan habitatnya, mengatur kuota pengunjung untuk wisata Imbo, pelarangan perburuan dan perdagangan Imbo.

Ekowisata Imbo yang disarankan sementara ini adalah Taman Nasional Batang Toru, dan Pusat Rehabilitasi Imbo di Sibolangit, Sumatera Utara.

Imbo dipastikan memiliki potensi untuk menjadi objek wisata yang menarik di Lingkar Toba. Namun, diperlukan persiapan yang matang dan kebijakan yang tepat untuk memastikan bahwa wisata Imbo tidak mengganggu habitat dan populasi Imbo. Ekowisata Imbo dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal dan membantu pelestarian Imbo di masa yad.

DPSP Danau Toba dapat dilekatkan dengan objek wisata fauna

Danau Toba dan sekitarnya memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk berbagai spesies fauna yang menarik, seperti Imbo atau Owa Siamang, termasuk Owa Ungko (Hylobates agilis). Keduanya adalah primata endemik Sumatera yang terkenal dengan suaranya yang keras.

Selain itu  ada Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang dalam hal ini adalah salah satu spesies harimau yang paling terancam punah di dunia, juga Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang adalah mamalia darat terbesar di Asia Tenggara; Beruang Madu (Helarctos malayanus). Beruang kecil yang terkenal dengan kemampuannya memanjat pohon; Orangutan Tapanuli (Pongotapanuliensis). Primata cerdas yang terkenal dengan rambutnya yang panjang dan merah.

Keanekaragaman hayati Danau Toba dapat dikembangkan menjadi ekowisata fauna yang menarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Ekowisata fauna dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal di sekitar Danau Toba dan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati.

Objek Wisata Fauna di DPSP Danau Toba antara lain Taman Nasional Batang Toru. Ini adalah Taman nasional yang terkenal dengan populasi Imbo dan Owa Ungko; Suaka Margasatwa Bukit Barisan Selatan. Suaka margasatwa yang terkenal dengan populasi gajah Sumatera dan beruang madu.

DPSP Danau Toba memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi ekowisata fauna yang menarik dan berkelanjutan. Pengembangan ekowisata fauna dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati, dan melestarikan habitat fauna yang unik di lingkar Toba.

Konservasionis simpanse Dr. Jane Goodall mengatakan rasa keilahian pernah ia rasakan saat sendirian di tengah alam liar. Ketika saya sendirian di tengah-tengah alam, saya merasa begitu kuat, ada hubungan spiritual dengan ... dengan apapun itu. 

Saya tidak tahu lagi harus menyebutnya apa, yang jelas sebuah kekuatan spiritual yang agung. Dan saya suka ayat Alkitab yang mengatakan "di dalamnya kita hidup dan bergerak dan ada", karena itulah inti dari semua ini, demikian Jane kepada VOA Amerika.

Lihat :

https://www.voaindonesia.com/a/refleksi-konservasionis-jane-goodall-tentang-alam-dan-spiritualitas/5952705.html

https://www.facebook.com/PemerhatiBudayaBatak/posts/imbo-symphalangus-syndactyluslatinentah-kenapa-banyak-orang-yang-hingga-saat-ini/4935608629797679/

https://id.wikipedia.org/wiki/Owa_ungko

https://id.wikipedia.org/wiki/Siamang

https://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Toba

Joyogrand, Malang, Sat', Febr' 24, 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun