Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Danau Toba: Dilema DPSP dan Banjir Bandang

7 Desember 2023   17:07 Diperbarui: 7 Desember 2023   17:11 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dataran tinggi dilingkar Toba didominasi daerah patahan. Foto : Parlin Pakpahan.

Kayu gelondongan hasil perambahan hutan di Sipahutar, Taput, Toba. Foto : Parlin Pakpahan.
Kayu gelondongan hasil perambahan hutan di Sipahutar, Taput, Toba. Foto : Parlin Pakpahan.

Juga yang kita lihat sepanjang perjalanan ini, banyak bukit rengkahan bekas longsor, lalu sempalan jalan yang anjlok karena memang daerah patahan. Daerah itu berkapur dan drainase yang tak seberapa lebar di bawahnya memperlihatkan longsoran dari perbukitan ternyata pasir putih yang mengandung kuarsa. Daerah ini kaya dengan pasir kuarsa memang, mulai dari Aek Sigeaon, Tarutung,  hingga ke Aeknaoto di Pangaribuan.

Kembali ke pepohonan di lereng-lereng dan perbukitan. Sampai sekarang perdagangan kayu-kayu gelondongan, utamanya Pinus Batak, masih berlangsung. Pinus yang masih remaja biasanya dibeli dari Batu Manumpak, Pangaribuan (kl 20 Km dari Sipahutar) dengan harga per truk kecil only Rp 500.000. Sedangkan yang besar dengan jari-jari 40-50 cm (sebesar ban truk), 1 truk kecil bernilai Rp 1 juta - 1,25 juta.

Saudagar asal Silangkitan Tarutung pemilik pinus yang dirambah dari hutan-hutan Tapanuli utara akan menjual pinus-pinus malang ini kapada Saudagar Pinus di Siantar untuk ekspor. Kayu-kayu gelondongan ini juga dijual kepada TPL (Toba Pulp Lestari) yang punya HPH di tanah Batak kl 40.000 Ha. TPL membeli dari pengepul sangat murah jauh di bawah harga saudagar besar Siantar.

Dengan Imperium HPH seperti itu, TPL bisa mendikte harga pinus di tanah batak. Dan tanah rakyat yang sudah dikuasai TPL jangan harap dikembalikan kepada rakyat. Kehancuran Pinus Batak sepertinya tak dapat dicegah. Padahal pinus yang menjulang tinggi, lurus dan berdiameter sangat besar ini hanya terdapat di tanah Batak. Dan sekarang Pinus Batak yang sangat unique ini semakin langka di Pangaribuan selaku habitat aslinya.

Itulah sekilas gambaran penggundulan hutan di lereng-lereng dan perbukitan tanah Batak dimana pun. Perjalanan Tarutung-Pangaribuan hanyalah sekadar contoh. Persoalan serupa bisa kita dapatkan di perbukitan Tele di Humbahas dimana bencana banjir bandang terjadi sekarang.

Daerah tangkapan air di ketinggian dan di lembah-lembah di seluruh tanah Batak seperti itu. Yang berbeda sedikit hanya di Dairi dan tanah Karo yang juga mempunyai bermacam sub das Asahan Toba yang mengalir ke Danau Toba. Di kedua daerah ini jarang terdengar ada kabar orang sembarangan menebang pepohonan di perbukitan dan di lereng-lerengnya, maka jarang terdengar kejadian parah seperti banjir bandang sekarang di Humbahas.

Dulu sekali banyak legenda rakyat yang dapat merem nafsu besar untuk dapat uang dengan cara mudah yi menebangi pohon asallah laku dijual untuk dan demi sejengkal perut. Misalnya legenda Aek Naoto di Pangaribuan, bahwa sungai yang kelihatan oto atau tolol ini harus dijaga, misalnya tak boleh sembarang mengumpat, tak boleh menebangi pohon-pohon yang ada di sekitarnya, karena kalau itu dilanggar maka akan terjadi bencana, ntah itu mulut kita menjadi miring, atau gagal panen dll.

Tapi zaman sudah banyak berubah banyak. Manusia-manusia Batak yang ada di sekitar pun sudah berubah. Adat-istiadat masih relatif ajeg memang. Tapi kebutuhan sejengkal perut. Tau sendirilah  Tanah Batak kan sudah lama telantar, dan baru sekarang dijamah pemerintah dengan adanya BODT guna meningkatkan Toba menjadi DPSP atau Destinasi Pariwisata Super Prioritas.

Tak cukup hanya DPSP, infrastruktur pendukung tentu sangat diperlukan disini. Jujur, infrastruktur jalan sudah relatif memadai now, yang kurang hanya tinggal pembenahan daerah-daerah tangkapan air yang selama ini banyak ditebangi seperti contoh Tarutung dan Pangaribuan.

Saya pikir, lahan-lahan gundul di daerah tangkapan air ini jangan dibiarkan berlama-lama tak berpohon, sebab dulunya daerah ini tak pernah bermasalah, baru sesudah perambahan hutan dan penebangan pinus-pinus Batak berdiameter besar sebagai penyimpan dan penahan air yang paling efektif untuk menangkal erosi semakin merajalela, maka bencana banjir sering terjadi dimanapun di lingkar Toba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun