Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ngaca: Starbucks dan Pendapatan Kitorang

15 Mei 2023   16:58 Diperbarui: 15 Mei 2023   17:15 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi daftar harga Starbucks di Jakarta. Foto: foodierate.com

Ngaca: Starbucks dan Pendapatan Kitorang

Starbucks adalah pengecer kopi spesial terkemuka di dunia, memproduksi dan menjual berbagai macam minuman, serta kue kering dan jajanan manis, melalui sekitar 8.400 kedai kopi di 30 negara di seluruh dunia. 

Starbucks juga menjual biji kopi ke maskapai penerbangan, restoran, bisnis, dan hotel; memproduksi peralatan dan asesoris yang berhubungan dengan kopi, dan memproduksi teh premium dan compact disc bermuatan perkopian melalui toko ritel yang sebagian besar dioperasikan oleh perusahaan.

Dalam empat tahun sejak go public, rantai kedai kopi ini telah menjadi sangat sukses dengan mengubah citranya di dunia menjadi produk premium, dikemas dengan nama merek yang diakui secara luas dan dibudidayakan dan/atau dikembangkan dengan hati-hati. 

meluas jauh melampaui apa yang ada di cangkirnya. Starbucks adalah merek yang ditentukan oleh sikap dan juga oleh produk. "Pengalaman" Starbucks lebih dari sekadar infus espresso setiap hari; ini tentang bagaimana pembenaran dan perlindungannya secara politis dan membangunkembangkan gaya hidup sehari-hari.

Dari awal yang tidak mencolok sebagai toko pakaian di pasar 38 tahun yang lalu, Starbucks telah berkembang menjadi salah satu merek yang paling banyak dibicarakan di  portibi atau dunia ini. Apa yang benar-benar memicu sekering di bawah Starbucks bukan hanya komitmennya pada biji kopi yang lebih baik tetapi juga langkahnya ke penjualan eceran kopi per cangkir. Toko-toko itu didekorasi dengan tong-tong berisi biji kopi, foto-foto pohon kopi, dan rak-rak berisi perlengkapan kopi yang mengkilap. Karyawan dilatih untuk mendidik pelanggan tentang apa yang mereka minum dan mengapa rasanya enak. Bagi banyak orang, pengalaman itu begitu memikat sehingga Starbucks menjadi tempat berkumpul yang alami, dan itu membuat merek itu akrab bagi generasi milenial, bahkan generasi sandwich dan generasi rebahan sekarang.

Hanya dalam konteks Indonesia dan negara-negara sejajar Indonesia lainnya, harga starbucks relatif mahal untuk pendapatan rata-rata Indonesia.

Gaji rata-rata orang Amerika per bulan adalah Rp 45 juta, maka adalah pantas harga Starbucks di AS Rp 50 ribuan/US $ 3.26 per cangkir. Tapi dengan persamaan : (50.000/45.000.000) x 100% = 0.1%, Starbucks hanya murah bagi orang Amerika. Bagaimana tidak, itu hanyalah 0.1 persen atau seupil saja dari total pendapatan dalam satu bulan.

Coba pendapatan "kitorang" (kita orang) di Indonesia. Proporsi 0.1 persen dari total pendapatan per bulan kita sebut murah, dan di atas 0.1 persen berarti mahal.

Kita ambil percontohan di 3 kota besar di negeri ini :

Pertama, Surabaya yang upah minimum kota/UMKnya adalah Rp 4.5 juta. Dengan harga secangkir Starbucks di Surabaya rata-rata Rp 50 ribu. Maka, dengan rumus (50.000/4.500.000) x 100% = 1.1%.

Untuk cangkruk minum segelas kopi di Starbucks, para pekerja yang mengandalkan UMK Surabaya harus merelakan lebih dari satu persen total gajinya dalam sebulan. Ini jelas muaahal.

Jika standar murah adalah 0.1 persen dari total pendapatan per bulan, idealnya secangkir kopi Starbucks di Surabaya adalah (0.1/100) x Rp4.500.000 = Rp 4.500. Dengan kata lain, harga secangkir Starbucks di Amerika akan sama murahnya dengan rata-rata pendapatan orang Surabaya jika dibandrol Rp 4500 saja. So, bagi orang Surabaya yang gajinya ngepas UMK, minum secangkir kopi Starbucks atau kopi kekinian lainnya yang harganya jauh di atas Rp 5 ribu tentu "nyeureut" alias mahal dan dipastikan pemborosan yang tak bisa dimaafkan.

Sementara Starbucks, bagi orang Amerika kurang-lebih sama nilainya dengan kopi sasetan warung pinggir jalan bagi orang Surabaya. Sedangkan di negeri ini,  sekalipun si Budi memiliki Starbucks card Line, dan debit BCA yang memberikan diskon hingga 20-50 persen dari harga normal dan Starbucks terlihat telanjang menjadi separuh harga, yi Rp 25 ribu. Bagaimanapun dalilnya, itu tetaplah mahal jika gaji bulanan si Budi dkk adalah UMK Surabaya.

Bagaimana dengan Jakarta yang adalah simbol kemajuan dan kemapanan. Meski UMP Jakarta termasuk tinggi di Indonesia, yi sebesar Rp 4.9 juta per bulan. Tapi begitu dihitung apakah cukup layak digunakan cangkruk ngopi di Starbucks yang harga per cup-nya Rp 50 ribu. Kita test : (50.000/4.900.000) x 100% = 1 % atau setara satu persen UMP Jakarta.

Tetap konsisten dengan standar murah kopi Starbucks, yi 0.1 persen dari total pendapatan per bulan, idealnya harga Starbucks di Jakarta adalah (0.1/100) x 4.900.000 = Rp 4.900. So mereka yang bergaji UMP Jakarta, tempat ngopi yang sesuai kantong adalah "Starling" (Starbucks Keliling) atau kopi gerobak-an yang secangkirnya tak sampai Rp 6000.

Akhirnya Yogyakarta. UMP Yogya tahun 2023 adalah Rp 1,981 juta, dan untuk mudahnya dibulatkan saja menjadi Rp 2 juta per bulan biar mudah menghitungnya. Dengan harga Starbucks yang sama yaitu Rp 50 ribu. Maka begitu masuk persamaan (50.000/2.000.000) x 100% = 2.5%. Harga satu gelas kopi setara dengan 2.5 persen total pendapatan orang Jogja per bulan, alias mahal banget.

Gaji Rp 2 juta per bulan ala Yogya artinya dalam sehari ybs hanya mendapatkan upah Rp 66 ribu. Dengan Starbucks yang dipatok Rp 50 ribu per cangkir, boleh dikata segelas kopi Starbucks setara dengan gaji pekerja Yogya dalam satu hari. Dengan standar murah 0.1 persen dari total pendapatan per bulan, harga ideal minuman Starbucks di Yogya seharusnya (0.1/100) x 2.000.000 = Rp 2000 saja. Dengan nalar yang sama, harga makanan Rp 20 ribu sekali makan di Yogya sebenarnya sudah masuk kategori mahal sekali. Sebab, Rp 20 ribu itu setara dengan 1 persen pendapatan satu bulan ala Yogya. Makan kan harus 3 kali sehari, yi pagi, siang dan sore. Nah Rp 60 ribu per hari. Apa nggak langsung gosong tuh gaji satu bulan hanya untuk makan sorangan wae.

Ilustrasi mencengangkan itu diolah kembali dari pendapat Tiara Uci dalam https://tinyurl.com/2ofsk6wl. Itu didapatkannya melalui sebuah diskusi melingkar-lingkar di twitter yang melahirkan ratusan cuitan balas berbalas.

Starbucks memang bukan satu-satunya gerai kopi di negeri ini, tapi harus diakui Starbuckslah yang menginspirasi banyak lahir gerai-gerai serupa yang untuk mudahnya kita sebut sebagai gerai kopi kekinian.

Sayang gerai-gerai kopi kekinian itu seperti Fore, Kopi Kenangan, Janji Jiwa, Excelso, Tanamera dll malah ikut-ikutan mahal seperti Starbucks. Kita tidak harus mengatakan bahwa gerai itu belum pantas, tapi yang kita soal disini adalah masalah mendasar kita, yi pendapatan rata-rata orang yang punya pendapatan resmi disini.

Jelas bahwa dengan ketentuan UMP seperti disinggung di muka, maka barisan antri mayoritas haruslah dibedakan dengan barisan antri minoritas, sebab yang berpendapatan di atas UMP itu dipastikan adalah manajer-manajer khusus di perusahaan swasta yang itu pun harus dilihat apakah perusahaan itu perusahaan menengah ke atas atau bukan. Kalau bukan, maka mereka tentu harus ngantri dalam barisan UMP Jakarta, Surabaya, Medan, Makasar. Kalau pun ada dari barisan ini yang memaksa diri harus ke Starbucks, ke Fore, Ke Excelso dst, itu tentu sekedar latah atau ada si tukang traktir baginya.

Dari hitung-hitungan sederhana tsb kita tahu jika upah pekerja di Indonesia sangat murah dan jauh dari kata sejahtera. Kalau kita melihat secara keseluruhan dari 38 Propinsi, upah yang menyentuh angka Rp 4.5 juta ke atas tidak sampai setengah. Sedangkan yang berupah Rp 10 juta per bulan atau katakanlah mendekati Rp 45 juta seperti di Amerika. Kita belum bisa mengatakan bahwa harga secangkir Starbucks di negeri ini murah bagi mereka. Tetap saja tekor. Kalau sampai ada yang mengatakan ramainya gerai starbucks dan kopi kekinian ala Indonesia yang dikunjungi orang. Itu bukanlah karena pendapatan rata-rata di negeri ini sudah meningkat, atau negara ini sudah makmur sejahtera. Tidak.

Kita harus berani ngaca, yang punya perusahaan di Amerika, mengapa harus membebani gaya hidup kitorang. Okelah pendapatan rata-rata orang Amerika jauh lebih tinggi dari kita. Mengapa bisa begitu. Ini tentu berpulang kepada pemerintah dan para pelaku usaha dan pemikir ekonomi kita. Ada apa dengan nilai tukar kita. Apakah karena nilai tukarnya bertumpu pada mata uang $ US, seperti hari ini misalnya Rp 14.826 per US $. Lalu bagaimana kita menyikapinya, apakah kita terlalu bodoh dengan kurs seperti itu atau bagaimana.

Teori ekonomi akan selalu berkembang dan berkembang tak pernah berujung. Dan pastinya kita akan selalu dibohongi disitu, karena AS dkk-lah yang terbenar dan harus diikuti.

Coba segarkan sebentar saja ingatan kita tentang Ekonom Ragnar Nurkse tempo doeloe yang percaya bahwa negara-negara yang belum sejahtera seperti kitorang sekarang ini sesungguhnya belum terlepas dari lingkaran setan kemiskinan, yang tentu merugikan pembangunan ekonomi.

Lingkaran setan dimaksud bekerja pada sisi permintaan dan penawaran. Di sisi penawaran, kapasitas menabung kecil karena tingkat pendapatan rendah, tingkat pendapatan rendah mengakibatkan produktivitas rendah yang lagi-lagi karena kekurangan modal yang merupakan efek dari rendahnya kapasitas menabung. Sebaliknya, di sisi permintaan, dorongan untuk berinvestasi rendah karena rendahnya permintaan dalam perekonomian, yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan. Begitulah lingkaran setan bekerja di sisi penawaran dan permintaan. Tak heran lingkaran setan kemiskinan membatasi ukuran pasar di negara-negara belum makmur sejahtera seperti Indonesia.

Lingkaran setan kemiskinan itu hanya dapat diputus melalui pertumbuhan yang seimbang, atau dengan memperbesar ukuran pasar yang tidak dapat dilakukan oleh investor individu. Ini hanya dimungkinkan dengan bantuan sekelompok investor dan hanya dapat diperluas dengan pembangunan infrastruktur, keahlian menjual dan advertising modern yang berskala luas. Sebagian dari itu sudah dikerjakan oleh pemerintahan Jokowi sekalipun masih juga dibully kaum neolib.

Konstelasi kekuatan negara-negara hegemonis yang melingkari kita, cenderung bertindak dan bereaksi satu sama lain sedemikian rupa untuk tetap menjitak Indonesia selaku negara periferi dalam keadaan miskin. Lingkaran setan kemiskinan ini berdampak buruk pada akumulasi modal nasional. Jika lingkaran setan kemiskinan ini diputus maka pembangunan akan berjalan lancar.

Perluasan pasar, hanya dapat diwujudkan melalui proses pertumbuhan yang seimbang, di mana orang-orang di berbagai negara, bekerja dengan alat baru dan lebih baik, menjadi konsumen satu sama lain.

Dalam konteks pergeseran geopolitik dan geoekonomi sekarang, mengapa kita tidak mengantisipasi perkembangannya dengan fokus kepada nilai tukar, mengapa tidak kalau Asean membuat mata uang sendiri dan bagaimanapun harus berusaha keras untuk bercerai dari US $. Toh, China, Rusia, Brazil, Afsel dan beberapa negara lainnya sudah mencobanya, seperti China sekarang yang sudah bisa mengandalkan Yuan-nya. Sudah saatnya negeri ini tidak lagi membebek kepada AS dan barat sebagaimana membebeknya Singapore, Korea selatan dan Jepang.

Ke depan dunia harus dipandang sebagai dunia yang multipolar yang tidak lagi berkiblat pada sebuah negara dan blok hegemonis seperti AS dkk. Nilai tukar sebuah negara tidak bisa didikte dengan gelembung ekonomi sebagaimana sering didesain di AS. Nilai tukar sebuah negara ditentukan oleh kekayaannya yang setiap tahun diproyeksikan dalam APBN seperti APBN kita 2023 yang bernilai Rp 2.463 trilyun yang bersumber dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 2.021,2 triliun dan penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp 441,4 triliun -- lih kemenkeu ri dalam https://tinyurl.com/2lry2x6p

Kita harus mau belajar kembali dari nenekmoyang kita bagaimana sebatang pohon jati berdiameter lingkaran drum pertamina sekarang dengan tinggi 30 meter bernilai tukar 10 ekor kerbau. Artinya pohon jati yang bernilai tukar 10 ekor kerbau itu tentu didasarkan sepenuhnya kepada pengorbanan untuk menghasilkannya dan kualitas kedua komoditas itu dalam keseharian hidup anak manusia pada zamannya.

Dalam anggaran berimbang, nilai yang dituangkan dalam APBN itu adalah pengeluaran yang akan kita gunakan dalam tahun 2023 ini dan pendapatan darinya yang tentu harus surplus, tapi bukan surplus karena gelembung ekonomi, tapi karena kita kaya. Titik. Tapi kalau tidak dibarengi dengan kemandirian lepas dari gelembung-gelembung ekonomi yang diciptakan negara dan blok hegemonis, maka tipis kemungkinan kita akan keluar dari lingkaran setan tidak sejahtera ini sebagaimana dicontohkan dalam Starbucks dan Kopi kekinian kita.

Coba ditest soal kopi dan gaya hidup kekinian, bagaimana kalau rental gedung dulu yang disoal. Cobalah kopi kekinian disediakan rental gedung kece kekinian tapi sangat bersaing dengan rental gedung kaum neolib. Pemerintah melalui BUMNnyalah yang bertindak sebagai pemilik property yang direntalkan untuk gerai kopi kekinian. Boleh jadi harga kopi kekinian kita per cangkir tidak akan semahal Starbucks. Mematok harga Rp 10 ribu per cangkir pun mereka pasti siap dan pengunjungnya pun akan semakin membanyak dan membanyak. Indonesia kan sangat kaya dengan kopi ntah itu Arabika atau Robusta. Biarlah kaum neolib menyewakan gedungnya kepada Starbucks dkk seperti harga di AS, kan impas. Bagaimanapun, kaum neolib yang kita undang kesini pastilah bersikukuh menjual produknya seharga di kampungnya, sekalipun penjaja dan pemegang franchise-nya adalah orang awak. Namanya saja kapitalisme jadul AS dan barat.

Itulah dulu pembelajaran pertama kita pasca KTT Asean ke-42 yang baru saja berakhir di Labuan Bajo, Flores, NTT, Indonesia.

Semoga Kopi kekinian kita dapat berkibar dengan harga orang awak sesuai nilai tukar rupiah dalam konteks Asean, atau regional Asia tapi mendunia, dan sejauh kita mau mandiri dalam keAseanan kita dan harga Starbucks biarkan saja seperti harga di kampungnya kelahirannya AS nun jauh di seberang lautan sana.

Ciaoo ..

Joyogrand, Malang, Mon', May 15, 2023.

Ilustrasi daftar harga Starbucks di Jakarta. Foto: foodierate.com
Ilustrasi daftar harga Starbucks di Jakarta. Foto: foodierate.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun