Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ibu Ira eks Timtim dan Coto Makassar Marannu Qi di Malang

6 Februari 2023   17:19 Diperbarui: 6 Februari 2023   17:20 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Ira selaku chef cook sekaligus owner Coto Makassar Marannu Qi, Jln Kawi, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Ibu Ira eks Timtim dan Coto Makassar Marannu Qi di Malang

Sejauh mana pun kita berjalan di kota Malang, maka sejauh itu pula kita akan melihat pemandangan betapa kota Malang di samping sebagai kota pendidikan yang sudah lama disandangnya, juga adalah kota kuliner.

Nah ketika jalan-jalan ke MOG (Mal Olympic Garden) di downtown Malang, Jln Kawi 24, belakang stadion lama Gajayana beberapa waktu lalu bersama doi dan my daughter A dan K, mereka cari apa dan saya cari apa, ya cari-carian namanya.

Maklum, saya nggak terlalu suka dolan-dolan ke mal. maka saya tunggu ketiganya di lobby seraya rokok-an tentunya. Di dalam MOG diharamkan merokok, sedangkan saya perokok berantai yang tak mungkin tak merokok, lagian industri rokok kan jalan terus, meski pabrikan rokok diwajibkan menulis kata-kata sakti kesehatan bahwa merokok itu merusak kesehatan dst dst hingga ada gambar tenggorokan bolong di salah satu pemaksaan iklan kesehatan yang nggak sehat itu. Go to hell-lah semuanya itu, yang pasti saya merokok sampai sekarang tanpa risiko apapun. Titik.

Batang ketiga Jisokam belum tersulut, ee doi dan kedua my daughter sudah nge-bel. Ok saya di lobby seperti biasa. Kami pun beriringan keluar MOG yang ketika itu gerimis kecil yang tak memerlukan payung. Urusannya sekarang cari makan di luar MOG. Makanan di mal memang ada, tapi nggak sreg alias bosan, karena menunya itu-itu saja.

Begitu di Jln Kawi, kami celingak-celinguk lha koq persis di depan MOG nggak ada tukang makanan. Ketika berjalan ke kanan atau nganan lagi dan lagi, baru terlihat ada rumah makan di depan mata yang terbaca brandingnya setelah kucek-kucek mata karena gerimis sejuk sebagai "Coto Makassar".

Rumah makan itu kecil saja tapi benderang dengan neon box yang bagus bertuliskan Coto Makassar yang mengundang orang menghampirinya. Kalian pasti suka, karena kuliner Sulawesi selatan yang serupa tapi tak sama dengan soto yang ada di Jawa ini kenceng di bumbu, tak ubahnya kuliner Sumatera utara khususnya Medan. Ok bos, kata doi dan anak-anak pun mengangguk setuju.

Ibu Ira selaku chef cook sekaligus owner Coto Makassar Marannu Qi, Jln Kawi, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Ibu Ira selaku chef cook sekaligus owner Coto Makassar Marannu Qi, Jln Kawi, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Di dalam suasana adem, bersih, dan diinteriorisasi minimal, tapi secara keseluruhan dapat menggambarkan inilah coto makassar itu.

Setelah membuka-buka daftar menu, terbaca ada dua macam coto yi yang daging thoq dan yang dimix al daging, paru, hati, limpa, babat dst. Pendeknya jeroan sapi dan daging dimix jadi satu. Juga ada Jalangkote yang di Malang biasa disebut pastel, ada panada (ikan/ayam), ada es pisang ijo, es teler makassar, es markisa dll.

Coto Makassar Marannu Qi ini di Jln Kawi No 39 E, tak jauh dari MOG tempat doi dan anak-anak belanja tadi. Marannu Qi kalau nggak salah mengandung arti bahagia/senang/riang/gembira. Dengan sisipan Qi, maka secara idiomatik berarti hubaya-hubaya sekalian mari kita makan bersama dan bersukaria bersama-sama disini. Ini karena saya dulu punya teman asal Makassar, maka sok teu jadinya. He He ..

Saya lihat Ibu yang jualan sudah berusia 50-an jelang 60-an. Dia ditemani seorang anak gadis yang belakangan baru saya tahu ybs adalah anak kandung si pemilik Marannu Qi.

Saya perhatikan, dari cara menatap dan raut wajahnya, apalagi dibarengi tatapan anak gadis belia di sebelahnya, jujur nih si Ibu, saya pikir. "Btw Bu, apa ini asli coto makassar atau makassar-makassar-an? tanya saya. "O ini asli Coto Makassar Pak. Saya sendiri asli orang Makassar. Suami saya Syamsul Hadi asli Jawa timur. Dan saya cukup dipanggil Ira atau Ibu Ira," respon Ibu itu dengan tangkas.

"Terimakasih Bu Ira. Oya bagaimana ceritanya Ibu berjualan Coto Makassar di tempat yang bagus ini. Setahu saya nama Jln Kawi cukup melegenda di kota Malang. Mendaki ke atas sedikit lagi, kita akan menjumpai kuliner apapun. Untung saya nggak sejauh itu. Saya baca nama ini, maka karena sudah lama mengenal coto serta asalnya dari mana, saya tanya Ibu seperti itu," ujar saya.

"Saya tadinya cukup lama dinas di Timtim atau Timor Timur semasa Indonesia. Lalu eksodus kesini pasca jajak pendapat 1999. Persisnya saya dan suami berdinas di kantor BPN propinsi Timtim. Saya pensiun beberapa waktu lalu, sedangkan suami saya Syamsul Hadi masih aktif di Surabaya. Maka berjualan coto disini adalah untuk mengisi waktu luang selepas pensiun. Oya, ada kabar gembira assets kami yang ada di Timtim akan diperjuangkan oleh rekan-rekan yang tergabung dalam Kokpit atau Korban Kekerasan Politik di Timor Timur. Ada katanya salah satu senior yang cukup berpengaruh akan mendampingi perjuangan untuk ganti rugi assets warga eks Timtim ini di Jakarta.

Doi yang mendengar perkenalan dari si empunya, langsung merespon meriah. "Wah, Ibu Ira bisa cerita lagi nanti untuk tambahan cerita tadi, karena suami saya pun pernah berdinas disana. Semoga ganti rugi assets ini bisa diperjuangkan ya Bu. Saya juga punya tanah di Delta Comoro yang sekarang katanya banyak dihuni eks Fretilin yang nggak jelas. Sekarang kami makan dulu ntar cerita tambahannya", ujar doi. "Iya iya Bu. Silakan pilih menunya, apa coto daging atau dicampur. Ini semua asli kuliner Makassar sebagaimana coto serupa yang dulu banyak dijajakan di Dili khususnya dan di seantero Timtim pada umumnya," sahut Ibu Ira.

Saya pilih coto daging, doi dan K coto daging juga, sedangkan my daughter A setelah melihat ada menu lain, pilih Ayam goreng. Dia memang begitu. Yang biasa dimakannya. Itu yang akan disantap, sedangkan yang baru dikenalnya, ntar dulu. Baru setelah Mama atau Kakaknya cerita nanti bahwa itu ok, ia akan menjajalnya. Percayalah.

Bincang-bincang dengan Ibu Ira the owner Coto Makassar Marannu Qi, Jln Kawi, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Bincang-bincang dengan Ibu Ira the owner Coto Makassar Marannu Qi, Jln Kawi, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Hidangan pun tersaji. Kami segera bersantap di tengah gerimis halus di MOG dan sekitarnya, jangan-jangan seluruh kota sedang disiram gerimis halus serupa. Nggak masalah. Yang penting cotonya memang uenak dan pas di lidah. Saus sambalnya luarbiasa. Saus itu berwarna coklat kemerahan. Ada rasa tauco bercampur rasa pedas dan rasa rempah-rempah lainnya yang tak terkatakan. Ini yang saya suka.

 Saus ini mengantar saya mengenang teman-teman baik saya asal Makassar seperti Azis, Taufiq, Bahar dll. Tak terasa saya minta tambah buras yi sejenis ketupat yang dibungkus daun, setelah sebelumnya menikmati ketupat yang dibungkus daun kelapa. Buras memang nasi pulen karena ditanak dengan air santan sebagaimana lemang di Padang Sumatera sana.

Saya lihat my daughter A ternyata menikmati ayam gorengnya. "Bagaimana, enak nggak ayam gorengnya?" tanya saya. Dia mengangguk pertanda ayam goreng Makassar itu juga enak. "Tambah lagilah," Lalu doi dan my daughter K yang makan coto juga mengangguk seraya mengacungkan jempolnya. Syukurlah, upah letih mencari-cari sesuatu di MOG akhirnya terbayar lunas di rumahmakan coto Makssar Ibu Ira ini, ujarku dalam hati.

Coto Makassar atau coto Mangkasara adalah hidangan tradisional Suku Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari daging dan jeroan sapi yang direbus dalam waktu yang lama untuk menghasilkan kaldu yang optimal. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian dipotong-potong kecil, lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus.

Coto Makassar diperkirakan sudah lama ada sejak zaman Kerajaan Gowa, tepatnya di Kabupaten Gowa pada abad ke-16. Tempo doeloe, coto bagian daging sapi yi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap keluarga kerajaan. Sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah.

Umumnya daging yang digunakan dalam coto ini ntah itu di Timtim, di Malang atau dimanapun adalah daging sapi. Dan dalam perkulineran now ada dua macam penggemar, yi yang suka dagingnya saja dan yang suka dimix seperti lidah, otak, limpa, paru, hati, jantung, babat dan lain-lain. So, coto Makassar tidak lagi soal kasta-kasta-an seperti dulu.

Konon, diperlukan sekitar 40 macam rempah untuk membuat coto makassar, yang disebut rampa patang pulo. Aneka bumbu itu, di antaranya adalah bawang merah, bawang putih, cabai, biji-bijian dan bebungaan (lada, ketumbar, jintan, kemiri, foeli atau buah pala, cengkih), dedaunan (daun salam, daun jeruk purut, daun kunyit, daun serai, daun seledri, daun bawang, daun bawang prei), rerimpangan (lengkuas, jahe), serta pelbagai bumbu lain seperti asam, garam, gula, kayu manis, dan juga tauco, termasuk kacang tanah, irisan daun bawang dan bawang goreng, serta perasan jeruk nipis yang dicampurkan pada saat dihidangkan.

Perbedaannya dengan soto yang ada di Jawa adalah warna kuahnya. Kuah soto seperti soto Ambengan Surabaya atau soto Lamongan atau Soto Betawi misalnya, itu akan terlihat berkuah jernih cenderung kekuningan, sedangkan coto Makassar berkuah gelap. Kuah gelap inilah daya tariknya, karena di kedalamannya terkandung aneka rempah eksotis yang sangat menggugah selera. Itulah Coto Makassar sebagaimana yang saya dan keluarga nikmati di Coto Makassar Marannu Qi di Jln Kawi No 39 E, Klojen, Malang.

Setelah doi bertukarcerita dengan Ibu Ira, dan my daughter K telah setor pembayaran ke kasir yang dalam hal ini adalah Ibu Ira sendiri, tak lama kemudian kami pun pamitan.

Thanks Ibu Ira. Semoga sukses bisnisnya dan sukses perjuangan rekan-rekan kita di Kokpit. Dan di atas segalanya cotonya tambah enak dan uenak. Ciaoo ..

Joyogrand, Malang, Mon', Febr' 06, 2023.

Coto Makassar Marannu Qi, Jln Kawi Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Coto Makassar Marannu Qi, Jln Kawi Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun