Pasca Perang Batak 30 tahun (1878-1907) menyusul berakhirnya era Nommensen, yang sangat disesalkan ialah tak pernah ada irigasi teknis yang dibikin pemerintah. Kemurahan alamlah sebagaimana digambarkan di atas yang memberi irigasi selama ini.
Dari luasan lahan kuranglebih 2000 Ha, 5-10% di antaranya bermata-air. Dari mata-air inilah persawahan Rimba teririgasi secara alami. Dan begitu tiba musim hujan, sisa tadah hujan 85-95% baru terairi.
Kalau ada goodwill pemerintah setempat, cukup dengan irigasi medium saja, sumber air dari Bukit Hutajulu sangat-sangat bisa diubah menjadi sumber utama irigasi permanen disini. Dan lahan tak bermata-air di bagian tadah hujan pasti tak lagi bergantung musim hujan.
Pada masa pra-kolonial Belanda (era Sisingamangaraja I-XII) daerah ini pernah menjadi salah satu lumbung pangan di tano Batak.
Di masa NKRI terhitung awal kemerdekaan 1945 sampai dengan pergantian masa ke masa hingga 77 tahun NKRI sekarang, Pangaribuan tidak lagi menjadi lumbung pangan tano Batak, khususnya Taput.
Bagaimana dengan era pemerintahan Kabupaten Tapanuli utara sekarang? Sami mawon, Taput tetap tak beringsut dari posisinya yang tak pernah menggubris soal irigasi dimaksud.
Mimpi dan goodwill
Sulit untuk bermimpi bagaimana daerah ini kembali menjadi lumbung pangan seperti tempo doeloe, juga bagaimana agar Kopi Sigararutang yang sesungguhnya adalah Kopi Arabika Batak itu menjadi salah magnit pendukung kapariwisataan Danau Toba, apalagi bermimpi tentang kekayaan Mika dan Feldspar di Pangaribuan, bermimpi tentang kekayaan Emas di Batangtoru atau mengembangkan tanaman Haminjon atau Kemenyan atau Styrax Sumatrana menjadi bahan baku Parfum atau bermimpi menggali Pasir Kuarsa untuk industri glass atau kaca atau mengembangkan Geothermal di Pahae dst.
Selama goodwill dimaksud tidak ada, maka lahan-lahan yang sudah lama tidur karena ketiadaan irigasi ini akan tidur terus meski bukan untuk selamanya.
Tak ada salahnya kita mengintrodusir salah satu teknologi tepat guna yi irigasi sumur pantek untuk irigasi lahan kering dan lahan-lahan tidur seperti di tanah Batak.