Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Malang Kota KomaKoma yang Harus Dimanage Khusus

29 Mei 2023   17:27 Diperbarui: 29 Mei 2023   21:18 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malang Kota KomaKoma Yang Harus Dimanage Khusus

Kota Malang yang biasanya santai-santai karena buaian alamnya yang sejuk, mendadak dikejutkan -- Jumat 26 Mei ybl - oleh pertikaian warga dan para mahasiswa luar daerah yang indekost di Jln. Joyosuryo, Merjosari, Lowokwaru, di lingkar Universitas Gajayana Malang, berdekatan dengan kantor kelurahan Merjosari, dan tak terlalu jauh dari kampus UB atau Universitas Brawijaya.

Persoalannya sepele. Keributan berawal saat sekitar 10 mahasiswa asal luar daerah bergurau ketika waktu maghrib. Warga setempat memberi tahu mereka untuk tidak ramai, dengan maksud menghargai masyarakat yang hendak ibadah. Ditegur warga seperti itu, suara gurauan mereka tetap santer terdengar.

Warga menghampirinya, dan melihat salah satu dari mahasiswa itu diduga membawa sajam. Warga kemudian mengamankan sajam itu, dan mengikat mahasiswa yang diduga membawa sajam itu dengan tali rafia. Mahasiswa tsb mendapatkan penganiayaan fisik, karena ada bekas luka yang divisum menurut keterangan polisi setempat.

Mahasiswa yang diikat warga itu bisa meloloskan diri dan memberitahukan teman-temannya bila mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan. Para mahasiswa  kemudian mencari pelaku yang mengikat temannya. Karena belum ketemu dengan pelaku, para mahasiswa merusak rumah warga.

Mereka menyerang rumah penduduk yang jaraknya sekitar 150 meter dari kos-annya. Setidaknya, kaca jendela 5 rumah warga pecah dalam keributan tsb. Keributan ini membawa trauma bagi warga setempat. Mereka menginginkan agar peristiwa itu tidak terulang kembali.

Baik warga dan mahasiswa saling melapor. Warga melaporkan adanya perusakan rumah oleh kelompok mahasiswa. Dan mahasiswa melaporkan ada perlakuan tidak menyenangkan dari warga.

Polsek setempat (Lowokwaru) telah mengirim sejumlah personel Polisi RW dan Babinkamtibmas dibantu Babinsa untuk mengamankan situasi dan menjaga kondusifitas di lokasi keributan.

Sejauh ini belum terjadi aksi-reaksi seperti hari pertama kejadian. Si penganiaya mahasiswa belum ketahuan dimana, dan apa yang dituduhkan warga kepada mahasiswa luar daerah itu belum dapat diklarifikasi sepenuhnya oleh pihak kepolisian. Yang pasti pihak kepolisian yang telah menurunkan polisi RW berjanji akan mengakomodasi kedua belah pihak sebaik-baiknya. Dan semua pihak tetap waspada mana tahu ada pihak ketiga yang menungganginya.

Kota Malang padat mahasiswa

Kota Malang yang luasnya hanya 145,28 Km2, dengan kepadatan 6.200 jiwa per Km2, merupakan kota ke-18 terpadat di Indonesia dengan penduduk kl 1 jutaan jiwa.

Menurut data BPS tahun 2021, kota Malang memiliki jumlah total mahasiswa terbanyak kedua di Jatim setelah kota Surabaya. Jumlah total mahasiswa di kota Malang 253.158 jiwa -- lih jatimnetwork.com dalam https://tinyurl.com/2nt7expg

Kecamatan Lowokwaru, dimana Merjosari adalah salah satu kelurahan di dalamnya, memang dikelilingi beberapa kampus besar dan kecil, yakni Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki), Universitas Negeri Malang (UNM), Politeknik Negeri Malang (Polinema), Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA), Universitas Tribuana Tungga Dewi, Universitas Gajayana, Politekes Maharani serta sejumlah kampus swasta lainnya.

Di Kecamatan Lowokwaru, khususnya di Tlogomas, termasuk Joyosuryo dimana keributan terjadi, Sumbersari dan Dinoyo terdapat lebih dari 200.000 mahasiswa, sebab di UMM saja jumlah mahasiswa secara keseluruhan mencapai lebih dari 30.000, di UB lebih dari 60.000, UIN Maliki lebih dari 17.000, Polinema sekitar 10.000 serta mahasiswa dari perguruan tinggi swasta lainnya yang masih berada di lingkungan kecamatan tsb -- lih berita satu dalam https://tinyurl.com/2en36ke2

Tak heran kalau kericuhan terjadi di sentrum mahasiswa itu sendiri. Dan kehadiran mahasiswa tahun ke tahun yang menjadi komunitas tersendiri itu tak pelak telah memutar perekonomian komunitas setempat yang terkondisi menyediakan sebagian rumahnya untuk pemondokan mahasiswa, belum lagi pengusaha yang khusus membangun pemondokan buat mahasiswa. Perkulineran dan perklontongan termasuk jajanan-jajanan yang dijajakan pedagang gerobak keliling seperti Bakso, Mie Ayam dll otomatis laris-manis dengan harga mahasiswa tentunya.

Yang perlu dibedakan dalam komunitas mahasiswa ini ialah mereka yang mengontrak rumah dengan kisaran Rp 15 juta -- 30 juta per tahun. Ini biasanya keroyokan dari urunan 3-4 mahasiswa agar tak terlalu memberatkan ortu. Di luar itu mereka tinggal di rumah-rumah penduduk yang menawarkan sebagian rumahnya untuk disewakan bulanan atau triwulanan atau 6 bulanan bahkan ada yang maunya setahun. Harga sewa pada kisaran 300 ribu -- 500 ribu per bulan.

Yang terlaris dari akomodasi ini tentu sewa bulanan dengan sewa termurah dari harga pasar yang berlaku. Itulah yang membuat kawasan yang berbunyi joyo-joyo ini padat dengan mahasiswa. Mereka menjadi komunitas tersendiri yang untuk mudahnya kita sebut saja "KomaKoma" atau Komunitas Mahasiswa Kota Malang.

Interaksi sosial

Pasca pandemi Covid-19, boleh dikata seluruh kampus sudah kembali normal perkuliahannya. Tak ada lagi kuliah online-online-an seperti dulu, terlebih setelah Presiden Jokowi mencabut status pandemi Covid-19 yang tadinya melarang ini dan itu demi kesehatan dan keselamatan masyarakat.

Jalanan di kota Malang pun ramai kembali, mahasiswa luar daerah yang menuntut ilmu di kota Malang berdatangan kembali dan perekonomian rakyat yang diputar oleh sektor pendidikan dan kepariwisataan ini pun kembali melaju.

Yang dilupakan selama ini adalah bagaimana interaksi sosial yang terjadi. Mahasiswa kota Malang boleh dibilang adalah mahasiswa Indonesia yang berasal dari berbagai pelosok nusantara. Yang dominan al mahasiswa asal Indonesia tengah seperti Bali, Lombok, NTT, dan Indonesia timur yi mahasiswa asal Papua. Sedangkan mahasiswa asal Indonesia barat seperti Jakarta, Bandung, Riau, Medan dst dan mahasiswa asal Kalimantan dst menempati urutan kedua setelah Indonesia tengah dan timur.

Menurut mahasiswa asal NTT yang tak mau disebutkan namanya, keributan di kawasan Merjosari belum lama ini adalah miskomunikasi. Sekalipun mahasiswa asal Indonesia tengah itu temperamental, tapi mereka pada umumnya familiar sejauh diajak berkomunikasi tepat sasaran, artinya "jangan berprasangka buruk terhadap saya, maka saya akan positif kepada anda". Kalau ada tudingan mereka minum-minum, saya pikir itu hanya sekadar kambing hitam, sebab siapa sih yang belum mencoba minum Bir di kota Malang ini. So, tak ada alasan karena terpengaruh alkohol mereka menjadi hingar-bingar, dan lalu dituding warga setempat sekenanya sebagai tak menghargai waktu maghrib.

Rumah warga yang kacanya pecah dalam insiden mahasiswa luar daerah vs warga Joyosuryo, Malang. Foto : bacamalang.com
Rumah warga yang kacanya pecah dalam insiden mahasiswa luar daerah vs warga Joyosuryo, Malang. Foto : bacamalang.com

Coba tes apa suara mahasiswa yang paling keras atau suara azan maghrib dyari tempat ibadah dimaksud. Ada kebiasaan suara dari corong pengeras suara tempat ibadah dimaksud tidak cukup hanya panggilan untuk beribadah saja, tapi lebih dari itu, ntah suara anak-anak yang bercanda stupid di corong itu, atau ini itu ene ono penyampaian kreseh-peseh tak penting yang terasa tak wajar. Ini yang perlu diluruskan, karena mahasiswa itu juga perlu eksis, perlu dihargai, perlu suasana sejuk pada jam tertentu dan bukan hingar-bingar corong pengeras suara dari tempat ibadah dimaksud yang terus-terusan tiada henti semakin tak jelas ntah pure ibadah atau bukan. Kebiasaan itu berimplikasi buruk terhadap interaksi sosial antara warga dan para mahasiswa yang mondok disitu.

Mahasiswa mayoritas di kota Malang datang dari keluarga yang rata-rata sederhana. Akomodasi yang sesuai kocek mereka tentu akomodasi yang sederhana juga. Dan ini hanya ada di kawasan Lowokwaru, khususnya Merjosari yang berdekatan dengan kampus mereka. Sementara di kawasan ini pula terjadi gesekan antara sebuah kebiasaan masyarakat yang belum banyak bergeser dengan kebiasaan mahasiswa selaku generasi zaman now yang pro dengan kebebasan berekspresi.

Ingat insiden di wilayah Kajoetangan, Jalan Basuki Rachmat, pada 2019 lalu. Insiden itu adalah kejadian awal terjadinya initimidasi dan rasisme di Surabaya yang kemudian meluas. Sebagian rakyat Papua tidak terima dan banyak kecaman dari banyak pihak di luar daerah Papua.

Meski Walikota Malang sudah meminta maaf atas insiden bentrokan yang melibatkan Aliansi Mahasiswa Papua dengan kelompok masyarakat di Jalan Basuki Rahmat, dimana tak ada statemennya yang menyuruh pulang mahasiswa asal Papua, tapi mahasiswa asal Papua menolaknya.

Warga kota Malang harus berkaca dari situ bahwa Malang adalah kota melting pot Indonesia yang tak boleh dijadikan kota rasis karena salah berkomunikasi dengan mahasiswa luar daerah. Dengan kata lain, jangan sampai terulang kembali penolakan mahasiswa asal NTT hanya karena miskomunikasi tak perlu seperti insiden Merjosari belum lama ini.

Perlu instrumen baru

Soal pemondokan mahasiswa luar daerah, sudah ada Perda yang mengaturnya yi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. Instrumen ini menindaklanjuti UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah.

Dispenda kota Malang pernah mencoba memaksimalkan pendataan pajak kos, sebab saat ini WP kos-kosan masih sekitar 400 WP atau Wajib Pajak, padahal pengusaha kos-kosan di kota Malang jumlahnya mencapai ribuan. Sayang usaha ini belum sepenuhnya berhasil, bukan karena instrumen hukum, tapi justeru pembiaran yang dilakulan oleh Pemkot sendiri terhadap ribuan pondokan yang mbalelo tak mau jadi Wajib Pajak.

Untuk diketahui, potensi penerimaan pajak daerah dari usaha rumah kos cukup besar. Pada tahun anggaran 2021, penerimaan pajak daerah dari rumah kos Rp 825.198.479,00.

Nilai ini lebih tinggi dibandingkan pendapatan dari pajak guest house dan wisma pariwisata. Pajak rumah kos termasuk dalam rumpun pajak hotel yang total pendapatannya Rp 26.022.885.823,89 pada 2021 lalu -- lih malang times dalam https://tinyurl.com/2z3pkgvy

Kalau selalu dialaskan pada kekurangan tenaga pelaksana lapangan, sudah saatnya sekarang ini Pemkot Malang menyiapkan satgas dan unit pelaksana lapangan secara serius untuk melakukan pendataan dan penagihan pajak rumah pondokan mahasiswa.

Apabila perlu Pemkot harus mengerahkan semua petugas yang ada untuk mengoptimalkan pendataan WP dari sektor rumah pondokan mahasiswa ini agar pendapatan dari sektor ini bisa maksimal, terlebih penagihan kepada WP yang "mbulet" atau muter-muter atau bandel juga harus diintensifkan.

Berpijak pada Perda rumah pondokan ini, Walikota harus berani mengeluarkan Instruksi Walikota tentang penertiban rumah pondokan mahasiswa, dan penertiban komakoma atau komunitas mahasiswa kota Malang. Dalam instruksi ini Walikota antara lain sudah harus mencantumkan poin-poin penting terkait kebhinnekaan komakoma dan kesadaran warga kota Malang pemilik pondokan mahasiswa untuk beradaptasi seperlunya dengan komakoma. Intinya harus ada keseimbangan baru dalam tubuh keduanya.

Rumah pondokan mahasiswa harus diupdate setiap tahunnya. Begitu juga dengan himpunan mahasiswa yang mengatasnamakan daerah asal, ntah itu Papua, NTT, Riau, Kalimantan dst.

Kedua komponen ini komakoma dan warga kota Malang yang involved soal perakomodasian mahasiswa diharapkan dapat memahami instruksi tsb.

Bagaimanapun kota Malang adalah Indonesia mini dalam format pendidikan. Semua stake holder harus bergandengan tangan untuk mempermanenkan citra Malang sebagai kota Pendidikan.

Joyogrand, Malang, Mon', May 29, 2023.

Rumah warga Joyosuryo, Merjosari, Malang, dirusak mahasiswa. Foto: detik.com/jatim
Rumah warga Joyosuryo, Merjosari, Malang, dirusak mahasiswa. Foto: detik.com/jatim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun