Tikus got kurang ajar ini adalah "tikus Norway", atau "tikus coklat". Tikus coklat rata-rata memiliki panjang 16 inci dan berat 1 pon (kl Kg), meskipun beberapa tumbuh hingga 20 inci (20 Cm lebih sedikit) dan berat 2 pon (nyaris 1 Kg). Menurut para akhli, mereka butuh 1 ons, atau 28 gram, makanan dan air setiap hari untuk hidup.
Tikus Got mampu menerabas lubang berukuran seperempat dari badannya, melompat 4 kaki ke samping, jatuh dari ketinggian lantai 5 sebuah gedung tanpa cedera, berada di air selama tiga hari (tikus dewasa), dan mampu mengerat pipa dan balok kayu yang dalam tahapan waktu berikutnya akan berantakan bahkan hancur lebur.
Tikus mengerat untuk mengasah gigi taringnya yang terus tumbuh, rata-rata 12.5 cm per tahun. Tikus mampu menggigit dengan kecepatan 6 gigitan per detik dengan beban yang ditimbulkan hingga 500 kg per cm2 sehingga cukup untuk menembus lempengan logam. Gigi tikus mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi, yakni 5 skala Moh's (tembaga : 3.0, besi : 4.0). Sedangkan benda terkeras adalah intan, dengan 10 skala Moh's -- lih ristra dalam https://tinyurl.com/2eqdzqju
Tikus coklat di kota-kota besar, dan kota-kota padat penduduk pada umumnya suka menggali, bersarang, dan bersembunyi di tanah lunak di permukaan tanah atau di bawahnya, dan hidup dalam koloni, atau keluarga yang terdiri dari 30 hingga 50 tikus dengan 9 hingga satu liang. Tikus-tikus ini akan hidup antara 100 dan 400 kaki dari sumber makanan mereka, dan seumur hidupnya jarang bepergian lebih dari 600 kaki dari tempat mereka dilahirkan -- lih rattrapinc.com dalam https://tinyurl.com/2kpwvfnx
Populasi tikus coklat di Jakarta dan Jabodetabek secara keseluruhan sejauh ini belum ada angka pasti yang direlease secara resmi. Tapi banyak pengamat tikus coklat yang menaksir untuk Jakarta misalnya setidaknya tikus got ada kl 35% dari populasi warga Jakarta sekarang, yi 11,2 juta. Ini berarti ada kl 3,92 juta tikus coklat gentayangan mencari mangsa di Jakarta ini. Untuk mudahnya, mereka hidup sekitar 1 tahun, mulai kawin pada usia dua atau tiga bulan, dan melahirkan sekitar selusin anak setiap dua bulan. Ditaksir tikus coklat ini sekarang tumbuh lebih cepat lagi, karena program untuk menghabisinya belum pernah dianggarkan secara resmi dalam APBD DKI, apalagilah di kota-kota lainnya dan ini diperparah dengan semakin membludaknya sampah-sampah pembuangan makanan yang sebagian di antaranya banyak kandungan coklatnya yang memang favorit si coklat.
Tikus coklat membawa patogen yang menyebabkan penyakit serius pada manusia, terutama anak-anak, termasuk bakteri yang menyebabkan keracunan makanan, seperti Salmonella dan E. coli, serta patogen yang menyebabkan demam dan virus yang serius dan terkadang fatal. Selain itu, membawa kutu, dan tungau yang juga menyebabkan penyakit serius, dan peningkatan paparan pada rambut, sementara kotoran, dan urin hewan pengerat ini sangat berisiko terhadap alergi dan asma. Hama penyakit yang dibawanya menyebar ketika manusia dan hewan peliharaannya bersentuhan dengan air liur, urin, atau feses tikus.
Tikus adalah hewan pengerat cerdik yang mampu beradaptasi dalam situasi apapun. Nenek moyangnya yang bermuasal dari China ribuan tahun lalu, dengan berbagai cara telah menyebar ke seantero dunia.
Katakanlah tikus coklat dibasmi secara sains ntah dengan obat-obatan atau cara lainnya, bahkan dibakar habis sekalipun sarangnya, tapi katakanlah lolos 1-2 ekor saja, tak lama kemudian tikus-tikus ini sudah berkembang pesat populasinya dan menginvasi lagi kantong-kantong padat dan penuh sampah di perkotaan, minimal tikus-tikus kecil si penggerayang rumah sebagaimana telah disinggung sebelumnya.
Invasi tikus coklat di Jakarta dan sekitarnya adalah masalah serius, karena ia terikat dengan daerah-daerah penyangganya seperti Bekasi, Tangerang dan Depok. Boleh dikata tikus got ini telah menyebar rata di kawasan luas Jabodetabek.
Karena setiap hari pemandangan tikus got ada di depan mata saya, ntah itu yang seliwar-seliwer di perkampungan padat penduduk atau padat perkulineran, seliwar-seliwer di got-got mampet, bangkai tikus got yang dilemparkan begitu saja di jalanan oleh warga yang kebetulan berhasil menjerat tikus di rumahnya, seliwar-seliwer di bawah meja sebuah rumah makan ketika kita tengah asyik bersantap siang dst. Dari hasil pengamatan acak hari ke hari seperti itu, sampai sudah bahwa Jakarta sekarang ini bukan hanya Kota Koruptor, tapi juga "Ratropolis" atau "Kota Tikus" terburuk di dunia setelah New York, London dan Chicago. Predikat kota megapolitan karena berpenduduk jauh di atas 5 juta sepertinya tak cukup hanya itu, tapi Jakarta juga pantas disebut sebagai salah satu "pestropolis" atau kota pembawa hama penyakit dari tikus got.