Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo Soebianto dan Tail Coat Effect yang Tak Ngefek

21 September 2023   15:54 Diperbarui: 23 September 2023   17:30 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deadline pendaftaran capres-cawapres sudah semakin dekat. Gibran Rakabuming Putera Presiden Jokowi yang masih berusia 35 tahun diisukan akan disandingkan dengan Prabowo.

Ketentuan mengenai usia kandidat cawapres dalam pemilihan presiden Indonesia diatur oleh konstitusi dan peraturan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 169A UUD 1945 yang diubah dengan Amandemen Keempat, kandidat cawapres harus memenuhi syarat berikut : warga negara Indonesia sejak lahir (wajib); setidaknya berusia 35 tahun pada saat pencalonan (wajib); memiliki integritas yang tinggi dan tidak pernah terlibat dalam tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; memiliki kualifikasi pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dilihat dari ketentuan tsb, Gibran Rakabuming sudah memenuhi semua syarat yang ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan perundang-undangan. Karenanya ia sah dipertimbangkan sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi capres Prabowo Soebianto.

Mengapa harus Gibran. Pilihan ini semata didasarkan pada tail coat effect semata. Dalam beberapa kesempatan kita melihat seakan Jokowi dekat dengan Prabowo Soebianto, bahkan ketika mencek KCJB atau Kereta Cepat Jakarta Bandung, Kompas via media Telegram beberapa kali mengangkat kedekatan semacam ini.

Konsep "tail coat effect" atau efek ekor jas merujuk pada fenomena di mana seorang presiden yang masih berkuasa memiliki pengaruh kuat yang akan mempengaruhi konstituen. Pengaruh ini bisa saja muncul karena popularitas atau kebijakan presiden yang masih berkuasa dan itu dapat mempengaruhi elektabilitas kandidat yang didukung.

Namun, pengaruh ini tidak selalu linier atau mutlak, dan berbagai faktor lain juga dapat mempengaruhi pemilihan presiden. Dalam kekinian para pemilih, sepertinya tail coat effect dimaksud sudah tidak terlalu signifikan. Dalam  beberapa kali poling yang dilakukannya, Eep Syaefulloh Fatah bisa membuktikan bahwa tail coat effect dari Jokowi kecil saja hanya pada kisaran 20%, sekalipun tingkat kepuasan publik terhadap kepemimpinannya mendekati 80%. Itu hanya berarti para konstituen Indonesia tidak lagi sepenuhnya membaca bahwa gerak-gerik presiden selalu bernuansa tanda-tanda kultural, apakah foto bersama Jokowi dengan Prabowo menandakan dukungannya terhadap Prabowo. Sebagian besar konstituen tidak lagi menafsirkan seperti itu. Ini juga sejalan dengan kandidat yang bagi-bagi sesuatu kepada konstituen. Siapapun kandidatnya, manuver bagi-bagi bingkisan itu akan diterimanya. Tapi belum tentu ia akan mencoblos ketiganya. Ia tetap mencoblos salah satunya, tapi itu adalah pilihan individual. Toh di tempat pencoblosan tak ada CCTV yang akan membuktikan siapa yang dicoblosnya nanti. Tail coat effect sungguh "tak ng-efek" dan/atau tak berarti dibandingkan melancarkan strategi lain dalam memikat pemilih.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Elektabilitas Prabowo sekarang berada di urutan kedua setelah Ganjar Pranowo, Apakah dijagokannya Gibran sebagai Cawapres Prabowo dapat mempengaruhi persepsi pemilih. Tidak segampang itu tentu. Bahkan cukup banyak orang yang melihat Gibran sebagai anak kecil sebagaimana halnya AHY yang kini membonceng Gerindra setelah terdepak dari koalisi Nasdem.

Keberhasilan Prabowo dalam pemilihan presiden masih akan sangat bergantung pada sejumlah faktor lain yang dapat berubah seiring berjalannya kampanye dan perkembangan politik, termasuk popularitas Prabowo sendiri, isu-isu politik saat ini, dukungan partai politik, dan kualitas kampanye mereka.

Dalam pilpres kali ini Prabowo akan dinilai berdasarkan rekam jejaknya sendiri, rencana kebijakan, dan visi politiknya, bersama dengan cawapres yang dipilih oleh partai.

Prabowo Soebianto telah menjadi kandidat presiden dalam dua pemilihan presiden sebelumnya (2014 dan 2019) dengan dukungan dari partai-partai politik tertentu. Ketergantungan pada dukungan partai politik yang kuat dapat menjadi faktor penting dalam kesuksesannya di pemilihan presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun