Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menimbang Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka

24 Oktober 2023   14:28 Diperbarui: 24 Oktober 2023   14:46 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iluastrasi koalisipolitik dalam Pilpres Indonesia. Foto: gatra.com

Menimbang Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka

Terpilihnya Gibran Rakabuming Raka Putera sulung Presiden Jokowi sebagai bacawapres Prabowo dengan tandu politik Golkar yang dioke-in Gibran. Lalu, nanti akan saya kordinasikan dengan Pak Prabowo. Tak lama kemudian langsung dideklarasikan definitif oleh Prabowo sendiri. Dan itupun dioke-in definitif oleh anak muda asal Solo ini.

Sampai disini kita tidak hanya dikejutkan koq bisa ya. Tapi juga dikejutkan dengan amarah yang meluap dimana-mana, mulai dari NTT hingga Komaruddin Hidayat Rektor UIII dan Muhammad AS Hikkam dst dst.

Tapi yang disesalkan ini jadi meluap menjadi statement politik bahwa itu semua gegara Anwar Usman Ketua MK yang diplesetkan menjadi Mahkamah Keluarga. Dan dalang dari semua ini adalah Jokowi yang sedang menyiapkan dinasti politik bagi keluarganya berhubung di penghujung 2024 yang sudah dekat, Jokowi akan lengser dari kekuasaan.

Kita lupa bagaimana komunikasi politik di internal PDIP. Dan kita lupa komunikasi di internal keluarga Jokowi. Apakah komunikasi itu komunikasi gila atau komunikasi demokratis. Sebab kita hanya tahu sejak awal di Solo dan di DKI Jakarta hingga Jokowi berkuasa di negeri ini hingga dua periode. Jokowi adalah sosok sederhana yang populis dan demokratis.

Di tengah hantaman kaum oposan di sepanjang kekuasaannya, ntah itu dari kalangan oportunis, fundamentalis, kalangan anarkis dst. Jokowi slow menghadapinya dan tetap bekerja dan bekerja sampai sekarang dengan IKN, dengan smelter nickelnya dst. Pendeknya ia harus meninggalkan singgasana kekuasaan dengan sebuah legacy yang luarbiasa bagi penerusnya. Titik.

Kalaupun ada yang menafsirkan gestur Jokowi selama satu tahun terakhir ini sebagai gestur yang menunjukkan ini itu ene dan ono. Saya pikir itu hanya spekulasi pokrol bambu saja. Yang benar-benar tahu sesungguhnya adalah Jokowi sendiri, Ibu Iriana dan anak-anaknya, dan di kepartaian hanya Ibu Megawati yang tahu itu.

Tapi dalam kepemerintahan dan kenegaraan, Jokowi tetaplah Jokowi yang dulu. Dia adalah sosok negarawan yang luluh menjadi milik semua orang. Tak perlu ditanya lagi. Ia sudah membuktikan semuanya itu dalam realitas politik kita. Dia tidak semena-mena terhadap penentangnya yang bersikap premanisme sekalipun. Ia tetap demokratis bahwa itu hanyalah perbedaan pendapat dan saya hanya memperdulikan kepentingan publik saja, demikian Jokowi.

So, masuknya Prabowo sebagai Capres terakhir yang mengumumkan pasangannya kepada publik, maka lengkap sudah persiapan kontestasi Pilpres 2024, bahkan Pilpres 2029 dst. MK sudah memastikan bahwa Capres mudapun ke depan ini bisa sejauh sudah berpengalaman sebagai kepala daerah.

Respon strategis kita membaca berita headline bahwa Prabowo dan Koalisi Indonesia Maju sudah memastikan Gibran sebagai calon wakil presiden Koalisi Indonesia Maju (KIM).

Jawa Tengah akan segera menjadi "Battleground", menjadi wilayah panas penentu kemenangan menjadi presiden dan wakil presiden terpilih. Jawa Tengah akan diperebutkan secara ketat antara Ganjar Pranowo dengan Gibran Rakabuming Raka.

Jawa Tengah sebagai basis PDIP, juga basis Ganjar. Peraihan suara disini bergantung bagaimana caranya Gibran bisa mengambil secara signifikan pemilih di Jawa Tengah?

Mengapa Jawa Tengah begitu penting? Itu karena populasi di Jawa Tengah besar sekali. Prosentase pemilih di sana 13,4% dari seluruh populasi di Indonesia.

Jika capres atau cawapres bisa mendapatkan dukungan di Jawa Tengah hingga 40% sampai 50%, ia sudah menyumbangkan suara secara nasional, dengan persentase tambahan suara sebesar 4 sampai 6%.

Jawa Tengah juga penting karena itulah basis kekuatan Ganjar. Di situlah lumbung suara Ganjar. Cara mengalahkan Ganjar paling mudah adalah mengalahkannya atau mengimbangi di lumbung suaranya.

Survei LSI Denny JA sejak bulan Mei sampai bulan September 2023, Ganjar selalu unggul melawan Prabowo, apalagi Anies, di atas 30% di Jawa Tengah. ini keunggulan yang telak di sebuah propinsi besar - Lih Denny JA dalam https://tinyurl.com/yqwov7dm

Jika saja Gibran bisa mengurangi keunggulan ini, bahkan katakanlah sejajar posisinya dengan Ganjar, maka Gibran sudah mengempiskan suara Ganjar. Itu sekaligus juga menggembungkan suara Prabowo.

Dan menggemboskan dukungan terhadap Ganjar secara nasional cukup dikerjakan dengan fokus di satu kantong suara propinsi saja, yi Jawa Tengah.

Tapi bagaimana caranya ? Pertama, isu kemiskinan. Gibran dapat menjadikan pengentasan kemiskinan menjadi program utamanya, agar isu kemiskinan di Jawa Tengah bisa menjadi perhatian nasional.

Ganjar sudah menjadi Gubernur Jawa Tengah dua periode penuh. Tapi bahkan per tahun ini, Jawa Tengah masih tercatat sebagai propinsi termiskin nomor dua di Jawa.

Bagi pemilih di Indonesia sekarang ini, memakmurkan rakyat, yang merupakan isu ekonomi, adalah isu yang paling penting. Isu perubahan, isu Arab-Palestina. Isu sekolah gratis dst. Itu perlu tapi banyak yang tak masuk akal bagi mereka.

Bagaimana seorang capres bisa memakmurkan Indonesia jika ia gagal memakmurkan bahkan satu propinsi saja Jawa Tengah? Bukankah Indonesia jauh lebih luas dan lebih kompleks dibanding Jawa Tengah?

Jalur kedua adalah melalui popularitas Jokowi sendiri. Memang Ganjar populer di Jawa Tengah. Tapi Jokowi jauh lebih populer di sana.

Cukup kita lihat data resmi KPU. Ketika Pilkada tahun 2018, Ganjar menang dengan persentase 58,78%. Kemenangannya di Jawa Tengah itu dibawah 60%.

Dibandingkan Jokowi ketika bertarung sebagai presiden di tahun 2019, kemenangannya di Jawa Tengah sebanyak 77,29%. Jokowi menang di sana di atas 70%.

Dua data ini menggambarkan sosok Jokowi jauh lebih berpengaruh, jauh lebih mengakar di Jawa Tengah, dibandingkan sosok Ganjar Pranowo.

Sisa pekerjaan Gibran disini adalah bagaimana Ia bisa mewarisi, dan mengambil pesona Jokowi di Jawa tengah? Gibran perlu memainkannya dengan strategi door to door, datang menemui pemilih ke berbagai wilayah, terutama pemilih di simpul- simpul yang masih miskin di Jawa Tengah.

Kalau Gibran gagal dalam berstrategi disini, apalagi tak mampu mengusir kemarahan massa yang semakin dihembus-hembuskan secara politik bahwa itu semua gegara ayahandanya dan pamannya yang mempermudah Gibran jadi cawapres, maka Itulah kuburan bagi Prabowo.

Di pihak Ganjar. Jelas bahwa pemilihan Mahfud MD sebagai cawapres Ganjar. Itu pilihan yang eksotis di tengah kasus korupsi yang semakin menggila di akhir kekuasaan Jokowi. Kita tahu banyak Brutus di kabinet Jokowi di penghujung kekuasaannya, bahkan Ketua KPK sendiri kini sedang diusut Polri karena kasus korupsi. Mahfud yang adalah anak kultural NU boleh jadi hanya sedikit saja meraup suara kaum Nahdliyin ntah itu di Jateng, apalagi Jatim. Strategi yang diperlukan disini adalah bagaimana rule of law bisa ditegakkan secara optimal setidaknya dalam lima tahun ke depan ini. Rakyat haus akan keadilan saat ini. 

Apabila ketemu trigger yang pas untuk itu dan lalu disandingkan dengan senjata andalan utama Ganjar yi meyakinkan rakyat bahwa Ganjarlah penerus Jokowi itu. Dialah kepemimpinan strategis yang diperlukan Indonesia lima tahun ke depan ini. Maka popularitas Jokowi memang ada dalam diri Ganjar dan bukan dalam diri Gibran yang terdinastikan massa. Salah langkah disini, khususnya komunikasi hati ke hati dengan wong cilik, dan komunikasi dewa bahwa dialah penerus Jokowi itu, maka celaka Ganjar.

Akhirnya Amin. Anies yang di bawah terus elektabilitasnya selama ini, jelas terbantu dengan kehadiran Cak Imin sebagai cawapresnya. Bagaimanapun marahnya keluarga Gus Dur atas masa lalu Cak Imin terhadap pamannya Gus Dur. Masa lalu adalah masa lalu. Yang pasti Cak Imin adalah anak kandung NU. Dengan kata lain dia bukan NU kultural seperti Mahfud. Sejauh Kyai-kyai penting dirangkulnya, dan door to door menghampiri warga Nahdliyin dimanapun, khususnya, Jawa Tengah dan Jawa timur. 

Lalu Anies mengimbanginya dengan tampil lebih meyakinkan bahwa dia adalah seorang demokrat yang dapat membawa bangsa ini hidup tenteram dan damai dalam kebhinnekaan, karena itulah stigma kepadanya yang harus segera dibuang ke tong sampah sejarah. Niscaya apabila itu bisa dikerjakan secara sinkron dengan pasangannya Cak Imin, maka Amin bisa memasuki putaran kedua, karena Anies berhasil meyakinkan "floating mass" pendukung fanatik Prabowo sebelumnya menjadi pendukungnya.

Akhirnya selamat berpilpres 2024. Jangan sampai ada yang Golput brow.

Joyogrand, Malang, Tue', Oct' 24, 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun