Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Pesan Simbolis dan Metaforis dalam Serial Terbaru Netflix "All The Light We Cannot See"

11 November 2023   13:10 Diperbarui: 11 November 2023   13:10 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesan Simbolis dan Metaforis dalam serial terbaru Netflix All The Light We Cannot See

Dalam karya terbarunya untuk serial Netflix, Shawn Levy membuat beberapa perubahan penting pada novel terkenal yang berjudul All The Light We Cannot See.

Mengadaptasi novel bagus untuk televisi bukanlah tugas yang mudah. Sutradara Shawn Levy mengetahui hal ini ketika dia mengubah buku pemenang hadiah Pulitzer karya Anthony Doerr, All the Light We Cannot See, menjadi mini-seri untuk Netflix.

Berkat kolaborasi yang cermat dan perubahan yang bijaksana, dia mengkreasi serial TV untuk Netflix yang menakjubkan yang mengeksplorasi kehidupan Marie-Laure LeBlanc (Aria Mia Loberti), seorang perempuan muda yang buta penglihatannya yang berjuang untuk bertahan hidup di Perancis di bawah pendudukan Nazi.

Saat menjalankan siaran radio terlarang oleh Nazi, dia mengubah kehidupan seorang tentara muda Nazi bernama Werner Pfennig (Louis Hoffman).

Selain itu, Levy berkreasi untuk menghidupkan novel 500 halaman karya Doerr itu sesuai keinginannya. Levy merasa novel relatif panjang itu dapat diubah menjadi mini-seri ketimbang film layar lebar berdurasi panjang. Ceritanya sangat luas, dan merupakan kombinasi yang menarik antara penceritaan yang intim dan latar belakang epik

Hasilnya adalah seri empat bagian yang mencakup beberapa dekade dan alur cerita yang menyatukan kisah Marie-Laure dan Werner. Namun, Levy harus membuat beberapa perubahan penting untuk menjalankan proyek tersebut.

All the Light We Cannot See karya Levy memperkenalkan beberapa karakter baru, termasuk tentara Nazi Kapten Mueller (Jakob Diehl) dan Schmidt (Felix Kammerer). Ketika Mueller dan Schmidt mengetahui obsesi Werner terhadap siaran Marie-Laure, mereka mengancam nyawanya. Kehadiran keduanya, dimaksudkan untuk menekankan meningkatnya ketegangan dan kebencian yang muncul selama Perang Dunia II.

Levy memang perlu menciptakan beberapa karakter, khususnya beberapa karakter Jerman, untuk mewujudkan kejahatan partai Nazi, ancaman perang, dan ancaman perambahan terhadap Marie-Laure yang ditemukan di tempat persembunyiannya.

Untuk mencapai inti plot, beberapa cerita latar diringkas. Marie-Laure dan ayahnya, Daniel LeBlanc (Mark Ruffalo), menghabiskan sebagian besar waktunya dengan melarikan diri ke tempat aman di Saint-Malo, di mana mereka akhirnya dibawa ke kediaman Etienne (Hugh Laurie).

Kisah itu, bersama dengan masa kecil Marie-Laure di Paris, dijalin ke dalam episode kedua dan ketiga dari serial tersebut. Pengasuhan Werner yang yatim piatu dan diinisiasi kedalam rezim Nazi juga dikonsolidasikan, begitu pula pelatihannya di institut Nazi.

Levy juga membuat perubahan signifikan pada hubungan antara dua karakter inti, Madame Manec dan Etienne, dan nasib akhir mereka. Dalam novel, Madame Manec adalah pembantu Etienne, tetapi dalam serial televisi keduanya menjadi saudara kandung. Di layar, Madame Manec akhirnya meninggal karena pneumonia, yang menginspirasi Etienne untuk melanjutkan kerja advokasinya dalam perlawanan Perancis. Adapun Etienne, dia selamat dari perang dan bersatu kembali dengan Marie-Laure untuk menjalani sisa hari-harinya (versi novel), sementara dalam serial tersebut, dia dibunuh karena efek dramatis. Tepat sebelum kematiannya, dia meminta Werner untuk merawat Marie-Laure.

Akhir dari All The Light We Cannot See mungkin menjadi perubahan yang paling signifikan. Di episode terakhir, Reinhold von Rumpel, seorang komandan militer Jerman, menemukan tempat persembunyian Marie-Laure dan mencoba membunuhnya. Werner mencoba melakukannya, tapi Marie-Laure-lah yang membunuhnya, dengan tembakan di kepala.

Serial televisi ini mengubah banyak hal, dimana Marie-Laure dan Werner berpisah setelah Saint-Malo dibebaskan dari pendudukan. Setelah berbagi kata hati, keduanya mendengar tentara Amerika datang untuk membebaskan Saint-Malo. Marie-Laure menawarkan untuk menyelundupkan Werner ke tempat aman melalui jalan rahasia, tapi dia menolak dan memilih menyerah. Meskipun dia aman dan berjanji untuk menemukan Marie-Laure setelah perang usai, moment tersebut tidak menunjukkan bahwa mereka akan bersatu kembali.

Serial ini diakhiri dengan Marie-Laure yang melemparkan permata Lautan Api ke laut, namun ceritanya tidak berakhir di situ. Cerita berlanjut dengan serangkaian epilog yang kemudian diedit (termasuk kematian Werner).

Meski jauh dari akhir yang bahagia, Levy ingin mengakhirinya dengan harapan, dan ada beberapa adegan suram dan sangat meresahkan di akhir buku yang tidak dimasukkannya dalam pertunjukan.

Anthony si penulis novel ternyata oke-oke saja dengan maunya Levy. Pendeknya ia setuju dengan segala keputusan Levy. Doerr sadar, hal-hal yang mungkin masuk akal baginya satu dekade lalu ketika ia mengerjakannya, mungkin tidak masuk akal di layar Netflix now, untuk pemirsa arus utama global pada tahun 2023 - Lih esquire dalam https://tinyurl.com/ynynb2

Novel All The Light We Cannot See pertama kali diterbitkan pada tahun 2014 dan menjadi sangat populer di berbagai negara.

Shawn Levy berhasil membuat plot yang menarik, pengembangan karakter yang kuat, penyutradaraan yang baik, akting yang memukau, dan tema yang relevan atau menarik bagi penonton.

Novel ini sendiri telah diakui karena keindahan penulisannya, penggambaran karakter yang mendalam, dan penggambaran latar belakang Perang Dunia II yang dramatis.

Judul "All the Light We Cannot See" memiliki makna yang dalam dan mengandung unsur simbolik. Dalam konteks humaniora, judul ini dapat diartikan sebagai refleksi tentang aspek kehidupan, pengetahuan, atau pengalaman yang mungkin sulit dijangkau atau dimengerti oleh manusia secara langsung. Pemilihan kata-kata dalam judul ini mengeksplorasi ide bahwa ada "cahaya" atau pemahaman yang tidak dapat dilihat secara fisik atau langsung oleh mata manusia.

Beberapa pemahaman yang mungkin terkait dengan judul antara lain :

Metafora tentang Pengetahuan dan Kebijaksanaan.

1. Cahaya dapat diartikan sebagai pengetahuan, pemahaman, atau kebijaksanaan. "All the Light We Cannot See" dapat mencerminkan pemahaman bahwa tidak semua hal dapat dilihat atau dimengerti dengan mudah. Ini merujuk pada pemahaman mendalam tentang kehidupan, moralitas, atau kemanusiaan yang mungkin tersembunyi atau sulit dicapai.

2. Keterbatasan Pandangan Manusia.

Judul ini juga menyoroti keterbatasan manusia dalam memahami realitas sepenuhnya. Ada aspek-aspek kehidupan yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera kita, dan judul ini mungkin mencoba menggambarkan kompleksitas dan kedalaman pengalaman manusia yang tidak selalu dapat diartikan atau diukur secara kasat mata.

3. Pengalaman dalam Kegelapan atau Kesulitan.

Cahaya yang tidak dapat dilihat juga dapat melambangkan pengalaman atau kebijaksanaan yang diperoleh melalui masa-masa sulit atau kegelapan dalam hidup. Pemahaman sejati mungkin terletak di balik pengalaman-pengalaman sulit yang tidak selalu tampak dari luar.

Jika pun serial TV ini berhasil menyentuh relung-relung terdalam manusia, mungkin karena cerita tersebut menggali tema-tema ini dengan mendalam, menyoroti kompleksitas kondisi manusia dan perjalanan emosional karakter-karakternya. Penonton dapat merasa terhubung dengan pesan-pesan filosofis atau kehidupan yang terkandung dalam judul tersebut.

Sehubungan dengan karakter Marie-Laure LeBlanc, seorang perempuan muda yang buta penglihatannya. Sedikit spoiler tentang cerita bahwa Marie-Laure memiliki kemampuan luarbiasa untuk mengingat dan memahami lingkungan sekitarnya dengan sangat baik meskipun keterbatasan penglihatannya. Ia belajar menggunakan model miniatur dari lingkungan sekitarnya dan mengandalkan indera lainnya untuk memahami dunia di sekitarnya.

Marie-Laure juga memiliki peran yang sangat penting dalam cerita, dan keadaannya sebagai gadis buta memberikan dimensi emosional dan simbolis yang kuat pada narasi.

Werner Pfennig adalah karakter utama laki-laki dalam novel "All the Light We Cannot See." Ia adalah seorang anak yatim piatu Jerman yang bergabung dengan "Hitler Youth" dan kemudian menjadi tentara Jerman selama Perang Dunia II. Dialog dan hubungan antara Werner dan Marie-Laure memiliki kedalaman dan kompleksitas yang mencerminkan berbagai aspek kehidupan dan moralitas pada masa perang.

Interpretasi terhadap dialog dan hubungan antar karakter dalam sebuah karya sastera dapat bervariasi antara penonton. Namun, secara umum, interaksi antara Marie-Laure dan Werner dalam novel ini tidak hanya bersifat metafora, tetapi juga mencerminkan realitas yang kompleks dari sudut pandang dua individu yang hidup di sisi yang berlawanan selama Perang Dunia II.

Dialog mereka dapat mencerminkan tema-tema seperti :

1. Ketidakpastian dan Tragedi Perang. Pertemuan dan dialog antara Marie-Laure dan Werner memperlihatkan dampak perang pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana konflik tersebut mempengaruhi orang-orang dari berbagai latar belakang.

2. Kompleksitas Moralitas dan Pilihan Hidup. Karakter Werner, yang awalnya terlibat dalam kelompok militer Jerman, menghadapi konflik moral dan internal seiring berjalannya waktu. Dialog mereka mencerminkan perjuangan moral dan kesulitan memahami konflik yang melibatkan pilihan hidup dan keputusan sulit yang harus diambil.

3. Hubungan Antarmanusia di Tengah Konflik. Meskipun berada di sisi yang berlawanan, dialog antara Marie-Laure dan Werner mencerminkan aspek kemanusiaan yang bersifat universal dan mungkin menyoroti kompleksitas hubungan antarmanusia di tengah konflik politik dan perang.

Apakah dialog tersebut dianggap sebagai metafora atau representasi realitas yang kompleks tergantung pada perspektif penonton. Banyak penonton yang melihat karya sastera seperti ini sebagai sarana untuk menggambarkan dan merenungkan kondisi kemanusiaan, moralitas, dan dampak perang dengan cara yang mendalam dan kompleks.

Serial ini diakhiri dengan Marie-Laure yang melemparkan batu permata bernama Lautan Api ke laut.

Apakah batu permata ini riel ada atau itu juga semacam metafora dalam dunia sastera.

Dalam novel tersebut, permata Lautan Api (Sea of Flames) adalah sebuah batu permata yang memiliki mitos di sekitarnya. Tanpa memberikan terlalu banyak detail yang dapat mencederai pengalaman penonton, batu ini memiliki arti simbolis dan metaforis dalam narasi. Pemberian nama seperti "Lautan Api" saja sudah memberikan indikasi bahwa batu tersebut memiliki konsep yang lebih dalam ketimbang benda mati biasa.

Pilihan melemparkan batu permata ke laut pada akhir cerita bisa saja diartikan sebagai simbol atau metafora untuk pembebasan, penyelesaian, atau pelengkapannya terhadap perjalanan karakter atau tema-tema yang dijelajahi dalam novel.

Dalam banyak karya sastera, simbolisme dan metafora sering digunakan untuk menggambarkan perubahan, pencerahan, atau pembebasan karakter utama.

Seringkali, keberadaan benda-benda dalam karya sastera dapat memiliki makna yang lebih dalam dan kompleks daripada sekadar eksistensinya di dunia nyata. Jika batu permata ini memiliki asal-usul atau mitologi khusus dalam cerita, maka mungkin itu adalah elemen yang sangat direncanakan dan terkait dengan tema keseluruhan novel.

Marie-Laure dan pamannya Etienne yg misterius yg banyak menyembunyikan masa lalunya yg kelam. Foto : screenrant.com
Marie-Laure dan pamannya Etienne yg misterius yg banyak menyembunyikan masa lalunya yg kelam. Foto : screenrant.com

Salut buat pilihan Neflix kali ini. Serial latin dari Spain, Brazil dan Colombia misalnya, cenderung membosankan, kecuali serial yang mencekam yi "Pablo Escobar" sebuah serial TV made in Colombia. Demikian juga drakor yang itu-itu aja dari tahun ke tahun. Agak lumayan Jepanglah yang mulai berkreasi soal fiksiana yang masuk akal atau Fauda dari Israel yang membuat kita terperangah oh itu toh Hamas, Fatah, Arab-Palestina dan Israel.

Semoga penonton Netflix Indonesia kali ini bisa mendapatkan pencerahan yang berarti dari dialog Marie-Laure-Werner dalam All The Light We Cannot See.

Joyogrand, Malang, Sat', Nov' 11, 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun