Menyinggung Thoreau, seorang pejalan kaki di masa lampau, Gros mempertanyakan apa keuntungan Thoreau yang berjalan jauh di hutan? Tidak ada. Tidak ada barang produksi yang dapat dijual disitu, tidak ada pelayanan sosial yang perlu diberi imbalan disitu. So, bukan keuntungan yang didapat, tapi manfaat. Di dalam perjalanan panjang di hutan, ia tak diserang oleh kerepotan hectic dan memekakkan telinga atau merasa tersingkir oleh celoteh dari obrolan tak berkeputusan. Dia memanfaatkan dirinya sendiri sepanjang hari. Waktu yang panjang di mana ia mendengarkan alam sekeliling atau merenung. Alam benar-benar mencurahkan semua warnanya padanya. Ia terus berjalan memperbesar penerimaan semacam itu.
Berjalan menjauhkan kita dari layar. Berjalan mengajak kita melihat ke dalam. Terjadi gerakan berulang yang membebaskan kita mengakses kebenaran moral dan filosofis yang mendalam.
Nietzsche, yang berjalan hingga empat jam sehari, menulis, duduklah sesedikit mungkin; jangan percaya ide apa pun yang tidak lahir di udara terbuka dan bergerak bebas. Duduk diam seribu bahasa adalah dosa nyata terhadap Ilahi.
Penyair avant-garde Arthur Rimbaud pernah berkata : Saya seorang pejalan kaki, tidak lebih. Dia berjalan melewati London, Paris, Belgia, melintasi Pegunungan Alpen, dan melintasi gurun Afrika. Semuanya itu hanya dengan berjalan kaki.
Dalam satu perjalanan yang brutal, dia tinggal di Yaman, lutut kanannya cedera hingga menimbulkan rasa sakit yang luarbiasa. Kembali ke Perancis, kakinya diamputasi. Dalam perjalanan kembali ke Afrika, dia berkata cepatlah, mereka menunggu kita. Itu adalah kata-kata terakhirnya sebelum dia meninggal di Marseille pada usia 37 tahun karena kanker tulang.
Rousseau, seorang pejalan kaki lainnya, menulis sebuah buku di akhir tahun 1700-an berjudul "Reveries of the Solitary Walker," dimana ia menukilkan refleksinya ketika berjalan soliter.
Ketika kita sudah tua, kata Gros, dan mungkin lelah berpikir, berjalan memberikan kelegaan dan penghiburan. Kendati Rousseau telah menjadi orangtua, dia tidak menyukai apa pun selain berjalan, menghabiskan hari-harinya.
Ketika di portibi atau dunia ini benar-benar tidak ada lagi yang tersisa untuk dilakukan atau dipercaya, kecuali untuk diingat, berjalan dapat membantu kita mendapatkan kembali kesederhanaan mutlak dari sebuah kehadiran, melampaui semua harapan, bahkan sebelum harapan itu ada.
Gros juga menulis tentang perjalanan jarak jauh, yi perjalanan ke Compostella, Spanyol, pawai Gandhi, peziarah Rusia abad ke-19 yang memperkenalkan "doa Kristen" kepada dunia Barat.
Tetapi untuk semua profilnya yang luarbiasa dibandingkan orang-orang yang berjalan di depannya, beberapa bagian yang sangat menyentuh adalah penggambaran tentang penemuannya sendiri.
Berjalan adalah untuk mengalami realitas dari desakan yang datang diam-diam dari relung terdalam kita. Berjalan adalah pengalaman sederhana tapi wah. Kita melihat pohon yang tumbuh di antara bebatuan, burung yang waspada, anak sungai menemukan jalurnya. Semuanya mengalir tak mengharapkan apa pun. Anda menghadap ke gunung, berjalan di antara pepohonan besar, dan anda berpikir mereka ada di sana. Tapi mereka yang selalu ada itu tak mengharapkan anda. Mereka sudah ada jauh sebelum saya dan mereka akan tetap ada jauh setelah saya.