Etos 98 Kelanjutan Etos 66 dan 77/78 atau Hanya Jargon
Teringat Graha Pena, jadi ingat gedung tinggi satu-satunya di Jln A. Yani Surabaya yang ujung atau menaranya berbentuk lancip seperti pena.
Tapi kali ini yang dimaksud Pena dengan embel-embel 98 disini adalah nama sebuah memori perjuangan yi Persatuan Nasional Aktivis 98.
Nama ini juga mengingatkan akronim serupa yi Angkatan 1908, Angkatan Balai Pustaka, Angkatan 1945, Angkatan 66, Angkatan 74, Angkatan 77/78 dan pada puncaknya sekarang ber-evolusi cukup disebut sebagai Aktivis 1998 saja.
Semuanya itu adalah riak dari Revolusi Kemerdekaan 1945, except angkatan balai pustaka dan angkatan 1908 yang merupakan awal kebangkitan nasional di negeri ini.
Ibarat gelombang samudera. Sosok NKRI sekarang dimulai dari gelombang besar yang memukul pantai pada Revolusi Kemerdekaan 1945. Gelombang besar itu berangsur-angsur dalam perjalanan waktu mengecil, mengecil dan perlahan tapi pasti akhirnya menyisakan riak yang takkan berhenti lagi.
Memori yang sedang dalam proses pelembagaan itu terhitung sejak tumbangnya regime represif Orba, yi lengsernya Presiden Soeharto pada 1999 lalu, atau persisnya 24 tahun lalu, kini tampil menyuarakan cita-cita yang konon takkan pernah padam lagi, yi demokrasi dan keadilan sosial bagi semua anak bangsa.
Di bawah Adian Napitupulu, Sekjen Pena 98, mereka kini membuktikan kehadiran permanennya, yi bermarkas tetap di sebuah gedung yang mereka namakan Graha Pena 98, Jalan HOS Tjokroaminoto 115, Menteng, Jakarta pusat.
Organisasi ini cukup unik, karena tak ada ketua umumnya atau presidennya, melainkan cukup dilayani oleh Sekjen. Tapi siapa sangka Pena 98 telah mempunyai perwakilan di 16 propinsi yang ada presidium atau kepemimpinan kolektifnya.
Memori sebelum itu sudah dicoba dilembagakan, tapi apa boleh buat tahi kambing bulat-bulat, entitas perjuangan itu berguguran satu per satu.