Sambil ngopi dan sekadar menyantap kudapan yang ada, kami pun berbincang santai. Sobatku Abah, mengatakan cukup puas dengan jelajah alam Bromo itu. "Yang penting yang diniatin sejak dari Jakarta sudah kesampaian bro, katanya. Umi malah sudah pernah kesitu. "Saya dkk melakukan perjalanan malam ketika itu, agar ada persiapan pada pagi harinya untuk menjepret sunrise. Mentari sudah nongol di puncak Bromo sekitar Pk 04.00. Ia bangkit perlahan di ufuk timur. Itulah kesempatan emas bagi kita untuk menjepretnya sampai Pk 06.00," kata Umi.
Usai istirahat ngopi, kami pun bergegas pulang. Bromo dan sekitarnya semakin gelap. Kabut juga semakin menebal dan menebal, tapi yang disyukurin deraan dari angkasa hanya gerimis thoq. Coba kalau hujan lebat. Adhi spontan nyeletuk "nggak masalah Pak. Mobil kita sangat siap untuk itu." "Hebat Adhi," pujiku.
Benar Adhi. Kabut di sekitar kami tak menjadi halangan, termasuk jalan yang seakan licin pun, tak jadi masalah. Adhi menyalakan fog lamp menembus kabut Bromo yang menurutku sih indah tanpa harus menyeram-nyeramkannya. Serius.
Sesampai di rest area Gubug Klakah Poncokusumo, Yudha yang sudah menunggu kami langsung oper tanggungjawab untuk menyelesaikan paket tour itu balik ke Malang untuk mengantarku ke Joyogrand, dan mengantar sobatku Abah dan Umi ke Hotel Jambuluwuk, Batu, dan besok dia sudah harus memfinishing pekerjaan appraisalnya. Lalu keesokan harinya Rabu 1 Maret balik ke Jakarta.
Tengkiu My Abah dan Umi, juga Anwar, dan akhirnya bye warga Tengger Bromo. Semoga semakin sukses kepariwisataan Bromonya dan khususnya perkentangan, perkopian dan perterongbelandaannya semakin maju dan maju ke depan ini.
Ciaoo ..
Joyogrand, Malang, Thu', March 02, 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H