Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

"I'll Be Home for Christmas"

20 Desember 2023   12:17 Diperbarui: 22 Desember 2023   00:52 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
I'll Be Home For Christmas. Foto : carolmcleodministries.com

Pada abad pertengahan, tradisi nyanyian Natal semakin berkembang. Lagu-lagu Natal yang lebih populer muncul dalam bahasa rakyat, dan banyak dari lagu-lagu tersebut menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Beberapa contoh dari periode ini adalah "In Dulci Jubilo" dan "Angel's Hymn."

Selama periode ini, banyak lagu-lagu Natal yang kita kenal hari ini mulai muncul. Misalnya, "O Come, All Ye Faithful" (Adeste Fideles) diperkirakan berasal dari abad ke-18. Pada masa ini, nyanyian Natal menjadi lebih umum di luar gereja, dan masyarakat umum mulai mengadopsi tradisi nyanyian Natal dalam berbagai bahasa.

Revolusi Industri dan perkembangan teknologi cetak membantu menyebarkan lagu-lagu Natal ke seluruh dunia. Pada abad ke-19, banyak lagu-lagu Natal klasik yang sangat dikenal, seperti "Silent Night" (Stille Nacht) dan "Jingle Bells," ditulis. Radio dan rekaman kemudian membawa lagu-lagu Natal ke lebih banyak pendengar, dan tradisi nyanyian Natal menjadi lebih sekuler.

Seiring berjalannya waktu, tradisi nyanyian Natal terus berkembang, dan sejumlah besar lagu-lagu Natal telah diciptakan di berbagai gaya musik dan bahasa di seluruh dunia. Meskipun banyak lagu-lagu Natal klasik berasal dari abad ke-19 dan ke-20, tradisi nyanyian Natal itu sendiri sudah ada sejak awal kekristenan.

Lagu-lagu Natal di Indonesia sepertinya baru muncul setelah kaum evangelis dan missionaris menyelesaikan misinya di Indonesia. Seperti di tanah Batak Sumatera utara misalnya, setelah Ludwig Ingwer Nommensen menyelesaikan penginjilannya di tanah Batak. Begitu juga di Kawanua, Maluku selatan, Papua, Kalimantan, beberapa kantong di pulau Jawa, Flores dan Nusa Tenggara Timur pada umumnya. Ada beberapa daerah yang menampilkan lagu-lagu natalnya dengan bahasa daerah, ada yang menciptakan lagu Natal yang baru sama sekali dst. Tapi sekarang lagu-lagu Natal daerah itu nyaris tak terdengar, kecuali lagu Natal dari dunia barat.

Fenomena ini mencerminkan kompleksitas dan dinamika akulturasi budaya serta sejarah misi Kristen di Indonesia. Sejak kedatangan misionaris dan penyebaran agama Kristen di berbagai wilayah Indonesia, lagu-lagu Natal mengalami adaptasi dan integrasi dengan budaya setempat. Hal ini menyebabkan munculnya lagu-lagu Natal lokal dengan lirik dalam bahasa daerah, menggunakan melodi dan instrumen musik tradisional setempat.

Seiring dengan perkembangan zaman, pengaruh globalisasi, dan perubahan dalam preferensi musik, lagu-lagu Natal daerah semakin tergeser oleh lagu-lagu Natal dari dunia barat yang lebih umum dikenal dan populer secara global.

Penyebaran media massa, terutama radio, televisi, dan internet, telah memudahkan akses masyarakat terhadap lagu-lagu Natal dari seluruh dunia. Lagu-lagu Natal dari dunia barat menjadi lebih terkenal dan mudah diakses.

Preferensi masyarakat terhadap jenis musik tertentu dapat berubah seiring waktu. Lagu-lagu Natal dari dunia barat mungkin lebih sesuai dengan selera musik kontemporer, terutama di kalangan generasi muda.

Lagu-lagu Natal dari dunia barat umumnya menggunakan bahasa Inggeris, yang dianggap sebagai bahasa internasional. Kemampuan lagu-lagu ini untuk menjangkau lebih banyak pendengar dapat disebabkan oleh penggunaan bahasa Inggeris.

Generasi muda yang tumbuh dalam era globalisasi now cenderung lebih akrab dengan budaya pop global, termasuk musik Natal dari luar negeri. Ini dapat mempengaruhi preferensi mereka terhadap lagu-lagu Natal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun