Sayang di tengah kematangannya kini sebagai sebuah parpol pejuang, ternyata ada semacam stagnasi wawasan di PDIP, karena sedikit telmi atau telat mikir soal terminologi politik, misalnya "petugas partai" dan telat-telat lainnya yang tak perlu semuanya dibeberkan disini.
Maka jadilah Kaesang Ketum PSI, jadilah Gibran Rakabuming Raka Wacapres Prabowo, jadilah politik dinasti dikoarkan dimana-mana, jadilah Presiden Jokowi dikuyo-kuyo, jadilah keonaran tak perlu di antara sesama nasionalis. Siapa yang diuntungkan dari perkembangan terbaru ini. Nggak ada! PDIP terpancing tanpa disadari oleh amarah para kadernya yang tak berdasar terhadap Jokowi. Mereka tergiring oleh sebuah arus perubahan yang mereka sendiri nggak tau.
Akankah PDIP dapat bertahan pada arus perubahan sekarang yang tak dimengertinya, kecuali menyorong satu isu yi politik dinasti. Adakah politik semacam itu di negeri Konoha ini. Ada, yi Kesultanan Yogyakarta di DIY, tapi itu jelas diamanatkan dalam UUD 45. Sedangkan selebihnya adalah "keluarga politik" dan bukan dinasti  politik. Bisa itu keluarga Jokowi sekarang, bisa itu keluarga Esbeye, bisa itu keluarga Megawati dst. Sepertinya tak ada yang menyorongkan nih anak gue harus kalian pilih jadi Presiden RI pada Pilpres 2024.
Kalaupun sekarang Ade Armando terkena framing sebagai perusak suasana politik menuju pemilu serentak 2024 dengan tudingannya bahwa DIY-lah pusat politik disnasti, mengapa itu tidak dipersoalkan. Ade hanya kurang penjelasan saja bahwa itu adalah amanat khusus konstitusi kita. Sedikit-sedikit lapor polisi adalah sebuah kelatahan bodoh yang harus segera diakhiri.
Bagaimana apakah Kaesang salah, Gibran salah, dan Ade Armando salah besar. Tidak. Itu adalah jalan ninja yang kita nggak tahu, tapi yang pasti itu adalah tanda-tanda zaman bahwa generasi tua dan lansia sudah di ujung senja. Sudah saatnya kalangan milenial dan gen Z mulai diajak tampil dan belajar memimpin mulai sekarang.
Kita lihat Kaesang Pangarep misalnya yang belum lama ini berkunjung ke kota Malang, dimana sebelumnya Gibran sudah bersuara dalam salah satu balihonya bahwa politik adalah jalan ninja kita.
Berada di kota Malang tentu menyenangkan, di samping durian unggul seperti Musang King sudah mulai banyak dibudidayakan, bahkan ada beberapa pekebun yang sudah panen Musang King, juga yang terasyik orangnya ramah-ramah, baik-baik. Anak mudanya kreatif-kreatif. Maklum kota pendidikan dan kota budaya. Juga yang disampaikan dalam tatap muka dengan Kaesang pun tidak ada yang serius, melainkan seru-seruan ketika bertatapmuka dengan Kaesang di MOG yang bersebelahan dengan stadion lawas Gajayana.
Kaesang didampingi Grace menyambangi kota Malang untuk menjumpai beberapa komunitas dan influenser. Pada kesempatan di kota Malang, Kaesang menegaskan koruptor harus dimiskinkan. Kaesang meminta masyarakat mendukung PSI dalam meloloskan RUU Perampasan Aset ketika berhasil maju ke Senayan.
Hal tsb menjadi pesan pertama Kaesang kepada anggota PSI yang mencalonkan diri sebagai caleg DPR RI. RUU Perampasan Aset adalah kompensasi yang harus diterima oleh para koruptor. Untuk mengesahkan RUU tsb tidak mudah karena PSI bukanlah mayoritas. Saat ini koruptor lebih takut jatuh miskin ketimbang masuk penjara. Kaesang dan PSI berkomitmen tetap memperjuangkan pengesahan RUU Perampasan Aset meskipun bukan hal yang mudah.
PSI, menurut Kaesang, menargetkan kl 10 persen kursi DPR RI dapat diraih dalam Pemilu 2024 nanti. Selain itu meskipun telah resmi menyatakan dukungan terhadap pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, PSI tetap mendukung dan mengawal siapapun presiden terpilih nantinya.