Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Etos 98 Kelanjutan Etos 66 dan 77/78 atau Hanya Jargon

20 Februari 2023   13:52 Diperbarui: 20 Februari 2023   13:56 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi, Megawati, Wiranto dan Ganjar dalam peresmian Graha Pena 98 di HOS Tjokroaminoto, Jakarta pusat. Foto : nasional.tempo.co

Reformasi yang dipelopori aktivis 98 mendapatkan momentumnya saat krisis moneter Asia melabrak Indonesia sejak medio 1997. Namun gerakan yang mendukung demokrasi adalah setelah peristiwa 27 Juli 1996 (peristiwa Kudatuli) yang meluluhlantakkan markas PDI Megawati (bukan PDI Suryadi dukungan regime) di Salemba dan cukup banyak memakan korban jiwa yang dalam hal ini telah mencorengmoreng citra demokrasi Indonesia di mata dunia.

Pada 1998, Soeharto kembali dipilih MPR untuk jabatan yang ketujuh kalinya. Pada moment inilah para mahasiswa turun ke jalan menuntut adanya reformasi dalam sistem pemerintahan Indonesia al mengadili Soeharto dan kroni-kroninya, mengamandemen UUD 1945, menghapus dwi fungsi ABRI, melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya, menegakkan supremasi hukum dan menciptakan pemerintahan yang bebas dari KKN.

Itulah jasa terbesar Angkatan 98 yang telah memberikan kontribusi penting dalam memperjuangkan kebebasan dan demokrasi di Indonesia. Mereka dengan segala pengorbanannya di masa lalu, khususnya pengorbanan jiwa, telah menginspirasi banyak orang untuk berjuang melawan korupsi, otoritarianisme, dan ketidakadilan.

Ucapan selamat terhadap peresmian Graha Pena 98 di HOS Tjokroaminoto, Jakpus,  mengular sepanjang kl 3 Km. Foto : images.kontan.co.id
Ucapan selamat terhadap peresmian Graha Pena 98 di HOS Tjokroaminoto, Jakpus,  mengular sepanjang kl 3 Km. Foto : images.kontan.co.id

Gerakan jauh sebelumnya, memang telah melahirkan banyak aktivis serupa seperti Angkatan 66, Angkatan 74 dan angkatan 77/78.

Sayang, nilai-nilai perjuangan angkatan sebelumnya ini tidak bisa permanen dipedomani dalam mengisi alam kemerdekaan, lihat sosok Aktivis 66 yang bercokol di kabinet Orba yang tidak lagi konsisten dengan perjuangan menumbangkan Orla, seperti Cosmas Batubara, Marie Muhammad, Akbar Tanjung dll. Intinya mereka ABS asal-lah tetap di dalam sistem kekuasaan. Aktivis 1974, seperti Hariman Siregar yang tadinya hendak diakomodir BJ Habibie, malah bubar jalan. Hariman tetap dengan idealismenya. Dan Angkatan 77/78 seperti Heri Ahmadi sempat menjadi anggota DPR di awal reformasi, tapi kemudian bubar jalan juga tanpa sebuah kesinambungan yang berarti. 

Aktivis 98-lah yang boleh dikata yang ingin mencoba bahwa nilai-nilai perjuangan merekalah yang bakalan permanen ke depan ini seperti sepakterjangnya sekarang dalam memproklamasikan jati diri dan pada puncaknya menetapkan kriteria capres 2024 yang selaras dengan nilai-nilai yang mereka perjuangkan pada 1998/99, termasuk menentang politik identitas yang tak sejiwa dengan nilai perjuangan kemerdekaan Indonesia di masa lalu.

Banyak faktor yang dapat menjelaskan mengapa gerakan serupa sebelumnya tidak dapat permanen dipedomani dalam mengisi alam kemerdekaan. Beberapa faktor tsb al tidak adanya dukungan dari pemerintah atau kekuatan politik yang berkuasa pada saat itu, tidak adanya koordinasi dan solidaritas yang kuat antara kelompok-kelompok gerakan yang ada, dan belum optimalnya kesadaran politik dan partisipasi masyarakat dalam gerakan-gerakan tsb.

Aktivis 98 dianggap berhasil dalam memperjuangkan reformasi demokrasi di Indonesia karena mereka mampu memanfaatkan momentum dari krisis ekonomi dan politik yang terjadi, serta memiliki dukungan publik yang luas. Selain itu, gerakan ini juga berhasil mengembangkan koordinasi dan solidaritas yang kuat antara anggota-anggota gerakan.

Bagaimana agar keberadaan sebuah gerakan bisa permanen. Ini tentu tak lepas dari kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan tetap berjuang untuk memperjuangkan kebebasan dan keadilan bagi rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, penting bagi Pena 98 untuk terus berinovasi dan beradaptasi dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun