Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Poliyo Everywhere dan Kopi Sontoloyo Hanya di Malang

13 Januari 2023   16:59 Diperbarui: 13 Januari 2023   17:55 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pondok cangkruk makan-minum di laman belakang Kopi Sontoloyo. Foto : Parlin Pakpahan.

Untuk beverages misalnya dengan harga mulai dari 8 ribuan seperti teh panas hingga 18 ribuan seperti Coffee Cola. Wedang-wedangan khas Jawa beragam, mulai dari wedhang Uwuh atau wedhang sampah karena banyak rempah-rempah yang dicampurkan disitu seperti jahe, kayu secang, cengkeh, kayu manis, pala, serai, kapulaga dan gula batu, maka terlihat uwuh atau berantakan keq sampah, tapi soor kata orang Medan; lalu beras Kencur; wedang Jahe hingga minuman Temulawak.

Untuk makanan ringan tersedia aneka pisgor (pisang goreng), tahu petis, cireng, donat, jadah, lopis, tempe mendoan, jemblem dst dengan harga mulai 10 ribuan hingga 18 ribuan.

Sedangkan menu Dedhaharan (makan) tersedia soto seger sontoloyo, nasi paru sontoloyo, nasi ayam sontoloyo, nasi lodeh sontoloyo, rawon blonceng sate komoh, sego serundeng sambel bajak, nasgor tongkol, nasgor sontoloyo, bakmi sontoloyo, nasi dadar sontoloyo dst dengan harga mulai 24 ribuan hingga 30 ribuan.

N'jawani banget kan, termasuk seragam para petugas, nggak cewek nggak cowok. Maklumlah the owner sebelumnya, kata Munir, berpredikat Budayawan. "Lalu sekarang bagaimana apa predikat itu ditinggal begitu saja sejak lekat berteman dengan Pak Vicky alm yang piawai bermain di bidang kuliner?" tanya saya. "Nggak tau juga Pak, tapi Pak Rinto masih sering saya lihat berdiskusi soal budaya," sahut Munir.

"O kalau begitu budayawan pasif namanya, kalau budayawan aktif, itu tuh keq alm WS Rendra yang suka mengkoreografi teater hidup mulai dari sumber Jawa Calon Arang sampai asing seperti Mastodon dan Burung Condor. Meski demikian, bukan berarti budayawan pasif itu useless. Pak Rinto misalnya kan cukup canggih nih saya lihat mengcreate Kopi Sontoloyo di kerimbunan kanopi Jati ini dengan vintage pedesaan Jawa tempo doeloe yang membawa kita berkelana dalam nuansa full nusantara not overseas. Itu jejaknya sebagai budayawan," timpal saya sekenanya.

Mengenai jam buka-tutup. Berbeda dengan di awal kehadirannya dalam perkulineran Malang yang tentu tak bisa lepas dari dunia kepariwisataan, sekarang ini Kopi Sontoloyo buka mulai Pk. 10.00 dan tutup kl Pk. 22.00. "Dari siklus mingguan, sekarang setiap malam Rabu diisi oleh duo musisi lokal dengan perangkat guitar akustik. Yang satu bermain bas dan yang satunya lagi bermain rhytm sekaligus melodi. Para pengunjung bebas menyumbangkan suaranya disini dan ternyata cukup banyak yang oke, termasuk Rani seorang petugas kami," kata Munir.

"Mengapa harus malam Rabu. Ini bukan soal klenik atau Feng Shui atau menggunakan kekuatan energi untuk menyelaraskan individu dengan lingkungan sekitarnya. Tidak. Itu hanya sekadar hitungan cash-flow cafe. Malam Rabu biasanya sepi Pak," kata Munir. "Tapi sejak diisi pentas musik akustik, sekarang semakin ramai, tambah Munir.

Laili (23) mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim dan Arisa (21) mahasiswi Unisma yang lagi asyik main komputer dengan pekerjaan kampusnya, tersenyum ketika saya minta menjadi model candid photography di pondok cangkruk bagian belakang. Klik. Selesai sudah.

"Laili dan Arisa semester berapa sekarang", tanya saya. "Kalau saya sedang mengerjakan skripsi sekarang Om. Doain ya", sahut Laili. "Saya baru separuh jalan Om. Doain juga ya," sahut Arisa. "Wow keren nih Laili tinggal 1 dim lagi lulus. Begitu juga Arisa. Yakinlah Risa juga akan segera finish studinya. Tks ya atas kesediaannya untuk difoto," kata saya seraya pamitan.

Sebelum pulang saya coba cek perkopian sontoloyo. Maklumlah tadi di pondok cangkruk belakang yang rindang saya hanya nyoba Nasgor Tongkol. Wow ternyata uenak tenan. Masalahnya nasgor asyik itu dilengkapi petai goreng segala. Masakan Jatim menurut saya beda dengan Jateng. Kalau Jatim berani main kenceng di rempah atau bumbu, termasuk rasa asin dan pedas. Sedangkan Jateng mengedepankan rasa manis dengan rasa garam dan pedas seperlunya. Rasanya ya masakan Jatimlah yang sossokk buat lidah saya, tapi gudeg Yogya dan wedhang Jahe Yogya oke juga tuh.

Perkopian sontoloyo simpel saja ternyata. Ada Kopi Kosong, artinya kita yang nyeduh sendiri dari kopi bubuk yang tersedia di cafe, lalu Kopi Sontoloyo, Kopi Dampit, Kopi Arjuno, Kopi Jahe dan botolan Coffee Cola. Harganya? Katakanlah kopi super Malang seperti Robusta Dampit dan Arabica Arjuno. Keduanya hanya dipatok 11 ribu, nggak sampai 15 ribu per cangkir standar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun