Penggantian Kilat Menkominfo Vs Jurus Dewa Mabuk Menuju Pilpres 2024
Johnny Gerard Plate disingkat JGP (67 tahun) adalah anak Flores kelahiran Ruteng 10 September 1956. Ia belajar ekonomi dan manajemen bisnis di Universitas Katolik Atma Jaya.
Di dunia politik Plate adalah Sekjen Nasdem. Di kabinet Jokowi dia adalah Menkominfo. Plate adalah unsur Nasdem dalam pemerintahan Jokowi yang meliputi koalisi beberapa partai setelah the ruling party yi PDIP.
Sayang jabatan itu keburu diaborsi sebelum membuahkan prestasi yang patut dibanggakan ketika ia digiring Kejagung dengan rompi pink. Ia menjadi menteri kelima pemerintahan Jokowi yang terpaksa digelandang ke rumah tahanan, dan selanjutnya akan diadili selaku koruptor besar.
Namanya langsung melambung begitu ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung RI belum lama ini. JGP menjadi tersangka kasus dugaan korupsi penyediaan menara base transceiver station (BTS) 4G dan infrastruktur pendukung 1, 2, 3, 4, dan 5 Bakti Kementerian Kominfo tahun 2020-2022 dengan merugikan keuangan negara hingga Rp 8 triliun.
Gegara bandar tak kunjung ada
Beberapa hari sebelum pemborgolan JGP, publik dibuat penasaran tentang bagaimana kiat penilepan duit 8 trilyun itu. Setiap ditanya, pihak Kejaksaan selalu memberikan keterangan dengan redaksi normatif, "negara dirugikan 8 trilyun lebih," "sudah ditemukan cukup bukti untuk mentersangka-kan ybs," dst.
Ini semakin menjengkelkan ketika Jaksa Agung Burhanuddin memastikan belum ada bukti hukum yang menunjukkan keterlibatan JGP. Tapi JGP koq bisa diborgol dalam balutan rompi pink?
Komunitas pendukung Anies tentu marah dan menyemburkan aneka tudingan. Mereka langsung merespon itu adalah upaya rezim Jokowi untuk menggagalkan pencapresan Anies, sebab selama ini JGP dianggap pahlawan yang menumbalkan dirinya karena Nasdem menolak mundur dari kabinet koalisi begitu Anies si antitesa Jokowi dicapreskan Nasdem untuk Pilpres 2024.
Tapi ironisnya sudah 9 bulan jelang Pilpres, Anies masih tetap teronggok di posisi ranking 3 dengan elektabilitas mentok di angka 24%. Swing voter juga tinggal 7-8%. Gap dengan ranking 2 (elektabilitas 32-33%) juga masih jauh. Cukup mengherankan mengapa calon yang bakal kalah di putaran pertama Pilpres 2024 itu harus dijadikan alasan penguat bahwa pemborgolan JGP adalah sebuah pendzholiman.