Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

"Wis Wayahe" dan "The Last Minute" dalam Pilpres Kita

28 September 2023   16:34 Diperbarui: 28 September 2023   20:04 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wis Wayahe. Sebuah spanduk Gerindra untuk Prabowo di Merjosari Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Melihat perkembangan hasil poling terkini di atas, sebagian besar elite partai politik cenderung bersikap melihat perkembangan. Tidak agresif untuk melakukan manuver dalam pembentukan koalisi, dan seakan menunggu atau bermain aman dalam pencalonan pilpres sehingga publik hanya diminta mengikuti pertunjukan yang sedang dimainkan para elite.

Koalisi pilpres kali ini mengalami kebuntuan akibat ketiadaan kepastian adanya pemenang dalam satu putaran pilpres. Tidak adanya kekuatan spektakular calon unggulan dan tiadanya dukungan parpol yang dominan sehingga memudahkan kompetisi dapat diselesaikan dalam satu putaran saja.

Semua capres yang kuat, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Soebianto, dan Anies Baswedan tidak ada yang memiliki elektabilitas lebih dari 40% sehingga peluang kemenangannya masih sulit. Juga ketiga capres unggulan itu belum sepenuhnya mewakili keragaman sosial dan budaya masyarakat.

Kita lihat misalnya masalah AHY dan Demokrat. Meski AHY sudah ketemu Puan Maharani selaku Ketum PDIP, ini bukan indikator kuat bahwa PDIP akan berkoalisi dengan Demokrat. Apa pasal? Lha sampai sekarang konflik brahmana politiknya, yaitu Mega Vs Esbeye, belum kelar. Ditendangnya AHY dari koalisi Nasdem juga tak lepas dari konflik brahmana politiknya, yaitu Surya Paloh Vs Esbeye. Esbeye di masa pemerintahannya banyak dicecar Metro TV. Surya Paloh, seringkali memberikan kritik atas kebijakan pemerintah Esbeye, terutama dalam hal ekonomi dan pertanian.

Untuk Demokrat sendiri, AHY terlalu dipaksakan untuk cawapres sekalipun. Dilihat dari realisme politik, AHY seharusnya dibaiat dulu mulai dari calon kepala daerah beberapa tahun lalu. Barulah setelah ia memiliki pengalaman di pemerintahan, ia dapat dengan mudah diusulkan menjadi capres atau cawapres.

Palingan AHY dan Demokrat akan mendarat di bandara Gerindra. Tapi ini pun tak mudah dilihat dari gestur Prabowo yang mengiyakan Yenni Wahid yang datang bersama ibundanya ke Kertanegara belum lama ini.

Rumah kardus

Mari kita lihat soal kekuasaan dalam film seri House of Cards atau Rumah Kardus. Ini adalah film seri televisi yang terkenal karena menggambarkan dunia politik dengan cara yang dramatis dan sering kali kejam. Serial ini memperlihatkan bagaimana kekuasaan di dalam politik dapat menjadi sesuatu yang kompleks, penuh intrik, dan sering kali mencerminkan "sisi gelap manusia".

Dalam politik nyata, kekuasaan memang dinamis dan kompleks. Kekuasaan dapat bergeser antara berbagai pihak, dan para pemimpin politik dapat menggunakan berbagai strategi dan taktik untuk mencapai tujuan mereka. Intrik, negosiasi, dan persaingan politik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengambilan keputusan di dunia politik.

Bercermin dari sisi gelap kekuasaan sebagaimana tokoh Frank Underwood dalam House of Cards, the  last minute bisa-bisa saja Ganjar terdepak dan digantikan Erick Thohir sebagai Capres PDIP dan cawapresnya Puan Maharani. Dan the last minute bisa-bisa saja Anies Baswedan ditendang dari capres Nasdem dan digantikan Sandiaga Uno dan Cak Imin tetap sebagai cawapresnya. Dan the last minute bisa-bisa saja Prabowo tetap tapi cawapresnya bukan Yenni Wachid, melainkan Ibu Susi Pudjiastuti mantan Menteri Kelautan RI. Namanya juga House of Cards.

Itulah The Last Minute dalam pilpres kita. Siapa tahu alias kumaha engke. He He ..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun