Bagaimana AI Mengubah Hidup Kita Dalam Dekade 2030
Artificial Intelligence atau AI atau Kecerdasan Buatan yang telah diujicoba berkali-kali dalam 1 dekade terakhir ini dan masih terus menjalani inovasi hingga sekarang telah memastikan sejumlah pakar merasa optimis bahwa ke depan ini manusia akan bertumpu pada AI selaku lokomotif kemajuan zaman.
Contoh terdekat bagi kita sekarang adalah ChatGPT, dimana gen milenial, gen sandwich dan gen rebahan sekarang telah memainkannya, meski masih belum optimal hasilnya, setidaknya untuk membuat sebuah cerpen, ChatGPT yang kita tanya atau perintahkan langsung sudah dapat melakukannya.
Bagaimana AI akan mengubah dunia pada dekade 2030, apakah teknologi ini dapat mengatasi krisis energi, dapat menjaga ortu kita yang sudah renta, membuat film, memberi pengajaran secara lebih mudah kepada anak-anak sekolah, meningkatkan perekonomian global, atau malah akan memusnahkan umat manusia.
Mencermati sejumlah media yang banyak mengutak-atik AI, seperti Kompas dari In donesia, Daily Mail dari Inggeris, Euronews dari Eropa kontinental, Scientific American, Time dan collider.com dari AS dst. Kita tak langsung optimis begitu saja dengan masa depan AI.
AI bisa bermanfaat untuk beberapa hal, tapi ia akan memukul manusia si penciptanya untuk sejumlah hal lainnya yang luput dari perhitungan kita selama ini. Sejumlah orang yang pesimis merasa khawatir AI dapat menyebabkan banyak orang akan kehilangan pekerjaan dan membuat manusia tiba-tiba jadi tak berguna.
Terlepas dari paradoks itu, kita tetap harus mengidentifikasi beberapa kemungkinan yang bakal kita alami sekurangnya pada dekade 2030 yad. Bagaimanapun, AI adalah bagian tak terpisahkan dari kemajuan iptek yang tak berbatas.
Pertama, AI akan produktif sekali dalam pembuatan film
Teknologi AI diprediksi bisa menjadi sangat bagus sehingga akan dapat membuat film standar Hollywood hanya dalam satu hari, demikian Howey penulis serial fiksi ilmiah dalam Apple TV yang berbasis di New York.
Hanya masalah waktu saja sebelum AI mampu membuat film sesuai ekspektasi para sineas. Para penulis script telah memiliki akses ke generator seni versi alfa, dan para sineas telah melihat seberapa cepat mereka beralih dari perkiraan yang sangat kasar ke realisme foto yang bagus sehingga kita nyaris tidak dapat membedakan seni AI dari fotografi.