Apa hubungannya dengan konsekuensi perjalanan kecil Ben-Gvir ke Temple Mount, tempat tersuci Yudaisme, juga situs tersuci ketiga Islam? Sesungguhnya tidak ada. Mengapa? Karena tidak ada yang terjadi.
Kehadiran sosok seperti Ben-Gvir disana haruslah dicermati sebagai membuktikan adanya reaksi ekstrem terhadap kunjungan singkatnya ke situs suci itu sesuai dengan gambaran umum di Israel dan gambaran yang ada di benak mereka warga dunia yang mengerti realitas politik di Israel.
Di dunia Arab, dan semakin banyak di belahan dunia lainnya, kehadiran semacam itu dianggap sama dengan melakukan sesuatu. Misalnya, Yordania, Mesir, Otoritas Arab Palestina, dan Hamas mengecam kunjungan Ben-Gvir dengan kata-kata yang gamblang, seperti "menyerbu Al-Aqsa", "mencaplok Al-Aqsa", masjid yang bahkan tidak didekati oleh Ben-Gvir.
Keributan ini dimulai dan diakhiri dengan pernyataan marah. Itu berlaku bahkan untuk pemerintah AS yang langsung membingkainya dalam konteks "membahayakan solusi dua negara" Israel dan negara Arab Palestina yang seharusnya hidup berdampingan dalam damai.
Dalam kenyataannya solusi dua negara itu tidak relevan lagi sekarang setelah Arab Palestina menolak beberapa tawaran untuk bernegara. Kecaman AS dapat dilihat sebagai sebuah bentuk kegagapan politik karena tak lagi bisa membedakan kehadiran dengan tindakan.
Mereka yang belum tahu termasuk politisi Indonesia yang pro membabibuta terhadap Arab Palestina akan berpikir bahwa orang Yahudi tidak pernah memasuki Temple Mount. Namun Ben-Gvir sendiri telah mengunjungi Temple Mount beberapa kali selama bertahun-tahun. Orang Yahudi mengunjunginya hampir setiap hari. Satu-satunya perbedaan adalah sekarang Ben-Gvir adalah menteri kabinet di pemerintahan sayap kanan.
Selama masa jabatan pertama Netanyahu, pada akhir 1990-an, berita lokal Israel dan middle-east pada umumnya akan mengomentari setiap kejadian ntah itu penghinaan, penghujatan, setiap hal kecil dan setiap pernyataan apapun dari pemerintah.
Begitu partai buruh berhaluan kiri mengambil alih, pemerintah mencoba untuk tidak memberikan pernyataan apapun.
Gamblangnya pemerintah sayap kanan selalu ingin memberi tahu pers mengapa mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Sebaliknya pemerintahan sayap kiri akan melakukan sesuatu, maka pers tidak diberitahu agar tidak menghalangi action pemerintah.
Dalam konteks ini, Ben-Gvir telah menyampaikan maksudnya, dan warga Israel sekarang dapat kembali ke kehidupannya semula sebagaimana di masa lampau yang jarang bahkan tak pernah dinarasikan politisi lokal maupun luar negeri.
Masalah domestik, seperti mengupdate sistem pengadilan Israel atau mengubah Hukum Pengembalian Tanah, jauh lebih serius, tetapi karena itu adalah masalah lokal, maka perlu ditangani oleh orang Israel.