Setelah urusan tiket masuk dibereskan Heru yang langsung diaminin Ainun, kamipun meninggalkan Onrust menuju pulau Cipir selaku destinasi terakhir traveling ke Kepulauan Seribu bagian selatan.
Udara semakin panas membara, tapi karena angin laut dan Bunga Suci juga beratap cukup bagus, maka panas itu tak lagi terlalu menyengat.
Pulau Cipir sudah tampak dari Onrust. Pulau seluas 1,60 Ha ini juga sudah dilengkapi dermaga yang bagus. Kami satu per satu berloncatan ke darat. Pulau Cipir lebih kecil dari pulau Onrust, tapi lebih besar daripada pulau Kelor. Yang menarik dari pulau ini adalah puing-puing rumah sakit legacy Belanda (1911-1933). Masih jelas terlihat disini bekas kamar mandi, wc dan barak. Selain itu, juga terlihat sisa bangunan stasiun cuaca (tahun 1905) dan meriam besar di bibir pantai.
Hal yang banyak dilakukan pengunjung di pulau ini adalah memancing dan bermain air di bagian pantai yang berpasir. Kalau mau sekadar nongkrong, juga ada warkop yang di depannya berhiaskan meriam kuno siap tembak.
Dari 3 pulau yang saya kunjungi hari Sabtu 12 Nopember 2022 ini, terkesan kuat yang layak dijadikan pulau akomodasi sebetulnya adalah eks rumahsakit legacy Belanda. Meski tinggal reruntuhan, tapi dinding-dinding kamar rumahsakit itu masih bagus. Hanya tinggal bagaimana merekonstruksinya kembali sesuai gambaran awal dan kalau bisa nantinya diberi atap ilalang ala Sasak di Lombok agar suasana akomodasi terasa sejuk dan nyaman, karena pastinya di pulau Kelor yang seupil itu kita harus merawat Benteng Martello yang sudah tua, belum lagi kita perlu teknologi kelautan untuk menahan abrasi agar pulau itu lestari dan jangan lagi sampai terulang karam untuk selamalamanya seperti pulau Ubi hanya karena alasan untuk mengurug sebuah sarana vital negara yi Bandara Soetta.
Jelang sore usai melengkapi dokumentasi masing-masing di pulau Cipir, kami pun berlayar kembali ke Dermaga Biru Muara Kamal. Disinilah badan mulai terasa kurang fresh dan semakin tidak fresh ketika tiba di sandaran kapal Dermaga Biru tak jauh dari masjid Nurul Bahar.
Setelah pamitan dengan Agus dan Heru dll, saya kembali ke Depok Bolanda dengan rute seperti yang telah saya kemukakan di awal tulisan.