Kesepakatan ini membuka peluang untuk kerjasama ekonomi antara Israel dan negara-negara Arab yang terlibat. Ini melibatkan investasi bersama, perdagangan, pariwisata, dan kerjasama di berbagai sektor ekonomi, yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi semua pihak yang terlibat.
Di samping menciptakan hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab, kesepakatan ini juga menegaskan komitmen untuk mencari solusi damai terhadap konflik Israel-Arab-Palestina. Beberapa negara, seperti UAE, menyatakan bahwa kesepakatan ini dapat membuka peluang untuk memperjuangkan hak-hak Arab-Palestina ke posisi yang lebih kuat.
Abraham Accords membuka jalan bagi negara-negara Arab lainnya untuk mempertimbangkan normalisasi hubungan dengan Israel. Ini menciptakan standar baru dalam hubungan antar-negara di kawasan yang sebelumnya diwarnai oleh ketegangan dan konflik.
Abraham Accords dianggap sebagai langkah maju untuk mencapai stabilitas di Timur Tengah, pendekatan dan tanggapan terhadap kesepakatan ini bervariasi di antara negara-negara di kawasan tsb serta di kalangan masyarakat internasional.
Yang perlu dicermati dalam mewujudkan perjanjian itu, negara Arab-Palestina sesungguhnya sudah merdeka sejak tahun 1988. Kalaupun entitas itu tak berfungsi, itu semata karena ada faksi di dalamnya yang ingin menganihilisasi Israel. Kalau itu yang dikobarkan, maka cara pandang seperti itulah yang harus dikoreksi dunia Arab sekarang.
Pada tahun 1988, Dewan Nasional Arab-Palestina secara resmi menyatakan kemerdekaan Aeab-Palestina dan mendirikan negara Arab-Palestina. Namun, sejauh ini, negara Arab-Palestina belum meraih pengakuan penuh sebagai negara merdeka oleh sebagian besar komunitas internasional.
Beberapa faktor telah mempengaruhi kemampuan negara Arab-Palestina untuk berfungsi secara efektif, dan salah satu faktor utama adalah sengketa panjang dengan Israel dan kompleksitas masalah di kawasan tsb
Sengketa terus berlanjut, mencakup isu-isu seperti batas wilayah, status Yerusalem, hak-hak pengungsi Arab-Palestina, dan keamanan. Ketidaksepakatan dalam hal-hal tsb membuat proses pembentukan negara Arab-Palestina menjadi sulit.
Selama bertahun-tahun, terdapat perselisihan internal antara kelompok-kelompok Arab-Palestina yang berbeda, seperti Fatah dan Hamas. Perselisihan ini telah memperumit upaya untuk mencapai konsensus internal dan merumitkan pembentukan negara Arab-Palestina yang bersatu.
Berbagai faktor regional dan global memiliki kepentingan di kawasan ini, dan intervensi mereka dapat mempengaruhi dinamika politik dan keamanan. Beberapa negara atau kelompok mendukung upaya perdamaian, sementara yang lain mungkin mendukung faksi-faksi tertentu.
Sejumlah negara telah mengakui negara Arab-Palestina, tetapi pengakuan ini masih belum merata di seluruh dunia. Kekuatan politik dan diplomasi memainkan peran besar dalam memperoleh pengakuan penuh sebagai negara merdeka.