Selain bertemu dengan Walkot Depok Mohammad Idris, Grijns juga bertemu dengan perwakilan UI yang dipercaya pemkot Depok untuk mengembangkan kawasan heritages di Depok lama, termasuk bertemu dengan generasi ke-10 kaoem Depok atau asli keturunan Depok Belanda yang masih settled di Depok lama, khususnya mereka yang tinggal di bilangan Jln Pemuda.Â
Pemkot dan Grijns sudah bersepakat dalam banyak hal untuk pengembangan Kawasan Depok Belanda sebagai daerah cagar budaya dan wisata sejarah. Inilah yang dalam konteks kepariwisataan sekarang disebut sebagai "Depok Heritages".
Mumpung isu itu masih panas, maka tentu semua ide terbaik yang berkembang perlu segera ditempa tanpa reserved. Kalau sudah mendingin, tentu apapun yang terbaik disitu takkan tertempa lagi. Jangan-jangan palu penempanya malah yang pecah berantakan.
Mari kita lihat RS Harapan yang adalah salah satu legacy terbaik di Jln Pemuda yang tempo doeloe bernama Jln Gereja, kini telah dikosongkan dan disegel, dan mari kita lihat SD Pancoran Mas 2 yang berhadapan dengan Bajawa Cafe yang juga sudah dikosongkan dan disegel. "Itu Pak, bayar sewanya nggak keruan sesukanya, kadang bayar kadang tidak. Kedua penyewa ntah RS maupun SD Pancoran Mas 2 ya begitu, demikian Merry Samuel seorang perempuan setengah baya kaoem Depok yang sempat berbincang dengan penulis.
Geliat dadakan ini sepertinya adalah dampak dari sengatan beberapa tulisan saya di Kompasiana, termasuk sengatan dari sejumlah media yang mengkritisi tentang hampir hilangnya situs Rumah Cimanggis dan ini semakin berkembang dengan adanya rencana Pemkot Depok untuk tahun 2023 yad berharap dari berkembangnya kepariwisataan sejarah dan budaya di kota Depok.
Kita tentu harus respek kepada pihak Belanda yang telah mengutus Mr Grijns untuk berbicara dan tatap muka langsung dengan Walkot Depok, termasuk dengan perwakilan UI yang dipercaya Pemkot dapat mendesain pengembangan Depok Heritages dimaksud.Â
Kitapun menyambut gembira Grijns telah berbicara langsung dengan representasi kaoem Depok di Depok Belanda, termasuk dengan para Depokers di negeri Belanda yang tentu merasa perlu terhubung dengan sejarahnya di kota Depok sekarang.
Dalam konteks Depok. Kita hanya perlu menggarisbawahi legacy tempo doeloe dan bukan bahwa itu berbau Belanda atau itu berbau kolonialisme dan bla bla bla Chauvinisme sempit yang sama sekali tak berdasar.Â