Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Fotografi Perjalanan Jakarta-Malang bersama KAI

7 Desember 2022   13:07 Diperbarui: 7 Desember 2022   13:10 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pondok bernaung di tengah hamparan sawah dan lintasan kereta di  sekitar Batang, Jateng. Foto : Parlin Pakpahan.

Fotografi Perjalanan Jakarta-Malang Bersama KAI

Perjalanan jarak jauh dengan pesawat, kereta api atau bus bukanlah barang baru bagi saya. Ketika berdinas di Indonesia tengah tertimur perjalanan via udara terlalu sering malah ntah itu ke Lombok, ke Bali atau Jakarta, bahkan ke Biak Papua.

Yang terasa baru bagi saya 30 Nopember ybl adalah melakukan perjalanan jauh berjarak kl 880 Km Jakarta-Malang itu via KAI dengan doi atau isteri saya. Saya khawatir doi nanti nggak nyaman. Kan repot.

KA Matarmaja. Itulah nama kereta yang telah kami booking sebelumnya secara online cukup dengan aplikasi android. Dilihat dari nama, memang agak berbeda dengan nama kereta lainnya. Penamaan kereta biasanya diangkat dari nama gunung, tokoh legenda, atau hal-hal lainnya, yang berhubungan dengan alam. Sedangkan Matarmaja diambil dari nama kota utama yang dilalui oleh kereta api tsb, yi Malang, Blitar, Madiun, dan Jakarta. Jadilah dia Matarmaja.

Kereta api jarak jauh ini awalnya beroperasi sekitar tahun 1983. Semula bernama Kereta Api Senja Maja, yang melayani rute Madiun-Jakarta, PP. Beberapa tahun kemudian, rutenya diperpanjang, sehubungan meningkatnya kebutuhan transportasi massal jarak jauh. Tadinya menggunakan jalur selatan yi melewati Yogyakarta dan Purwokerto, lalu diubah ke jalur utara untuk mengisi kekosongan Semarang-Solo.

So, lengkapnya perjalanan kami nanti Jakarta-Cirebon-Tegal-Brebes-Pekalongan-Semarang, lalu berbelok ke arah selatan menuju Solo-Madiun-Kediri-Blitar-Malang. Dari Maja (Madiun-Jakarta) menjadi Matarmaja (Malang-Blitar-Madiun-Jakarta).

Seorang Ibu tua yang kesilauan mentari atau apa di Cikarang, Bekasi. Foto : Parlin Pakpahan.
Seorang Ibu tua yang kesilauan mentari atau apa di Cikarang, Bekasi. Foto : Parlin Pakpahan.

Saya teringat Peter Gontha yang kini menjajal jadi influencer di facebook. Ybs melakukan perjalanan serupa, tapi dengan KA eksekutif Jakarta-Surabaya. Maka berangkatnya pun dari setasiun Gambir. Begitu KA eksekutif berangkat, komen utama Peter bahwa Indonesia kini sudah modern. Itu ditakarnya dari jam keberangkatan yang tepat waktu sesuai jadwal.

Pengalaman tsb berulang kembali dengan KA ekonomi Matarmaja yang saya tunggangi dari setasiun Pasar Senen. Lalu lalang KA ekonomi memang dari Senen dan dari Gambir sebaliknya yi KA eksekutif. Tapi pada intinya sama yi jam berangkat tepat waktu sesuai jadwal.

Jadi tidak salah kalau dalam resi booking online sebelumnya, terbaca agar kita sudah di setasiun pada Pk 09.20 atau 1 jam sebelum jam keberangkatan yi Pk 10.20, dengan maksud agar kita bisa mengurus kalau di masa pandemi sekarang apa kita sudah mempersiapkan diri sesuai dengan prokes dan ketentuan perjalanan lainnya.

Itulah gambaran perkeretaapian kita sekarang. Sebagai moda transportasi massal, kita patut bersyukur bahwa di 2 tahun terakhir era Jokowi kita sudah mencapai starting point yang bagus untuk mengakselerasi kemajuan Indonesia lebih jauh lagi di masa yad.

Kita berharap menyusul kereta peluru Jakarta-Bandung beroperasi pada medio 2023 yad, juga MRT dan LRT Jabodetabek dapat diselesaikan tepat waktu. Begitu juga dengan IKN yang berlokasi di Kecamatan Samboja dan Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser utara, Kalimantan timur akan selesai tepat waktu dan republik tercinta ini sudah dapat beribukota disana tmt 17 Agustus 2024 hingga finish secara keseluruhan di era berikut pasca Jokowi lengser pada Oktober 2024 yad.

Jakarta khususnya ya tetap sebagai kota besar, tapi bukan lagi ibukota, karenanya mulai sekarang setidaknya kita sudah punya konsep yang berwawasan jauh ke depan bahwa Jakarta bukan lagi daerah khusus tapi sebuah kantong besar perekonomian kita di pulau Jawa yang tetap dipimpin seorang Gubernur.

Pondok bernaung di tengah hamparan sawah dan lintasan kereta di  sekitar Batang, Jateng. Foto : Parlin Pakpahan.
Pondok bernaung di tengah hamparan sawah dan lintasan kereta di  sekitar Batang, Jateng. Foto : Parlin Pakpahan.

Jakarta harus dijaga kelestariannya dengan kembali ke konsep awal yang harus sudah dipermatang bahwa jangan sampai Jakarta tenggelam kalau kita abai dengan rangkaian penelitian ilmiah terkait masalah tsb dan jangan lagi terulang politik identitas gegara Jakarta dipimpin oleh seorang Chinese padahal ia seorang Indonesianis yang Nasionalis. 

Lintasan sejarah memastikan bahwa dia dikeroyok secara licik oleh lawan politik dengan mengatasnamakan agama dan kaum pribumi. Exercise of power yang memalukan bahkan menjijikkan seperti itu saya pikir nggak boleh lagi terulang di kantong ekonomi raksasa seperti Jakarta.

Proyek tanggul Jakarta atau Giant Sea Wall adalah vital dan itu tak lepas dari dorongan para akhli dalam negeri yang konsisten meneliti penurunan permukaan tanah di Jakarta dan andil kehadiran pakar internasional.

Tanggul raksasa ini adalah penangkal gelombang laut menggenangi daratan Jakarta yang dinilai semakin turun permukaannya sehingga berpotensi tenggelam.

Pesisir Laut Jawa yang ditumbuhi pohon Pisang pada lintasan Pekalongan-Kendal. Foto : Parlin Pakpahan.
Pesisir Laut Jawa yang ditumbuhi pohon Pisang pada lintasan Pekalongan-Kendal. Foto : Parlin Pakpahan.

Pembangunan tanggul merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional. Pembangunan tanggul di muara sungai pesisir Jakarta juga perlu, karena daerah pesisir rentan dengan banjir, baik dari hujan berintensitas tinggi, limpahan sungai, maupun air laut.

Total Panjang tanggul laut yang akan dibangun melintasi wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bekasi yaitu sepanjang 120,27 Km, terdiri dari tanggul pantai 62.63 Km dan tanggul muara sungai sepanjang 57,64 Km.

Setelah merenungkan Jakarta sekilas ibarat renungan setelah doa pagi, saya lihat jam tangan, ee tak terasa kami sudah 2 jam perjalanan. Tak lama lagi kami akan sampai di Cirebon. "Bagaimana, terasa nyaman nggak? Tanyaku pada doi. "Bagus koq, semuanya lancar dan nyaman dan itu tuh pengaturan ACnya bagus", kata doi. "Syukurlah. Kirain complaint," sahutku singkat.

Asal tau, harga tiket kereta api Matarmaja pada keberangkatan untuk rute Jakarta-Malang berkisar antara 210 ribu hingga 250 ribu rupiah bergantung pada tanggal pemesanan. Semakin jauh waktu pemesanan dari hari keberangkatan akan semakin murah tiketnya. Tetapi, jika lebih dekat dengan hari keberangkatan, tiket akan menjadi semakin mahal. Tapi untuk perjalanan jarak jauh 880 Km Jakarta-Malang, interval ongkos seperti itu tentu cukup murah bukan.

Tempat duduk di KA Matarmaja berhadapan. Ada 2 macam kursi yang digunakan untuk penumpang. Salah satunya bisa digunakan untuk 6 orang (3 berhadap-hadapan), sedangkan yang lain dapat digunakan untuk 4 orang (2 berhadap-hadapan).

Di samping kita ada gantungan untuk menaruh barang kecil, tempat untuk meletakkan makanan, beserta stop kontak dua lubang. Pada bagian atas tersedia bagasi untuk menaruh barang yang lebih besar. Selain itu, di dekat pintu gerbong tersedia satu toilet yang bisa digunakan oleh penumpang.

Tampilan gerbong Matarmaja, meski renovasi dempulan, tapi rapi. Foto : Parlin Pakpahan.
Tampilan gerbong Matarmaja, meski renovasi dempulan, tapi rapi. Foto : Parlin Pakpahan.

Makanan layanan KAI beraneka ragam seperti Nasi Goreng Parahyangan, Ayam Geprek, snacks, mie instan berbentuk cup, coffee cup, cappuccino cup, minuman mineral, cocacola dst. Kita dilayani petugas via kereta dorong beroda. Petugas yang satu melayani kita dan yang satunya lagi bertugas mendorong kereta makanan. Mereka terlihat necis dengan seragam lengkapnya tak kalah dengan stewardess pesawat Garuda.

AC (Air Conditioner) di dalam satu gerbong sudah dipasang sebanyak 6 unit. Pengaturan suhu cukup cermat, sehingga penumpang merasa nyaman.

Di masa pandemi sekarang ini, setiap penumpang diberikan 1 pouch atau kantung berisi 1 masker jenis KN95 berwarna putih.

Toilet KA sudah dilengkapi pegangan di dekat pintu, hook atau cantolan untuk menggantung pakaian, wastafel, kaca, sabun cair dengan wadah yang tercantol di dinding, tissue gulung yang diletakkan rapi di tempatnya, serta kloset jongkok atau duduk telah dilengkapi dengan tombol flush atau alat penyiram air dan jet shower. Luarbiasa. Bersih dan nyaman. Dan itu secara berkala diinspeksi oleh petugas kebersihan.

Itulah sekadar review KA Matarmaja. Perbedaannya dengan KA Eksekutif yang berangkat dari Gambir ntah itu KA Gajayana dll, itu hanya ratio gerbong dengan penumpang. Kalau KA eksekutif, gerbong vip hanya beberapa tempat duduk dan kalau kita ubah setelannya ibarat kamar hotel, dimana tempat duduk bisa diubah menjadi tempat tidur, dan gerbong-gerbongnya jelas baru dan bukan direnovasi dengan dempulan-dempulan seperti KA ekonomi.

Tapi soal kenyamanan sama saja. KA ekonomi Matarmaja yang gerbongnya didempul-dempul tapi rapi dan KA eksekutif Gajayana yang mulus lus lus lus, keduanya bersih, tak ada asap rokok dan toilet wangi setiap saat dan bukan wangi pesing seperti tempo doeloe. He He ..

Tak terasa makan siang sudah berlalu. Kebetulan doi bawa bekal yang nyuss untuk santap siang dan santap malam nanti. Kami hanya beli air mineral dan sekadar coffee cup dari layanan KAI. Kalau camilan, agar dapat yang ok seperti Qtela misalnya, ya kami harus sampai dulu di setasiun Tawang Semarang Pk 18.00 nanti. Sabar.

Dari semua hal yang terasa untuk mudahnya katakanlah pengalaman empirik kita di perjalanan mulai dari Jakarta hingga santap siang jelang perhentian berikut di Cirebon. Ada sebuah kegembiraan tersendiri bagi saya yi jeprat-jepret untuk obyek kamera ntah itu obyek sosial, ekonomi, kondisi setiap setasiun dll. Sepertinya saya dapat obyek sosial yang menarik mulai dari Cikarang hingga jelang Cirebon.

Tapi saya yang beberapa kali melakukan perjalanan Malang-Jakarta via KAI terlena untuk hal semacam ini dan agak terkaget-kaget ketika kereta mulai melewati Pekalongan menuju Semarang. Ternyata ada obyek foto Laut Jawa. Ya Matarmaja melintasi beberapa titik berpemandangan Laut Jawa yang pesisirnya unik. Look, di pantai tak jauh dari tumpukan pasir laut ada tanaman pisang, diselingi undakan yang bertanaman semacam mangrove tapi bukan mangrove yang saya kira sangat berguna untuk penahan abrasi sampai kapanpun.

Suasana hening di setasun Tawang Semarang. Foto : Parlin Pakpahan.
Suasana hening di setasun Tawang Semarang. Foto : Parlin Pakpahan.

Mendekati Semarang ada semacam taman di pantai ntah itu milik Pemkab Kendal atau Pemkab Semarang yang sangat rindang dengan tanaman pantai yang secara keseluruhan terlihat rapi untuk rekreasi warga sekitar ntah itu warga Semarang, Kendal atau Pekalongan.

Jauh sebelumnya selepas Pekalongan ada bekas jembatan kereta yang kelihatannya sudah tidak dipakai lagi. Ini segera saya jepret dengan cakrawala Laut Jawa. Doi bilang itu bukan eks jembatan kereta, tapi pastinya kereta dong, karena konstruksinya kuno yi di kejauhan seakan ada pegangan di kiri-kanannya. 

Dan di kota Malang sendiri, setau saya ada jembatan serupa yi Soekarno-Hattta yang menghubungkan Jln Soekarno-Hatto dengan Jln MT Haryono yang kalau ke kanan kita akan melintas Unibraw dan terus ke Batu, sedangkan ke kiri langsung ke Ijen boulevard di downtown Malang.

Selepas Semarang dengan camilan Qtelanya dan berbelok ke selatan menuju Solo, malam pun semakin menjadi yang membuat mata terkantuk-kantuk. Dan penumpang di sebelah yang berkursi dengan muatan 3 orang berhadap-hadapan menjadi total 6 orang, tapi nyatanya hanya bermuatan 2 orang sejak dari Jakarta, telah kosong karena ybs yang selalu menemani saya untuk sekadar merokok di setiap perhentian di kisaran 15 menit untuk kota-kota besar seperti Cirebon dan Tegal ternyata turun di Tawang Semarang.

Kami pun lantas mendudukinya setelah yakin tak ada lagi orang yang duduk disitu. Duduk berselonjor di kursi yang relatif panjang tentu terasa nyaman untuk istirahat malam sehingga Matarmaja nanti tiba di Malang Pk 02.00 dini hari.

Praktis selewat Semarang, tak ada lagi yang bisa saya jepret. Ok menunggu "syaraf tidur" memanggil, sebaiknya ngobrol ama doi saja. Soalnya kedua tetangga sebelah yang ramah dan talkative itu sudah turun tadi. Saya tanya sekali lagi "bagaimana Matarmaja sekarang?" "Saya baru yakin kali ini bahwa pemerintah telah berbuat yang terbaik buat kitorang," sahutnya. "I think so".

Dan selanjutnya saya ternyata tertidur lelap, sehingga tak pernah tahu sudah lewat Madiun, Kediri bahkan di Tulungagung kereta sempat berhenti lebih dari 15 menit, ternyata saya nggak juga terpancing bangun untuk sekadar delak-delok, demikian juga doi. 

Apa pasal? Ya lucky blow itu, kami terlelap dalam selonjoran di bangku yang bermuatan 3 orang, sementara bangku kami yang bermuatan empat orang (dua berhadap-hadapan) hanya kami isi tas jinjing kecil, sedangkan koper utama dan tas punggung saya taruh di bagasi sebelah atas. Tak ada yang mengutak-atiknya sama sekali. Pantesan.

At the end, Matarmaja pun sampai di setasiun kota baru di downtown Malang tepat Pk 02.24 dini hari. Thanks God.

Kami pun bergegas keluar. Doi terheran-heran melihat struktur baru setasiun kota baru yang kini telah dibelah dua, bisa keluar ke Trunojoyo yang ada patung Singo Edannya dan bisa keluar ke Jln Panglima Soedirman yang berhadapan dengan asrama tentara Rampal. Kami harus mendaki dulu dengan tangga berjalan. Pokoknya struktur baru itu keren. Semuanya serba kinclong.

Kami memilih belok kiri menuju lobby setasiun kota baru Pangsud atau Panglima Soedirman. Klik online. Ee Grabcar pun cepat kami dapat. Dan setibanya di Joyogrand, Merjosari, tak jauh dari Unibraw, si bungsu kami Adrian Aurelius sudah menunggu rupanya.

Meski rumah tak serapi yang kami harapkan, tak masalah. Namanya ja anak bungsu. Ntar kami ortunya saja yang bersih-bersih, karena bagaimana pun kedatangan kami 1 Desember 2022 dinihari itu adalah hari pertama menuju Natal 2022 24-25 Desember yad. Ya Aku dan doi dan anak-anak akan merayakannya di kota Malang. Ciaoo ..

Joyogrand, Malang, Wed', Dec' 07, 2022.

Patung Singo Edan tampilan dini hari di setasiun kota baru downtown Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Patung Singo Edan tampilan dini hari di setasiun kota baru downtown Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun