Pilpres 2024 : Ndang di Ahu Ndang di Ho, Bulus Ma tu Begu
Merespon ribut-ribut antar Tim Sukses kandidat capres dalam rangka Pilpres 2024, kenapa tak menawarkan program partainya saja? Atau mengkritisi program partai lain? Yang terjadi malah sibuk mengabarkan "kekurangan" pihak lain. Seakan di pihaknya tak ada kekurangan. Pendeknya capres yang lain buruk, yang terbaik adalah capres Tim Sukses saya.
Teringat slank ngeri-ngeri sedap dalam komunitas Batak. Pihak yang satu sudah merasa telanjur citranya tidak mendukung, dan sulit untuk mengembalikannya. Bayangan kekalahan sudah semakin jelas. Dalam keputusasaan, karena tidak legowo, maka akan dilakukan serangan kepada pihak lain yang lebih besar kans-nya untuk menang. Serangannya apa saja yang penting mereka tidak menang dalam perlombaan itu.
Kesohorlah kemudian : "ndang di ahu, ndang di ho, bulus ma tubegu", yang artinya "tidak untukku, tidak untukmu, lebih baiklah diambil setan".Ini senada dengan "saya jeblok kamu juga jeblok". Lazimnya sikap atau pendirian seperti ini disebut teori "zero sum game".
Perilaku seperti ini masih dominan dalam budaya politik Indonesia, padahal Pilpres 2024 bukanlah yang pertama di era reformasi, tapi sudah yang ke sekian kalinya
Bagaimana kita melihat persoalan ini. Dan bagaimana mengkaji perilaku seperti ini dari kacamata sosiolog besar Talcot Parsons.
Dalam konteks politik, fenomena di mana tim sukses kandidat lebih cenderung menyerang lawan politik daripada menawarkan program atau mengkritisi program partainya sendiri memang acapkali terjadi. Hal ini dapat dilihat sebagai strategi politik yang digunakan untuk memenangkan dukungan publik, terutama jika kampanye yang bersangkutan menganggap bahwa menonjolkan kelemahan lawan lebih efektif daripada menyoroti keunggulan sendiri.
Dalam pandangan Talcott Parsons, seorang sosiolog Jerman terkenal, kita bisa memahami perilaku semacam ini melalui beberapa konsep dalam teori fungsionalisme struktural. Parsons menekankan konsep fungsi dan disfungsi dalam sistem sosial. Dalam konteks politik, kampanye yang lebih fokus menyerang lawan dapat dianggap sebagai bentuk disfungsi dalam sistem politik.
Parsons berargumen bahwa setiap elemen dalam sistem sosial memiliki fungsi yang mendukung kelangsungan sistem tsb. Dalam konteks politik, fungsi positifnya adalah memberikan informasi kepada publik tentang perbedaan antara calon dan partainya dengan yang lain.
Namun, jika kampanye terlalu fokus pada menyerang lawan tanpa memberikan informasi yang cukup tentang program dan visi mereka sendiri, ini dapat dianggap sebagai disfungsi. Hal ini dapat mengarah pada ketidakstabilan sistem politik dan kurangnya informasi yang diperlukan pemilih untuk membuat keputusan yang bijak.