"Warga di sini, khususnya warga RW 04 dan RW 01, hampir semuanya nelayan. Hasil kerang biru cukup banyak setiap pulang melaut. Ini menjadi semacam kerajinan disini. Kerang biru atau apapun hasil laut yang akan diperdagangkan selama beberapa hari, tentu harus direbus dan digarami, agar lebih awet dan lebih pasti hasil penjualannya. Hasil tangkapan laut yang dijajakan dalam keadaan segar. Itu jenis-jenis tertentu yang cepat habis hari itu juga, atau paling lambat besok. Yang lainnya seperti kerang biru akan cepat membusuk. Maka kami merebusnya dan memilahnya menjadi dua macam dagangan yang berbeda harganya sebagaimana saya kemukakan tadi," demikian Erang.
"O begitu. Sebetulnya pengen lebih jauh Pak. Tapi sudahlah. Capek soalnya. Tks ya Pak Erang dan kalian Ibu-Ibu Pengrajin Kerang Biru Kamal Muara. Keren deh foto Ibu-Ibu disini. Ntar saya kirim via Pak Agus. Semoga sukses ya. Ciaoo," ujarku seraya pamit dari warga di kawasan perkampungan RW 04, tepi dermaga kamal muara.
Aku kembali ke Dermaga Biru dan pamitan dengan Agus Ismail dan Roy. "Well, Agus dan Roy, ntar saya hubungi ya kalau sudah terasa fresh benar untuk berwisata ke kepulauan Seribu."
Bye Bye Dermaga Biru dan Kamal Muara.
Depok Bolanda, Wed', Nov' 09, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H