Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mencampakkan Sambal Goreng Pencapresan ala Indonesia

5 September 2023   13:04 Diperbarui: 6 September 2023   16:38 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi drama pencapresan ala Indonesia. Foto : Instagram poliklitik.

Mau dibilang semakin heboh, boleh. Mau dibilang semakin ndangdutan ala Bang Haji juga boleh. Tapi yang pasti, orkestrasi Puccini yang pekat dengan kesedihan itu tak ada. Di bagian ini, jujur pemilu serentak sudah jadi kebiasaan berdemokrasi dan sudah dianggap sebagai pesta rakyat. 

Ya, kita berpesta di sini. Dan kalau ada yang minta cerai satu sama lain, atau yang dianggap Malinkundang anak durhaka, itu juga tak masalah. Bagaimanapun kita akan semakin mengedepankan hak individual untuk berdemokrasi sebagaimana Budiman Sudjatmiko yang mencelat dari PDIP belum lama ini dan mendukung Prabowo dengan deklarasi Prabu (Prabowo-Budiman), dan menyusul Anies yang jadi pebinor Cak Imin dan mendepak AHY. Itu sah-sah saja. Berpulang kepada Ganjar dan Prabowo, apakah mau ngawinin AHY yang baru menjanda itu atau tidak, atau mencari yang baru yang gres ada ini-itu ononya sesuai tanda-tanda kultural. Capek deh. He He ..

Perlunya Caucus dan Mendepak Capres Kulkas

Yang perlu bagi kita ke depan ini adalah menata dengan cermat pendulangan suara di daerah.  Jangan Pulau Jawa saja yang dianggap harus utama. Semua provinsi yang ada di negeri ini harus dianggap penting.

Ada 38 provinsi di negeri ini. Itu artinya, harus ada semacam "Caucus" mulai dari pusat hingga daerah. Caucus adalah istilah dalam perpolitikan di AS yang merujuk pada sebuah pertemuan atau konferensi kecil yang diadakan oleh anggota partai politik atau kelompok kepentingan tertentu untuk membahas berbagai masalah politik dan memutuskan strategi politik.

Caucuses merupakan salah satu cara di mana pemilih, khususnya dalam pemilihan pendahuluan (primary elections) atau pemilihan umum (general elections), dapat berpartisipasi dalam proses politik dan memengaruhi pilihan calon atau kebijakan partai mereka.

Tanpa harus menjiplak model Caucus di AS, ada yang bisa kita improvisasi dari pengalaman berdemokrasi di AS.

Pertama, Caucus parpol. Kita harus bisa mengadakan pemilihan pendahuluan, yang mana anggota partai dari partai mana saja yang memenuhi presidential threshold dapat berkumpul dalam pertemuan untuk memilih calon partai mereka. Inilah yang sebetulnya langkah awal dalam proses pemilihan presiden, bukannya kebiasaan ambil sekaleng Coca Cola dari kulkas dan langsung reguk. Ini capres kulkas namanya. Dalam pertemuan ini, pemilih berdiskusi, berdebat, kemudian memberikan suara untuk calon yang mereka dukung.

Kedua, Caucus dari kelompok informal anggota Dewan (DPR dan DPD) yang memiliki minat atau pandangan politik bersama, misalnya Caucus yang mengawasi masalah korupsi, Caucus yang peduli masalah ekologi, Caucus yang peduli dengan masalah strategis di dunia, Caucus yang peduli masalah pertanian dan perkebunan, dan Caucus yang peduli masalah pertambangan. Mereka berkumpul untuk mempromosikan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan pandangan mereka.

Ketiga, Caucus dari kelompok kepentingan. Kelompok-kelompok kepentingan seperti serikat buruh, kelompok advokasi lingkungan, atau kelompok bisnis dapat membentuk caucus untuk memengaruhi kebijakan publik yang berkaitan dengan minat mereka.

Keempat, Caucus daerah. Ini dapat digunakan untuk memilih calon partai, mengesahkan platform partai, atau mengoordinasikan strategi politik di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun