Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Perlunya Polisi Sosial di Lingkungan Perumahan

5 Juni 2023   15:25 Diperbarui: 5 Juni 2023   15:47 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup bertetangga di perumahan.Foto : idntimes.com

3. Peran fasilitator dan pembinaan.

Di slum area, pendekatan yang efektif untuk mempromosikan tertib sosial dan pembangunan komunitas adalah melalui peran fasilitator yang bekerjasama dengan masyarakat setempat. Pendekatan ini melibatkan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam membangun dan memelihara kehidupan komunitas yang baik.

4. Partisipasi masyarakat

Adalah penting untuk melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pengembangan program atau proyek yang mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan melibatkan masyarakat secara langsung, mereka dapat merasa memiliki proses pembangunan dan terlibat dalam menciptakan perubahan positif dalam lingkungan mereka.

Pengaturan dan pengembangan komunitas di slum area perlu mempertimbangkan aspek-aspek yang lebih holistik, termasuk pemenuhan kebutuhan dasar seperti air bersih, sanitasi, perumahan yang layak, dan akses ke layanan kesehatan dan pendidikan. Peningkatan kondisi sosial-ekonomi secara menyeluruh dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih stabil dan membantu dalam membentuk nilai-nilai sosial yang positif.

Setiap slum area memiliki konteks yang unik, dan pendekatan yang tepat harus didasarkan pada pemahaman yang baik tentang dinamika dan kebutuhan masyarakat setempat.

Interaksi sosial

Bagaimana kita berinteraksi di lingkungan perumahan dengan berbagai strata itu dan bagaimana pula berinteraksi di slum area.

Deskripsi terurai di atas tetaplah sesuatu yang normatif. Di perumahan menengah ke atas, sekalipun terkesan warga menjaga privacy masing-masing karena itu adalah hak dasar mereka, tapi tak urung di balik pagar pengamannya masing-masing ada saja “gosip pohon anggur”, artinya warga tetap mengintip satu sama lain, si ini sudah sampai dimana, si ono wah semakin merajalela kesosialitaannya, si anu kelihatannya lagi surut, kemarin mobil BMW, sekarang koq tinggal Avanza.

Yang repot disini tak ada rapat RT, boro-boro mau rapat RW apalagi rapat LKMD/K di desa/kelurahan. Pokoknya semua diselesaikan dengan uang, habis perkara, dan kalau terpaksa harus rapat RT/RW, yang maju biar saja pembokat atau ASN. Tak heran di tempat semacam ini frequently kebobolan maling juga, karena bantu-membantu warga dalam keamanan nyaris nihil.

Di lingkungan menengah bawah dan slum area. Interaksi sosial sama saja. Meski kohesi sosial agak lumayan, tugas siskamling pun masih digulir dan warga pada umumnya mau menerima tugas itu, termasuk menghadiri rapat RT/RW, bahkan yang unik di slum area yang benar-benar slum area, solidaritas warga cukup tinggi. Kalau ada acara ntah 17 Agustusan, atau hajatan. Mereka cenderung bergotongroyong untuk menyukseskannya, minimal keluar tenaga kalau kantong memang lagi kosong-melompong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun