Menimbang Duet Liurai Xanana Gusmao - si Kacamata Kuda Ramos Horta di Kursi Timor Leste 1-2 Periode 2023-2028
Jose Alexandre Xanana Gusmao kembali dilantik sebagai PM Timor Leste pada hari Sabtu, 1 Juli 2023 ybl. Gusmao kembali berkuasa setelah hampir satu dekade meninggalkan pemerintahan.
Lebih dari dua dekade setelah Indonesia meninggalkan Timtim (sekarang Timor Leste), negara mini itu masih berjuang untuk mengembangkan ekonominya, dengan lebih dari 40 persen dari 1,3 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan.
"Visi saya untuk rakyat adalah agar mereka lebih sejahtera, terdidik, berkualitas dan inovatif, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan mengutamakan sektor-sektor produktif sehingga kita dapat membangun ekonomi yang lebih baik," kata Gusmao dalam pidato pelantikannya, mengutip kantor berita AFP, Sabtu, 1 Juli, 2023.
Partai Gusmao, National Congress for Timorese Reconstruction (CNRT) menang dengan meraih 41,6 persen suara dalam pemilihan parlemen pada akhir Mei lalu. Sementara lawan utama partainya, Fretilin mendapat 25,7 persen suara, menurut komisi pemilihan umum.
Xanana juga berjanji akan memperbaiki hukum negara itu dan mengembangkan proyek pipa gas.
"Pemerintah akan memprioritaskan meninjau kembali sistem peradilan serta pembangunan, mulai dari desa-desa, juga untuk membawa pipa Greater Sunrise ke Timor Leste," kata Gusmao dalam pidato pelantikannya.
Timor Leste mengadakan pemilihan parlemen kelimanya pada tanggal 21 Mei lalu, yang bertepatan dengan hari jadi Timor Leste ke-21.
Xanana Gusmao telah menghabiskan bertahun-tahun memimpin sayap militer Front Revolusioner Timor Timur Merdeka (Fretilin) dalam perjuangan kemerdekaan melawan Indonesia.
Pada tahun 2002, dia menjadi presiden pertama negara itu setelah kemerdekaan, mengakhiri 24 tahun integrasi Timtim kedalam NKRI.
Sayang kabar gembira ini tercoreng oleh Presiden Timor Leste yang melantik Xanana kemarin yi Jose Manuel Ramos Horta. Ia berbicara ngawur di timeline facebooknya.
Berbeda dengan Xanana, sepertinya Horta takkan pernah berubah dari perwatakannya ketika jadi jubir Fretilin di luar negeri, hidup kesana kemari di luar negeri dari sumbangan sana-sini terutama negara sponsor yang maunya Indonesia segera hengkang dari Timtim karena "Emas Hitam Timor Gap" dan mengoceh tentang ketidakbenaran integrasi dan tentang Indonesia dari sisi terburuk penglihatan barat dan penglihatannya sendiri.
Horta menuding "rasa bersalah yang mendalam masih ada, yang secara tidak sadar tertanam jauh di dalam hati banyak orang Indonesia terhadap orang-orang Timor-Leste karena bangsa ini mengalami "dj vu", yi berputarnya kembali duo Xanana Gusmao-Ramos Horta sepeninggal Indonesia kl 24 tahun lalu.
Mengutip Horta dalam timeline facebooknya pada 1 Juli 2023 : "lebih dari dua dekade setelah negara setengah pulau kecil ini merebut kemerdekaan mereka dari tetangga raksasanya, para pejabat, cendekiawan, jurnalis, dan cendekiawan Indonesia, yang semuanya mengunjungi pelantikan Xanana Gusmao sebagai perdana menteri baru negara itu pada Sabtu 1 Juli ybl, mereka tidak menyembunyikan rasa bersalah yang mereka rasakan atas apa yang telah dilakukan oleh elit penguasa dan militer Indonesia terhadap Timor Leste" - Lih timeline facebook Horta, Senin, 2 Juli 2023 dalam https://tinyurl.com/2cdmzykk
Sedangkal itukah Horta memahami lepasnya Timtim dari NKRI. Look, begitu Timor Leste dideklarasikan pada 2000, petinggi Indonesia juga hadir, dan 23 tahun kemudian melihat lagi sosok duo Xanana-Horta, Indonesia juga memaklumi bahwa kaderisasi di negara baru itu tak mudah, persis bagaimana sulitnya Indonesia di masa lalu mengkaderisasi anak-anak Timtim untuk menjadi anak bangsa yang berguna d buminya sendiri. Mereka disekolahkan di berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia pada masa integrasi.
Apakah petinggi-petinggi Indonesia yang hadir dalam pelantikan Xanana itu langsung terkesan dari penglihatan Horta merasa bersalah. Secupek itukah mereka ntah itu Pak Luhut, Ibu Susi Pudjiastuti, Dino Pati Jalal, Christine Hakim dll. Oh no. Mereka sadar Xanana sekarang berusia 77 tahun dan Horta berusia 73 tahun lebih muda sedikit ketimbang Xanana. Apa seusia ini duo Xanana-Horta berdosa. Kalau begitu, mengapa Horta harus terbata-bata mengatakan dalam timeline facebooknya bahwa pintu sudah mulai tertutup dan waktu semakin melaju cepat bagi keduanya. Dengan kata lain mengapa Horta harus menutupi kenyataan itu dengan menuding orang-orang Indonesia yang hadir dalam pelantikan Xanana kemarin sebagai "merasa bersalah" bahwa di usia tuek sekarang Xanana-Horta berduet kembali memimpin Timor Leste yang seharusnya sudah dilepas kepada generasi penerus sebangsa katakanlah Matan Ruak yang relatif lebih muda.
Betapa gegabahnya Horta si kacamata kuda yang berpikiran sempit dan mandul seperti itu. Sebagaimana diketahui Horta adalah peraih Nobel Perdamaian meski hanya dalam kacamata barat yang ketika itu merasa unggul dalam tatanan global karena runtuhnya Uni Soviet.
Saya pikir duo Xanana-Horta sekarang, itu alami saja dan itu tak menggambarkan yang bukan-bukan selain kaderisasi dalam rangka alih generasi perlu segera dilakukan Xanana-Horta sebelum nasi menjadi bubur. Dan jangan sekalipun menuding Indonesia harus menanggung rasa bersalah karenaNya.
Dalam acara Malam Budaya Batak, menyongsong HUT RI ke-71, pada 13 Agustus 2016, 7 tahun lalu, saya sempat omong-omong dengan Xanana di Delta Comoro, Dili. Tak ada kesan Xanana memandang Indonesia dari stereotipe yang dipompakan dunia Barat atau AS dkk seperti itu. Tidak. Beliau memandang Indonesia dari kacamata yang sangat wajar sewajar air tanah mengalir ke air mancur Baucau di sektor timur Timor Leste sana.
Alih generasi memang tak mudah. Ini perlu kesabaran dan perlu keteladanan dari para elite. Elite di Timor Leste selama kl 24 tahun terakhir ini telah membludak, tapi toh tak langsung bim sala bim menghasilkan seorang Soekarno, seorang Xanana, seorang Aung San Suu Kyi dst. Rising demand expectations dari rakyat Timor Leste justeru semakin meningkat dan bukannya menurun. Ledakan demografis pertama sudah dimulai di tanah seluas 15.000 Km2 itu. Saya pikir, itu wajar dalam sebuah perubahan drastis pada saat kekuasaan beralih dari Indonesia ke Timor Leste. Perubahan kala itu bukanlah karena Revolusi Rakyat sebagaimana Revolusi Kemerdekaan Indonesia pada Agustus 1945, tapi perubahan karena pergeseran kepentingan dalam geopolitik dan geostrategis dunia.
AS di bawah Gerald Ford Acc Indonesia berintegrasi dengan Timtim pada 1976, demikian pula Ausie di bawah Gough Whitlam. Tapi Indonesia sendiri menetapkan pilihannya jauh sebelum itu bahwa pasca Revolusi Bunga di Portugal, dekolonisasi Timtim yang tak beres di bawah pengorganisasian Porto harus dibereskan Indonesia sesuai keinginan rakyat Timtim saat itu bahwa Timtim harus berintegrasi dengan NKRI.
Kembali ke narasi Horta : "mantan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Dino Patti Djalal, seorang diplomat yang sangat dihormati dan sebagai pejabat muda yang menangani Timor Leste sekitar masa kemerdekaan, mengungkapkan keharuannya kepada orang-orang yang menghadiri pertemuan di KBRI Dili sehari sebelum pelantikan Xanana dengan menyatakan Indonesia telah mengkhianati rakyat Timor Leste, dan melanggar komitmennya sendiri untuk meninggalkan bangsa ini dalam damai, dan memastikan tidak ada yang dihancurkan dan dibunuh.
Lalu dengan entengnya Horta menuding "... penghancuran dan pembunuhan justeru yang ditinggalkan Indonesia. Itu tidak hanya menodai keagungan keputusan Presiden Habibie untuk memberikan hak referendum kepada Timor Leste, tetapi juga merusak citra Indonesia di dunia. Lalu dilanjutkannya dengan menyitir kata-kata Dino : "tidak pernah dalam hidup saya, saya merasa begitu malu pada diri saya sendiri saat berdiri di pertemuan PBB mendengarkan Sekjen PBB meminta semua hadirin untuk berdoa bagi petugas PBB yang dibunuh oleh milisi Indonesia di Timor Leste."
Horta juga mengutip Philips J. Vermonte, cendekiawan dan Dekan Indonesia di Universitas Internasional Islam Indonesia yang baru didirikan di Depok yang hadir dalam acara itu, yang mengatakan dengan bercanda setiap kali dia dkk membeli barang dagangan dari toko-toko di Dili. Vermonte mengatakan itu hanya sebagai tanda balasan atas apa yang telah dilakukan Indonesia ke negara ini di masa lalu.
Dino bahkan lebih jauh dari Vermonte dalam mengungkapkan betapa Indonesia ingin melihat bekas jajahannya menjadi makmur, dengan mengatakan Timor  Leste adalah satu-satunya negara di dunia dimana Indonesia tidak pernah bertanya "Apa yang akan kita dapatkan sebagai balasannya? Apa yang dapat Anda lakukan untuk kami? saat menjalin relasi dengan Timor Leste.
Lalu Christine Hakim, aktris papan atas Indonesia yang juga diundang, disitirnya, dimana Christine menyatakan bahwa yang harus kita semua lakukan adalah melakukan yang terbaik untuk rakyat Timor Leste.
Jose Manuel Ramos-Horta merasa bangga saat itu telah mengundang cukup banyak tokoh Indonesia ketimbang tokoh dari negara lain mana pun untuk pelantikan Xanana, sambil menyebut mereka "sahabat Indonesia saya". Dikatakannya, Xanana berhenti begitu melihat sekelompok orang Indonesia berjalan ke upacara pelantikannya, berjabat tangan dengan mantan Sekretaris Kabinet Indonesia Dipo Alam, Pradono Handojo, direktur RS Muhammadiyah, dan penulis Okky Madasari.
Tapi apa mau dikata, Horta menggodam lagi Indonesia dengan narasinya : " ... menebus penjajahan brutal yang hanya menyebabkan kesengsaraan dan konflik selama lebih dari 25 tahun bagi orang-orang di sini membutuhkan lebih dari sekadar ekspresi rasa bersalah dan retorika penebusan".
Pertanyaannya, demikian Horta, bagaimana perasaan bersalah dan keinginan untuk menebus kejahatan masa lalu tsb dapat diterjemahkan menjadi "mendukung Timor Leste untuk maju tanpa memicu ingatan kita tentang penjajah yang berperan sebagai penyelamat, yang datang untuk membudayakan masyarakat Timtim."
Horta lalu membanggakan, dalam hal keadaban, Timor Leste dinilai oleh PBB sebagai negara paling demokratis di kawasan ini, dengan indeks demokrasi lebih tinggi dari Indonesia.
Dengan entengnya lalu ia melanjutkan narasinya bahwa jalan ke depan adalah mendorong kerjasama yang lebih organik antara masyarakat Indonesia dan Timor Leste sebagai mitra yang setara, dengan penekanan pada apa yang dibutuhkan masyarakat di sini, seperti pendidikan, lingkungan untuk berinovasi dan pemikiran kritis, perawatan kesehatan dan kolaborasi dalam penelitian, sains dan sebangsanya.
Salah satu langkah konkret yang harus segera dilakukan, demikian Horta, adalah lembaga pendidikan swasta dan negeri Indonesia memberikan beasiswa sebanyak-banyaknya kepada generasi muda Timor Leste untuk belajar di seluruh Indonesia, atau bahkan membuka sekolah di sini, termasuk rumah sakit Indonesia juga dapat membuka cabangnya di seluruh Timor Leste.
Langkah Indonesia selanjutnya yang penting dan menunjukkan kesejatiannya, lanjut Horta, Â bahwa Timor Leste harus maju dengan mendorong lebih keras agar Timor Leste menjadi anggota Asean, dimana kepemimpinan Asean sekarang masih di tangan Indonesia.
Horta menandaskan Presiden Joko Widodo harus mendorong Timor Leste untuk menjadi anggota penuh Asean. Seharusnya tidak ada lagi penundaan. Itu bisa dilakukan sambil menunggu Timor Leste mengejar kemajuannya, bukan sebaliknya. Jika Myanmar dapat mempertahankan keanggotaannya meskipun melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, dan mempermalukan Asean secara global, mengapa Timor Leste, negara paling demokratis di Asia, tidak bisa? Kalau Laos yang ekonominya kurang lebih setara dengan Timor Leste bisa, kenapa Timor Leste tidak bisa? Integrasi Timor Leste ke dalam Asean memberikan peluang bagi Timor Leste untuk memenuhi kepentingan dan tujuan pembangunan strategisnya ..."
Tapi bagaimanapun, bangsa ini berhak mendapatkan yang lebih baik. Kembalinya duo Xanana-Horta merupakan salah satu langkah untuk menjadi lebih baik dengan syarat harus segera mempersiapkan pemimpin-pemimpin selanjutnya yang lebih mumpuni dan kuat dari mereka. Jika tidak, kembalinya mereka sebagai duo penguasa tidak lebih dari pengulangan sejarah dan ambisi untuk mempertahankan kekuasaan selama mungkin.
Perlawanan rakyat Timor Leste selama puluhan tahun terhadap Indonesia menunjukkan bahwa rakyat Timor Leste adalah pejuang, yang telah dan akan selalu seperti itu. Dalam jangka panjang mereka akan baik-baik saja dengan atau tanpa Indonesia, Australia, atau China - Lih timeline facebook Horta, Senin, 2 Juli 2023 dalam https://tinyurl.com/2cdmzykk
Mencermati secara seksama narasi Jose Manuel Ramos Horta dalam pelantikan Xanana sebagai PM Timor Leste. Di satu sisi kita dapat memakluminya, yi ybs hanya berangkat dari kacamata lama yang dipakainya ketika bergerilya di pentas internasional, khususnya di teater barat. Mengapa ia tak pernah bisa melepas kacamata kuda itu. Xanana yang bergerilya di belantara Timtim semasa integrasi tentu akan dapat menjelaskannya.
Yang perlu ditegaskan disini bahwa insiden bumi hangus Timtim adalah dari kalangan pro integrasi 24 tahun lalu dan bukan dari kalangan militer Indonesia, apalagilah petinggi Indonesia. Ini tidak bisa dicegah begitu saja. Itu sebuah spontanitas alami merasa dipermainkan barat.
Tidak hanya di Timor Leste, kenangan kelam itu tetap membekas bagi komunitas pro integrasi yang sekarang bermukim di NTT dan sebagian lainnya terpencar ke seluruh nusantara. Mereka menyesalkan bahwa Indonesia lemah tak memprotes keras AS dan barat yang telah memperalat PBB sedemikian rupa, hingga pemberian nobel perdamaian versi barat kepada Horta dan uskup Belo, meski kemudian terbukti bahwa Belo adalah the ordinary man yang menjadikan agama sebagai tool politik, dan fakta yang benar kemudian, ia adalah seorang Pedofil sejati yang kini disembunyikan Vatikan di Maputo, Mozambique.
Lalu soal bagaimana Horta demikian enteng menuding seakan Indonesia mempersulit keanggotaan penuh Timor Leste di Asean. Itu jelas prasangka karena kacamata kuda barat yang terlalu lama dipakainya. Asean bukanlah milik Indonesia. Asean adalah wadah berhimpun bagi negara-negara Asia tenggara. Ada Singapore dan Malaysia dan lainnya yang tak sudi dimasuki anggota baru begitu saja. Diterima sebagai anggota baru iya, tapi tidak untuk sebuah pemaksaan, kecuali kalau persyaratan teknis sudah terpenuhi, al GDP, indeks Human Development dst.
Indonesia jelas sejak awal sudah menyiapkan kader dari putera-puteri Timor Leste sendiri, bahkan sampai sekarang masih banyak putera-puteri Timor Leste pasca merdeka yang belajar di Indonesia, tidak seperti pada 10 tahun pertama merdeka, dimana Timor Leste masih enggan berkomunikasi dengan Indonesia. Timor Leste merdeka lebih memilih Ausie sebagai tempat pengkaderan putera-puteri terbaiknya, tapi dalam perjalanan waktu akhirnya bubar jalan juga. Mengapa. Ya segala sesuatu dari dunia barat terbukti mahal dan mahal. Tak ada yang gratis disitu. Maka satu per satu berpulanganlah mereka ke tanah air, termasuk yang kemarin ber-euphoria di Portugal, Inggeris dan Eropa.
Mana tindak lanjut Porto pasca duel PM-nya dengan Dubes Indonesia untuk PBB yi Nugroho Wisnumurti di masa lalu. Mana. Sungguh tak ada. Karena Porto jelas anggota Nato yang terkebelakang. Tak bisa diharap, kecuali celometan di masa lalu bahkan hingga kini.
Bahasa Porto mau dihidupkan lagi di Timor Leste, jelas tak mudah. Meski hanya 24 tahun di Timtim, Indonesia berpengaruh sangat signifikan baik dalam makanan pokok, apalagilah lingua franca atau bahasa pergaulan atau pemersatu. Sedangkan media TV, siapa yang mau nonton TV Porto. Ada, tapi hanya secuil. Pemirsa Timor Leste lebih merindukan Indonesia. Inilah yang sangat disadari Xanana Gusmao. Lain halnya dengan Ramos Horta yang tak pernah mau menyadarinya sepenuh hati.
Kita hanya dapat berharap kepada Xanana Gusmao yang pada tahun 2007 mendirikan CNRT. Tahun itu pula dia menjadi perdana menteri dan memegang jabatan itu hingga 2015.
Ketika dia mengundurkan diri, Xanana mengatakan sudah waktunya bagi generasi yang lebih muda ungtuk memimpin Timor Leste. Perjalanan waktu ternyata tak semulus itu. Alih generasi ternyata tak segampang membalik tangan.
Xanana tahu CNRT harus besar terlebih dahulu, sebelum ia dan Horta mengundurkan diri dari panggung politik Timor Leste. Mengapa. Fretilin terlalu banyak meninggalkan luka di pentas Timor Leste mulai dari Dekolonisai Porto hingga integrasi Timtim dengan NKRI, dan mencapai klimaks dengan lepasnya Timtim dari NKRI karena rekayasa AS dan dunia barat, dan bukan karena revolusi rakyat.
Sebagaimana obrolan kita dulu maun Xanana, sudah saatnya Timor Leste kembali ke laptop yi membenahi dunia agronya yang dulu fondasinya sudah dibangun Indonesia di Betano, Manufahi, dan di Iralalara, Los Palos. Dan sudah saatnya pula maun Xanana menyiapkan kader terbaiknya dari CNRT untuk alih kekuasaan ketika maun Xanana dan Horta turun dari panggung politik Timor Leste pada tahun politik 2028 yad.
Terakhir tapi bukan penghabisan, sudah saatnya Timor Leste membangun kilang minyaknya sendiri di Viqueque dan menempatkan auditor perminyakannya di greater sunrise Timor Gap.
Lihat Arab Saudi si Raja Minyak, sudah 3 tahun ini meleaskan diri dari cengkeraman barat yang tak pernah puas-puasnya mereguk minyak bumi itu.
Selamat buat Maun Jose Alexandre Xanana Gusmao. Que o Senhor Jesus mos abencoe ...
Joyogrand, Malang, Tue', July 04, 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H