Efek El Nino memang parah. Dengan musim panas ekstrem yang cukup lama kemarin, daerah penghasil padi terpenting di Indonesia sedang mengalami kekeringan parah. Situasi ini memberikan tekanan besar pada petani termiskin di Indonesia, yang banyak di antaranya hidup dari lahan pertanian. Bahkan mereka yang tidak bertani pun bisa menderita karena Bank Dunia mengatakan bahwa harga beras bisa naik 10% karena gagal panen.
Hujan sudah mulai turun sejak Nopember lalu, tapi itu tak menghentikan efek El Nino. Inflasi harga pangan dalam negeri masih tinggi. Inflasi yang lebih tinggi dari 5% dialami oleh 61,9% negara berpendapatan rendah, 80% negara berpendapatan menengah ke bawah, termasuk Indonesia (menurun sebesar 8,6 poin persentase).
Meskipun ketahanan pangan global diperkirakan akan stabil, tapi negara-negara berpendapatan menengah ke bawah diperkirakan hanya akan mengalami perbaikan jangka pendek dan perlambatan secara keseluruhan dalam tren peningkatan jangka panjang, dan negara-negara berpendapatan rendah diperkirakan akan mengalami peningkatan lebih lanjut dalam populasi mereka yang sangat rawan pangan. Kesenjangan ini lebih lebar dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Kerawanan pangan disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor yang saling mempengaruhi dan oleh interaksi antara bahaya dan kerentanan spesifik masyarakat.
Penggerak utamanya adalah konflik yang mengganggu sumber pendapatan dan menghambat akses pangan karena gangguan pasar, yang menyebabkan lonjakan harga dan kekurangan pangan. Konflik di Ukraina dan Middle-East misalnya. Itu besar pengaruhnya terhadap Eropa dan Afrika, tapi tidak untuk Asia-Pacific.
Ketahanan ekonomi negara-negara miskin di berbagai belahan bumi telah menurun drastis, dan mereka kini menghadapi periode pemulihan yang panjang dan berkurangnya kemampuan untuk mengatasi guncangan di masa depan.
Juga kekeringan, banjir, musim kemarau, badai, angin topan, atau awal musim hujan yang terlambat dari biasanya karena gangguan El Nino selama musim panas ekstrem kemarin menjadi penyebab utama kerawanan pangan. Dampaknya langsung terhadap tanaman dan ternak, mengganggu jalur transportasi, dan menghambat persediaan pasar. Banyak negara yang masih dalam tahap pemulihan dari dampak kekeringan atau banjir yang berkepanjangan.
Harga beras di Indonesia berada dalam tren meningkat drastis dalam setahun terakhir. Harga beras rata-rata pada Juli 2022 masih berada di kisaran Rp 11.750 sementara harga pada Agustus lalu sudah mencapai Rp 13.550 dan Desember jelang Natal 2023 ini sudah mencapai Rp. 15.000, dan diperkirakan ini masih merangkak naik hingga tahun 2024 yad.
Tak heran Presiden Jokowi belum lama ini telah memerintahkan tentara untuk membantu para petani menanam padi, karena kekeringan parah yang dipicu oleh fenomena cuaca El Nio yang mengancam hasil panen.
Jokowi meminta para perwira militer untuk memanfaatkan curah hujan yang terjadi baru-baru ini di beberapa propinsi dan membantu upaya penanaman.
Kekeringan yang berkepanjangan telah mengurangi produksi tanaman pokok di Indonesia. Harga beras yang tinggi telah meningkatkan impor dan mengancam ketahanan pangan.