Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pilihan Dilematis Kota Sukabumi: Merawat-Lestarikan Heritages atau Mengamini Modernisasi Tak Terkendali

5 Oktober 2022   20:13 Diperbarui: 12 Oktober 2022   14:43 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Protestan legacy tempo doeloe yg kini menjadi Gereja HKBP Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.

Dari raun-raun di sebagian kota lama itu hingga ke ujung barat Jln. Sudirman dimana kita lihat ada gereja tempo doeloe yang kini bernama gereja HKBP, tanyalah guide, maka kita akan melihat ada semacam bouw plan atau rencana fisik pengembangan kota tempo doeloe yang sangat menghormati eko sistem kota. 

Dimulai dari hunian modern pertama di bilangan Cikole, Jln Suryakencana dst, rumah-rumah ibadat, hingga setasiun KA di downtown Sukabumi, institusi kepolisian tempo doeloe di Jln Bhayangkara yang kemudian dijadikan kampus AAK pertama secara nasional. 

Di lingkar bouwplan pertama inilah sebagian besar legacy tempo doeloe itu sudah terdesak, bahkan hancur oleh perkembangan zaman, khususnya libasan modernisasi yang tak kenal rem darurat. Tak heran banyak Sukabumi Heritages yang ada disitu sudah raib ditelan zaman.

Jembatan Cipelang legacy tempo doeloe di ujung barat kota Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.
Jembatan Cipelang legacy tempo doeloe di ujung barat kota Sukabumi. Foto : Parlin Pakpahan.

Sungguh tak mudah memulihkan kembali kota Sukabumi ke sosok yang anggun dan menyejukkan seperti sediakala. Tak ada pilihan lain, kecuali Pemkot Sukabumi sekarang dapat mencadangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk menggali kembali reruntuhan itu melalui literasi Belanda tempo doeloe. 

Hanya dengan cara itu kita dapat merekatkan kembali puing-puing itu menjadi sebuah denah yang dapat menuntun kita mana heritages yang perlu dipugar atau direkonstruksi ulang karena sudah berubah bentuk atau hilang, dan akhirnya semua yang kita cermati dan pelajari itu akan dapat menuntun kita untuk melakukan modernisasi kota lebih lanjut.

Membangun tidaklah salah, tapi tanpa semangat konservasi, kita tidak akan dapat menyandingkan bangunan-bangunan lama yang perlu dirawat-lestarikan dengan bangunan-bangunan baru yang serba modern yang seyogianya harus terkendali pengembangannya.

Benar adik iparku Lucky Noor Lukman, yang kini tengah sibuk mengerjakan bakal sebuah caf dan tempat konvensi terbuka yang adalah sebuah kerja rekonstruksi legacy tempo doeloe yang keren di Suryakencana tak jauh dari perempatan Suryakencana-Lapangan Merdeka. 

Lucky mengatakan mumpung orang-orang native Soekabumi yang berusia 50-70-an masih ada, sekaranglah saatnya bagi pemkot untuk mengkonsolidasikan mereka dan selanjutnya bersama warga kota Sukabumi yang berkompeten untuk itu sesegeranya membuat denah baru yang bisa menyandingkan sisi konservasi dan sisi modern dalam pengembangan kota Sukabumi.

Dan kesemuanya itu tentu demi keindahan, kelayakan dan kelestarian kota Sukabumi sebagai batu pijak pertama sebelum orang melancong ke titik-titik wisata di seantero Sukabumi raya.

Joyogrand, Malang, Wed'. Oct' 05, 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun