Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Danau Toba: Dilema DPSP dan Banjir Bandang

7 Desember 2023   17:07 Diperbarui: 7 Desember 2023   17:11 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Limbah penebangan pinus-pinus remaja di Pangaribuan, Taput, Toba. Foto : Parlin Pakpahan.
Limbah penebangan pinus-pinus remaja di Pangaribuan, Taput, Toba. Foto : Parlin Pakpahan.

Mengatasi bencana banjir di tanah Batak memerlukan pendekatan yang holistik dan kolaboratif.

Pemerintah beserta stake holdernya sekarang ini sudah harus melakukan program reboisasi untuk mengembalikan tutupan hutan di perbukitan. Pohon dan tanaman memiliki peran penting dalam menyerap air, mengurangi erosi tanah, dan mencegah longsor.

Segeralah menerapkan praktek konservasi lahan, seperti penanaman tanaman penutup tanah atau pembuatan teras pada lereng gunung untuk mengurangi risiko erosi; Membangun sistem tata air yang baik untuk mengelola aliran air dan meminimalkan risiko banjir; Membangun waduk atau embung sebagai resapan air dan penampungan sementara untuk mengurangi volume air yang mengalir ke hilir; Membangun sistem drainase yang efisien untuk mengalirkan air hujan dengan baik dan mencegah genangan air di pusat-pusat hunian di dataran tinggi Toba dan sekitarnya; Membangun tanggul dan bangunan penahan air di sepanjang sungai untuk mengurangi risiko banjir; Melakukan kampanye edukasi kepada masyarakat mengenai cara pengelolaan lingkungan yang baik, seperti pembuangan sampah yang benar, tidak menebang hutan secara liar, dan praktek-praktek berkelanjutan lainnya; Membangun sistem peringatan dini untuk memberi tahu masyarakat sebelum terjadinya bencana, sehingga mereka dapat segera mengambil tindakan evakuasi; Melibatkan pemerintah daerah, lembaga swasta, dan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek mitigasi bencana; Mendorong kerjasama lintas sektoral dan antarinstansi untuk mengatasi masalah secara menyeluruh; Mengembangkan perencanaan tata ruang yang berkelanjutan untuk mencegah pembangunan di daerah rawan bencana atau memastikan bahwa bangunan dibangun dengan standar tahan bencana; Melakukan pemantauan terus-menerus terhadap kondisi lingkungan, termasuk pergerakan tanah dan kualitas air, untuk mendeteksi potensi bencana secara dini.

Pendekatan Antropomorfis pun tak boleh diabaikan. Fenomena di mana keyakinan terhadap legenda rakyat atau kepercayaan tradisional melemah seiring dengan modernisasi dan perubahan budaya merupakan hal yang perlu dicermati

Perubahan signifikan dalam gaya hidup Masyarakat Batak, termasuk urbanisasi, dapat menyebabkan perubahan dalam pandangan terhadap kepercayaan tradisional. Orang-orang Batak now mungkin cenderung lebih mempercayai pengetahuan ilmiah dan teknologi modern ketimbang kepercayaan tradisional.

Kausalitas yang kita lihat cukup beragam. Pendidikan yang lebih tinggi dan akses yang lebih mudah terhadap informasi melalui media modern dapat mengubah pola pikir masyarakat. Masyarakat Batak yang lebih teredukasi cenderung bersandar pada pengetahuan ilmiah dan rasionalisme ketimbang kepercayaan mistis atau tradisional; Perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk migrasi penduduk dan perubahan mata pencaharian, juga dapat mengubah hubungan masyarakat dengan alam dan tradisi. Demikian pula terhubungnya masyarakat Batak dengan dunia luar melalui globalisasi dapat membawa perubahan dalam nilai-nilai budaya dan sistem kepercayaan lokal; Pengaruh dari luar, seperti media massa dan budaya pop, dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kepercayaan tradisional; Kehilangan legacy budaya dan tradisi karena kurangnya perhatian terhadap pelestarian nilai-nilai budaya dapat menyebabkan terputusnya hubungan antar generasi dalam meneruskan kepercayaan tradisional; Masyarakat Batak yang lebih maju secara ekonomi cenderung mengandalkan solusi teknologi dan infrastruktur modern dalam menghadapi tantangan lingkungan, seperti bencana alam.

Meski banyak masyarakat Batak yang kini beralih ke pengetahuan modern, kepercayaan tradisional tetap memiliki tempat yang penting dalam budaya dan identitas masyarakat Batak. Karenanya, pengetahuan tradisional seyogyanya dapat diintegrasikan dengan pengetahuan modern untuk menciptakan pendekatan yang holistik terhadap permasalahan lingkungan.

Langkah-langkah ini harus diimplementasikan bersama-sama dan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat setempat. Keterlibatan semua pihak dan konsistensi dalam implementasi langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko bencana banjir dan longsor di tanah Batak atau daerah lain yang serupa.

Joyogrand, Malang, Thu', Dec' 07, 2023.

Bukit-bukit kapur di Pangaribuan, Taput, Toba. Foto : Parlin Pakpahan.
Bukit-bukit kapur di Pangaribuan, Taput, Toba. Foto : Parlin Pakpahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun