Penganut Zoroaster memakai baju wol tenunan tangan sebagai simbol eksternal iman mereka, dan senantiasa berdoa di depan api, yang mewakili kemurnian dan keberlanjutan.
Di Yazd api suci telah menyala selama 1.500 tahun tanpa pernah padam. Zoroastrianisme pernah menjadi agama dominan di sejumlah wilayah mulai dari Roma dan Yunani hingga India dan Russia.
Dalam perjalanan waktu abad demi abad, jumlah penganutnya telah menyusut secara eksponensial. Meski Yazd adalah tempat kelahiran agama tauhid pertama itu, tercatat hanya 200 dari 433.836 penduduk Yazd yang masih mempraktekkan Zoroastrianisme karena faktor migrasi, konversi paksa, dan tekanan selama berabad-abad yang telah mengurangi secara drastis populasi penganut Zoroaster di Iran.
Di seluruh dunia ada paling banyak 190.000 penganut Zoroaster, dan boleh jadi hanya 124.000 menurut beberapa perkiraan. Meskipun penganut Zoroaster sedikit jumlahnya, tapi keimanan mereka telah mempengaruhi Yudaisme, Kristen dan Islam dengan ajaran tauhid atau keesaan Tuhan. Mereka meyakini dualisme alam semesta, yi kebaikan versus kejahatan, dan kepercayaan tentang hari terakhir penghakiman; juga yakin umat manusia dirancang untuk berkembang menuju kesempurnaan, tetapi diperumit oleh kekuatan jahat seperti keserakahan, nafsu dan kebencian. Menurut Zoroastrianisme, kekuatan jahat ini harus ditantang secara proaktif dengan mengembangkan "pikiran baik", kata-kata baik dan perbuatan baik dalam kehidupan.
Di samping populasinya menyusut, Zoroastrianisme tetap sangat terpecah mengenai apakah akan mengakui keluarga lintas agama, apalagi menerima agama Zoroastrian dari generasi lain yang berbeda ras. Puluhan ribu penganut Zoroaster melarikan diri dari Persia selama serangan Islam di abad ke-10 dan diberikan perlindungan di India dengan syarat mereka tidak menikahi orang lain diluar agama mereka atau masuk agama mayoritas Hindu. Konversi atau beralih keyakinan bukan bagian dari agama Zoroaster.
Di India, rumah bagi mayoritas Zoroastrianisme sekarang, komunitas agama Zoroasdter menurun sekitar 10% setiap sensus 10 tahunan, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Unesco. Kini Zoroastrianisme telah menjadi semacam "tight-knit" (kelompok yang disatukan oleh kepentingan bersama dan hubungan yang kuat) dan "self-secluded" (terkucil dari aktivitas umum) yang sangat menganjurkan pernikahan orang-orang seiman.
Di Iran, komunitas Zoroaster mempertahankan jatidirinya dengan mempelajari puisi Persia Shah Nameh dan mengadakan kelas dan perayaan agama. Penganut Zoroaster diterima di Iran karena mereka mewakili sejarah yang membanggakan dan semua orang Iran, tanpa memandang agama apa yang dianutnya, menikmati perayaan tahun baru Zoroaster, Nowruz, karena itulah kesempatan untuk membeli pakaian baru dan makan manisan khas Zoroastrianisme.
Mayoritas komunitas Zoroaster yang tersisa di Iran mengakui kebanyakan orang Iran memperlakukan minoritas Zoroaster dengan baik, tapi tak urung banyak juga yang khawatir tentang kelangsungan hidup komunitas. Agama Zoroaster telah settled di Iran selama lebih dari 3000 tahun, tetapi hanya sedikit yang tersisa hari ini -- Lih Deena Guzder, content.time.com dalam https://tinyurl.com/264geqae
Nama-nama besar asal Parsi
Meski minoritas dimana pun, tapi kaum Parsi di Gujarat India yang adalah penganut Zoroaster yang nenekmoyangnya berasal dari Iran, bisa menonjol mengagumkan. Lihat almarhum Freddy Mercury vokalis Grup Band Rock Queen. Vokalis legendaris dari band rock Queen ini terlahir dengan nama Farrokh Bulsara pada 5 September 1946 di Stone Town, Zanzibar (sekarang bagian dari Tanzania). Ia lahir dalam keluarga Parsi yang berasal dari Gujarat, India. Parsi adalah komunitas yang menganut Zoroastrianisme.
Pada usia 17 tahun, Mercury pindah ke Inggeris untuk mengejar pendidikan di bidang seni dan desain grafis. Di sana, ia kemudian bergabung dengan beberapa band dan pada tahun 1970, ia mendirikan Queen bersama dengan Brian May, Roger Taylor, dan John Deacon. Queen menjadi salah satu band rock paling ikonik dalam sejarah musik rock, dengan gaya dan kreatifitas musik yang inovatif.