Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Meredupnya Mimpi Indonesia Emas 2045

31 Oktober 2023   14:49 Diperbarui: 31 Oktober 2023   14:49 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pusingnya Presiden Jokowi dan ketiga capres-cawapres bagaimana menuju Indonesia Emas 2045. Foto: dikolase dari cnbcindonesia.com

Meredupnya Mimpi Indonesia Emas 2045

Di tengah kegaduhan menuju Pilpres 2024 setelah dicawapreskannya Gibran Rakabuming Raka, putera sulung Presiden Jokowi, mendampingi Capres Prabowo Soebianto dari Gerindra. Presiden Jokowi benar-benar pusing tujuh keliling, bukan karena semata Gibran dituding melanggar etika politik karena keputusan tak etis MK soal capres-cawapres di bawah usia 40 tahun. Tapi utamanya karena tekanan ekonomi yang mulai terasa sejak 2020 dan semakin terasa pada tahun 2023, menyusul akan semakin keras tak ubahnya roket hipersonik pada tahun-tahun selanjutnya.

Impian menuju Indonesia Emas 2045 semakin meredup. Kapan krisis ekonomi yang sudah di depan mata ini akan berakhir. Sepertinya pakar ekonomi yang terpakar sekalipun di negeri ini belum ada yang berani memprediksinya. Dunia now benar-benar berada dalam turbulensi yang berbeda dari masa-masa sebelumnya.

Sejumlah ekonom andal di negeri ini malah memprediksi Indonesia akan gagal menjadi negara maju pada 100 tahun kemerdekaan tahun 2045 yad, yang lebih kesohor sebagai "Indonesia Emas".

Kita memang sudah ditahbiskan sebagai negara yang berpenghasilan menengah ke atas atau "Upper Middle Income Countries" (UMIC). Sayangnya, kita tidak seperti negara-negara lain saat berhasil memperoleh status seperti itu.

Dalam dokumen White Paper LPEM FEB UI bagian "Menavigasi Jalan Indonesia Menuju 2045 : Kesetaraan dan Mobilitas Ekonomi" yang ditulis Teguh Dartanto dan Canyon Keanu Can, kondisi sosial ekonomi Indonesia saat ini jauh berbeda dengan kondisi sosial ekonomi negara-negara lain ketika memiliki pendapatan per kapita yang sama dengan Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara itu, seperti Korea Selatan sebesar 12%, China 10,6%, Malaysia 6,8% dan Thailand 7,5%, jauh di atas Indonesia yang hanya berkisar 5% selama dua dekade terakhir. Kemajuan ekonomi negara-negara tersebut ditopang oleh sektor manufaktur di mana kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 28% untuk Korea Selatan, 30% Malaysia, 32% China, dan Indonesia kini hanya 18%.

Teguh Dartanto - Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia - mengatakan, permasalahan itu disebabkan pemerintah Indonesia selama ini tak habis-habisan berinvestasi terhadap sumberdaya manusianya. Akibatnya, produktivitas terhadap barang dan jasa yang bernilai tambah tinggi sangatlah rendah. Ini terlihat dari kontribusi industri manufakturnya terhadap PDB.

Studi-studi dari PISA score (program assessment dari mahasiswa yang studi di luar negeri) menunjukkan Indonesia jauh tertinggal dibanding Vietnam, atau lebih mengkhawatirkan lagi kalau kita ingin setara dengan negara-negara OECD (Organisasi Ekonomi dan Pembangunan yang beranggota 38 negara, didirikan pada 1961). Kita butuh sekitar 43 tahun untuk kejar matematik dan membaca itu selama 73 tahun, demikian Teguh Dartanto - Lih cnbcindonesia.com dalam https://tinyurl.com/ymvottrv

Salah satu indikator penting untuk menjadi negara berpendapatan tinggi adalah persentase ekspor barang teknologi tinggi dibandingkan persentase ekspor manufaktur. Dari indikator itu pun, Indonesia masih jauh terbelakang dibanding negara lain yang lebih dulu masuk kategori negara berpendapatan menengah ke atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun