Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Membangunkembangkan Aura Tano Batak dalam Kepariwisataan Toba

29 Juni 2023   11:02 Diperbarui: 5 Juli 2023   01:09 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah monumen modern di Pulau Samosir. Foto : Susy Barratt.

Membangunkembangkan Aura Tano Batak dalam Kepariwisataan Toba

Traveling ke Bali, sangat mudah mengucapkannya dan mudah pula mereka-rekanya karena Bali sudah lekat khusus di benak kita sebagai DTW (Daerah Tujuan Wisata Utama) di Indonesia.

Traveling ke Danau Toba? Inilah yang jadi persoalan. Yang pasti di benak orang yang menggemari traveling atau orang yang suka berwisata, traveling ke Toba hanya berarti berwisata ke Danau Toba.

Orang tak banyak tahu dalam term kepariwisataan yang benar, Toba itu adalah salah satu kawasan wisata bahkan nama sub-suku dari 5 puak orang Batak yang meliputi Batak Toba, Batak Angkola, Batak Karo, Batak Pakpak dan Batak Simalungun.

Mereka semua settled di lingkar Danau Toba dan dalam konteks Otoda kelima puak itu dalam kepariwisataan Toba seharusnya terintegrasi kedalam 7 resort wisata yang meliputi Kabupaten Taput (Tapanuli Utara), Toba, Samosir, Humbahas (Humbang Hasundutan), Dairi, Karo dan Simalungun.

Karena ketujuh distrik itu berada di lingkar Danau Toba yang maha luas, maka untuk mudahnya ketujuh distrik itu kita sebut saja tano Batak yang dalam hal ini adalah genus kepariwisataan Toba.

View Danau Toba dari sebuah bukit di Balige. Foto : Kenia Pakpahan.
View Danau Toba dari sebuah bukit di Balige. Foto : Kenia Pakpahan.

Jadi kalau traveling ke Danau Toba hanya berarti "ngelencer" ke Danau Toba sebagai satu-satunya obyek wisata di tano Batak. Itulah kerancuan yang terjadi dalam kepariwisataan tano Batak.

Tak heran komunitas pariwisata di negeri ini selalu kebingungan kalau hanya Danau Toba dan Samosir saja yang dijual. Bagi Annette Horschmann misalnya yang adalah pemain lama di bisnis akomodasi dan restauran dengan bendera Tabo Cottage di Tuktuk Samosir, mujur bagi dia, karena cukup hanya melalui situsnya www.tabocottage.com, turis dari Eropa Barat khususnya tempat asalnya Germany bisa berdatangan traveling ke Danau Toba. Mereka datang bukan karena aura tano Batak, melainkan karena aura Danau Toba.

Inilah yang perlu diubah oleh pemerintah dan stake holder kepariwisataan Danau Toba. Kita harus bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Danau Toba hanyalah salah satu obyek wisata alam saja di tano Batak.

Now, kita memerlukan mindset baru bahwa Traveling ke Toba adalah perjalanan wisata dengan banyak pilihan, ya Taput, ya Humbahas, ya Toba, ya Samosir, ya Karo, ya Dairi dst. Itulah sejatinya traveling ke Toba yang berarti traveling ke tano Batak.

View Air Terjun di Tongging, Danau Toba. Foto : Susy Barratt.
View Air Terjun di Tongging, Danau Toba. Foto : Susy Barratt.

Permasalahan yang seakan tak bermasalah ini ibarat Kopi Lintong yang sejatinya bernama lokal Kopi Sigararutang yang di dunia perkopian lebih dikenal sebagai Kopi Jenis Arabika, tanpa mau tahu bahwa kopi yang awalnya dikembangkan di Siborongborong Taput itu, kemudian dikembangkan meluas hingga ke Sipahutar, Pangaribuan, Sipoholon dan Garoga, juga di Taput. Citarasa kopi itu, bahkan posturnya yang pendek itu, ya khas habitatnya di Taput dan bukan di Lintong.

Dalam perjalanan waktu, apa mau dikata,  semua terjebak dengan term Lintong yang tak merepresentasikan asal-muasal dan luasan tanaman kopi itu di habitatnya sekarang. Berulangkali saya katakan agar Kopi Lintong itu direhabilitasi namanya menjadi Kopi Arabika Batak Sigararutang. Tapi itulah, karena nama Lintong sudah terlalu lama dilekatkan, maka nama itulah yang dikenal komunitas perkopian dunia.

Kembali ke dunia pariwisata tano Batak. Danau Toba harus diakui adalah maskot kepariwisataan tano Batak. Tugas kita selanjutnya disini adalah mempromosikan obyek-obyek wisata di seantero tano Batak.

Pariwisata Lintas Alam misalnya bisa kita tawarkan hutan-hutan alami di Batang Toru Forest, hutan-hutan Haminjon atau Kemenyan (Styrax Sumatrana) di Pangaribuan, ada artefak kuno Datu Ronggur Diaji Pakpahan, ada makam Demang pertama Tapanuli di zaman Belanda di Batunadua, ada Aek Naoto yang unique dll, ada geo-thermal di Pahae, begitu juga Pemandian Air Panas di Sipoholon dan Salib Kasih di Siatasbarita. 

Di Toba ada Danau Toba yang melingkar hingga ke Dairi dan Karo, ada makam Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII dan sejumlah situsnya di Balige, ada makam Apostel tano Batak Ludwig Ingwer Nommensen di Sigumpar, ada Museum Batak di Balige dll. 

Di Humbang Hasundutan ada hutan-hutan Haminjon, ada banyak air terjun alami, bahkan uji genetika mutakhir di dunia antropologi ragawi, Humbahas ternyata tempat ditemukannya nenekmoyang pertama orang Batak di tano Batak. 

Di Samosir ada Danau Toba, ada berbagai situs peninggalan orang Batak tempo doeloe, antara lain artefak Raja Sidabutar, ada traveling Minum Tuak dan Kombur atau Cangkruk atau Ngrumpi ala Batak di desa-desa di Samosir antara lain Sosor Pasir, Sosor Batu dll. 

Di Karo, kita bisa menikmati agrowisata hortikultura dan buah-buahan yang menakjubkan, di Dairi kita bisa menikmati agrokopi Sidikalang yang terkenal dengan jenis kopi Robustanya itu dan di Simalungun kita dapat menikmati agrowisata modern berupa sejumlah perkebunan besar seperti Sawit dan Karet legacy Belanda dan yang kini dikembangkan dan dipermodern pemerintah melalui PTPN.

View Danau Toba dari Bakkara, Toba. Foto : Susy Barratt.
View Danau Toba dari Bakkara, Toba. Foto : Susy Barratt.

Dalam rangka membangunkembangkan aura baru yaitu aura tano Batak, utamanya usai Kejuaraan Dunia Powerboat F1H20 beberapa waktu lalu di Balige, Toba, kita suggest disini agar dalam pengembangan kepariwisataan Toba seyogyanya sejak dini Pemerintah Pusat bersinergi dengan Pemda setano Batak dan stake holder lainnya. Mereka harus membangunkembangkan mindset baru bahwa bukan hanya Danau Toba saja pilihan pariwisata, melainkan banyak pilihan di tano Batak ini.

Juga kita suggest disini, pembangunan infrastruktur perhubungan darat seyogyanya dapat menerobos semua wilayah pegunungan Bukit Barisan dimana tano Batak berada. Konstruksi untuk itu perlu rancangan khusus tentu, karena cukup banyak daerah patahan di Taput, Humbahas, Dairi dan Karo.

Andaikanlah seorang Arsitek nan piawai yang menggambarkannya dalam sebuah maket besar pastilah akan menakjubkan, karena infrastruktur dimaksud dapat mengantarkan kita menerobos alam Bukit Barisan yang indah dan asri, hutan pinus di kiri kanan jalan dan hutan kanopi dengan anekaragam hayati disana, disamping tentu budaya masyarakat yang meliputi 5 puak orang Batak itu.

Joyogrand, Malang, Thu', June 29, 2023.

Sebuah monumen modern di Pulau Samosir. Foto : Susy Barratt.
Sebuah monumen modern di Pulau Samosir. Foto : Susy Barratt.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun